Sigi Wimala dikenal sebagai artis dan model terkenal. Tapi selain itu, dia juga sosok wanita yang menjalani peran sebagai ibu dan istri. Bagaimana seorang Sigi memandang peranan wanita dan apa yang berubah dari dirinya setelah jadi ibu? Berikut obrolannya bareng Parentalk:
Halo Sigi, karakter wanita inspiratif biasanya dikaitkan sama Kartini. Menurut kamu, sosok Kartini masa kini yang seperti apa?
Menurut aku lebih ke peranan wanita yang jadi istri, ibu tapi juga bisa berkarya. Yang bisa melindungi keluarga dan orang-orang sekitarnya. Buat aku, sosok itu enggak bisa ditemukan hanya di satu orang sih. Tapi lebih ke beberapa orang yang bisa jadi panutan aku.
Siapa sih sosok wanita yang jadi inspirasi kamu?
Ada ibu aku, oma dan ibunya Timo (suami) juga. Ibu aku bukan fulltime mom. Dia adalah ibu pekerja. Sementara oma punya tujuh anak dan dia bisa handle anak-anaknya sambil tetap kerja. Mereka yang mengingatkan dan jadi inspirasi aku kalau perempuan itu harus fight.
Kalau buat kamu, apa tantangan yang dihadapi perempuan sekarang?
Perempuan itu mesti balance. Memang kalau dilihat dari segi emansipasi wanita kan mesti setara. Tapi kita diciptain Tuhan sebagai pendamping suami dan juga ibu. Kalau suami kan bisa lebih leluasa kerja, punya karya, punya penghasilan.
Kalau perempuan, kadang pengen ambisius ini-itu. Tapi enggak bisa lepas dari peranan di keluarga buat jadi istri dan ibu yang baik. It’s a bit tricky. Jauh lebih susah jadi perempuan.
Apalagi di kita ada Asian values, nilai-nilai lama yang mesti dijaga. Suami pasti lebih tinggi dari istri karena dia kepala rumah tangga. Tapi aku selalu yakin, kita tetap bisa produktif sambil menjalani peran pendamping.
Jadi, menjaga nilai-nilai ketimuran atau Asian values itu penting ya?
Di keluarga aku terbiasa menjaga nilai itu. Berkompromi sama posisi di keluarga. Walaupun kadang kita berganti peran. Misalnya, suami keluar ke sana-sini buat urusan kerja. Sementara aku di rumah sama anak-anak dan kadang merasa kaya terpenjara begitu, haha.
Tapi kalau pas suami break syuting, dia di rumah dan bisa gantian urus anak. Aku bisa me time, sepedaan atau meeting di luar. Jadi yang penting tetap saling support. No matter what.
Kita juga harus mengalahkan ego. Enggak bisa maksain karena ujung-ujungnya kan buat keluarga. Istri tetap istri yang harus mendampingi dan respect sama keputusan suami.
Buat kamu sendiri, apa yang berubah dari seorang Sigi, sebelum dan sesudah jadi ibu?
Aku lebih realistis. Klise sih ya. Tapi aku melihat dengan pandangan baru dan respect ke ibu-ibu lain. Dalam planning hidup, misalnya secara finansial dan emosional juga lebih rasional.
Contohnya juga kalau pas mood berubah-ubah. Aku harus berpikir secara logika, oh ini gara-gara hormon. Jadi enggak dibawa perasaan terus.
Bagaimana cara kamu supaya jadi perempuan yang stay positive?
Kelilingi diri kita sama orang-orang positif, yang memacu kita to be a better person, a better mom. Hal yang sekarang aku rasa berpengaruh banget tuh di media sosial, kaya di Instagram.
Contohnya, aku follow orang yang kerjanya traveling melulu. Sementara aku di rumah, enggak bisa jalan-jalan akhirnya stres sendiri.
Daripada begitu, aku mending follow perempuan lain yang tetap aktif berkarya sambil urusin anaknya. Jadi, bisa bikin kita semakin happy dari hari ke hari.
Nah, apa kamu termasuk wanita yang merasakan hal sama seperti Sigi? Ingat ya tipsnya dari dia. Yaitu agar tetap berpikir positif, berkompromi sama berbagai peran yang dijalani dan pastinya jangan membatasi diri.
(Dyah/ Dok: Instagram @sigiwimala)