Menikah dan mempunyai anak bagi seorang perempuan atau ibu adalah langkah yang penuh tanggung jawab. Tapi, hal ini kerap menjadi tantangan Ibu untuk menggapai mimpi-mimpi lainnya.
Halo Parents! Bagaimana nih kabarnya? Semoga semuanya sehat-sehat saja, ya!
Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya bahwa seorang Ibu masih berkemungkinan untuk mempunyai mimpi-mimpi lainnya yang mungkin belum bisa terealisasikan. Salah satu dari sekian banyak mimpi tersebut adalah kembali bekerja.
Mungkin di dalam benak kita, akan langsung muncul beberapa pertanyaan, seperti:
- Memangnya sempat untuk bekerja lagi?
- Apakah tega meninggalkan anak di rumah?
- Bisa berikan potensi maksimal untuk perusahaan?
Kalau terbentur pertanyaan ini, tentu ada kebingungan untuk bisa menjawabnya. Lalu, apakah Ibu bisa bekerja lagi?
Jess Heagren, pendiri layanan daring yang bertujuan mendampingi para Ibu untuk mendapatkan pekerjaan dengan waktu yang fleksibel, pada tahun 2023 lalu merilis hasil survei yang dilakukan ke 848 responden, di mana semua responden adalah seorang Ibu di Inggris.
Beberapa hasil riset tersebut seperti, 98% responden ingin kembali bekerja setelah anak mereka besar, dan yang menarik 85% sudah meninggalkan pekerjaan penuh waktu mereka setelah melahirkan atau punya anak.
Ini artinya, sebagian besar responden dari riset tersebut mempunyai kecenderungan untuk memilih mengurus anak dari pada kembali lagi bekerja, dan memutuskan kembali bekerja jika anak-anak mereka sudah besar.
Ditelisik lebih dalam lagi, desire atau keinginan untuk kembali bekerja memang masih ada. Namun, mereka tetap memprioritaskan tumbuh kembang anak.
Nah, bagaimana kondisi para Ibu di Indonesia ya, Parents?
Jika melihat data dari Biro Pusat Statistik (BPS) – proporsi perempuan Indonesia yang bekerja di level manajerial pada tahun 2015 sampai 2020 meningkat di angka 33,08%. Akan tetapi, pada tahun 2021 dan 2022, proporsi ini turun. Walau tidak signifikan, tapi angka terakhir ada di 32%.
Ada keterkaitannya dengan pendapat dari Psikolog Cherry Zulviyanti Riadi Lukman, S.Psi, MM, CBA, CPC – di mana jumlah lulusan perguruan tinggi antara laki-laki dan perempuan sama besarnya, namun, ketika perempuan sudah menikah dan mempunyai anak, sebagian besar dari mereka memilih resign dari pekerjaan penuh waktunya. Kecenderungannya mereka pilih menjadi Ibu rumah tangga penuh waktu, atau setidaknya Ibu rumah tangga dan mempunyai pekerjaan sampingan.
Ada beberapa hal fundamental yang terjadi di kondisi seperti ini. Para Ibu yang sudah memutuskan untuk keluar dari pekerjaan penuh waktunya, akan mendapati kekosongan dalam CV – di mana ini jadi tantangan tersendiri ketika Ibu mau kembali ke pekerjaan penuh waktu.
Hal ini diperkuat oleh temuan riset yang dilakukan oleh tim riset Stanford University dan dijelaskan oleh Kim Elsesser seorang Pakar Bias Gender – di mana para rekruter punya kecenderungan 2,1 lipat lebih tinggi untuk memanggil kembali pelamar perempuan yang bukan Ibu daripada yang sudah berstatus Ibu walau mempunyai kualifikasi yang sama.
Menurut Elsesser, adanya miskonsepsi seperti pekerja perempuan hanya mempunyai satu karakter, yaitu hangat atau kompeten. Sayangnya, para Ibu kerap dianggap hangat, sehingga tidak kompeten.
Lho, Jadi Ibu Sulit Mendapat Pekerjaan Lagi?
Masih dari Psikolog Cherry, dari berbagai tantangan yang ada – Ibu tetap mempunyai peluang untuk bekerja lagi. Namun, menurut Cherry – Ibu yang ingin kembali bekerja, setidaknya perlu mengejar berbagai kompetensi yang dibutuhkan sekarang.
Oleh karena itu, Cherry juga menyebutkan bahwa utamakan kembali ke bidang pekerjaan yang sudah dikuasi, dan perlu ditambah kompetensi terkait agar kemampuan Ibu benar-benar mumpuni untuk pekerjaan tersebut.
Psikolog Amanda Margia Wiranata, S,Psi, M,Si – mempunyai pendapat menarik terkait persiapan yang perlu dilakukan oleh Ibu yang mau kembali ke pekerjaan penuh waktu lagi.
Menurut Amanda, salah satu fundamental yang perlu dilakukan adalah temukan alasan penting untuk kembali ke pekerjaan. Misalnya, aktualisasi diri, apakah perlu tambahan penghasilan, atau sekedar FOMO, atau bahkan menghindari masalah di rumah. Berbagai probabilitas alasan yang ada, perlu dipelajari dengan benar, sehingga harapannya ketika Ibu mendapatkan pekerjaan lagi, ada sesuatu landasan yang kuat bernama komitmen.
Kemudian, menurut Amanda juga – ketika ibu memutuskan untuk kembali ke pekerjaan penuh waktu, ada hal yang perlu juga diperhatikan dengan seksama bahwasanya Ibu akan meninggalkan anak di rumah. Nah, keamanan dan kenyamanan anak adalah hal yang perlu dipertimbangkan sampai matang.
Banyak sekali persiapan yang perlu dilakukan oleh Ibu yang mau kembali ke pekerjaan penuh waktu. Satu hal yang begitu penting adalah support atau dukungan penuh dari suami atau Ayah dari anak-anak. Jangan lupakan hal satu ini, ya!