Tugas mengasuh anak itu 24 jam bagi ibu rumah tangga maupun ibu bekerja. Ada kalanya ibu kelelahan dan stres sehingga mudah marah ketika menghadapi polah anak yang makin dinamis. Belum lagi, kalau ada perbedaan pendapat dengan pasangan. Karena itulah, Ibu harus pintar-pintar mengelola diri agar tetap waras mengasuh anak. Kita simak yuk sejumlah saran dari #MilennialParents berikut! Siapa tahu bisa kamu terapkan agar lebih ikhlas dan bersemangat menjalankan peran sebagai ibu.
Tetap aktif menjalankan hal yang disukai
Tak memandang working mom, work-at-home mom, atau stay-at-home mom, seorang ibu perlu aktif menjalankan hal-hal yang ia sukai. Misalnya, melakukan kegiatan favorit di rumah saat si Kecil tidur atau dijaga oleh ayah atau pengasuh. Kalau anak sudah lebih besar, Ibu juga bisa terlibat dalam komunitas hobi atau mengikuti pelatihan yang diminati di luar sana. Seperti halnya Lita Hapsari, ibu dari Hasna yang berusia 3,5 tahun.
“Pengalaman menjadi ibu rumah tangga selama kurang lebih empat tahun dijalani dengan sukacita. Kuncinya, tetap aktif di luar rumah yang memungkinkan Si Kecil dibawa berkegiatan bersama. Aku selalu menyelingi keseharianku dengan kegiatan komunitas musik, entah itu sebagai vocal guide atau backing vocal singer artist di beberapa acara televisi,” jelas Lita.
Dengan aktif menjalankan hobi, Lita merasa dapat memberdayakan dirinya sebagai ibu.
Sampaikan kebutuhan Ibu ke suami dan anak
Nah, karena Ibu perlu punya me time untuk melakukan hobi, pastikan hal itu disampaikan ke suami. Dengan begitu, kalian dapat berbagi tugas mengasuh anak saat. Pastikan semua pihak bersepakat dan bersedia menjalankannya dengan ikhlas, ya.
“Alhamdulillah, suami sejauh ini sangat mendukung. Terlebih, kami memiliki rencana menjalani homeschool untuk Hasna yang rencananya mau sampai SMA. Jadi, suami cenderung mendukung pendidikan istrinya karena percaya bahwa istrinya bisa mendidik anak dengan cara yang tepat. Mungkin karena menurut pandangan suami, aku setiap hari mengasuh anak sehingga tahu kebutuhan belajar anak,” jelas Lita.
Enggak hanya suami, Ibu juga perlu menyampaikan kebutuhan diri ke anak jika ia sudah berusia balita. Menurut Lita, anak lama-lama dapat mengerti bila Ibu menyampaikannya dengan baik dan pengertian meski harus melewati berbagai drama khas balita.
“Pas sudah lewat tiga tahun, baru deh, si anak makin pengertian. Di sisi lain, pernah juga sih sifat pengatur anak sewaktu-waktu muncul seperti tetiba maminya enggak boleh pergi berkegiatan,” tambah Lita.
Lingkar pertemanan yang selalu memdukung
Selain anak dan suami, penguat Ibu lainnya adalah teman-teman perempuan yang enggak pernah menghakimi segala keputusan kita menjalani hidup. Karena itulah, Ibu membutuhkan lingkaran pertemanan yang tepat untuk mendapat kekuatan dari kehidupan sosial kamu.
Kalau belum memiliki sahabat peribuan yang klop, kamu bisa bergabung di satu atau beberapa komunitas ibu maupun parenting. Selain banyak belajar tentang tips pengasuhan, kamu juga menjadi memiliki teman-teman sesama ibu yang senasib dan sepenanggungan.
Ikhlas dan bersyukur melihat rumah berantakan
Rumah berantakan, tapi apa daya energi sudah terkuras habis untuk menjaga anak atau bekerja? Alih-alih menjadi stres karena selalu ingin rumah terlihat sempurna, sebaiknya biasakan dirimu untuk menunda rumah terlihat rapi. Inilah yang diterapkan oleh Wita Dewi Widiastuti, ibu dari anak berusia 5 dan 3 tahun.
“Dulu aku harus memaksakan diri untuk terbiasa lihat rumah berantakan. Jadi, enggak senewen kalau anak-anak mainnya berantakan. Beres-beresnya pas mereka tidur soalnya pas mereka bangun, biasanya aku ikutan main,” jelas Wita.
Kuncinya agar ibu tetap waras, menurut Wita, perbanyaklah ikhlas dan sabar. Tak kalah penting, Ibu juga harus banyak bersyukur melihat anak-anak yang sehat.
Ikut kelas parenting
Jika punya rezeki lebih, Ibu juga bisa mengikuti kelas-kelas parenting. Kelas-kelas ini juga dapat menjadi sarana melepaskan emosi dan memberdayakan diri buat Ibu. Knowledge is power, bukan? Harapannya, Ibu memiliki lebih banyak stok sabar dengan benar-benar memahami polah dan perkembangan Si Kecil maupun kiat menghadapinya.
“Banyak kelas parenting yang aku jajal karena menajdi orang tua harus berilmu. Semakin aktif di kelas-kelas parenting, aku semakin waras karena memahami anak bukan lagi beban, melainkan anugerah,” ungkap Wita.
Di kelas parenting, Ibu juga bisa mendapatkan mommy friends yang senasib, lho.
Kira-kira, kegiatan mana yang cocok buat kamu, Bu?
(Febi/Dok. Shutterstock)