Long distance relationship (LDR) biasanya identik sama mereka yang pacaran. Tapi sekarang, enggak sedikit juga pasangan menikah yang tinggal berjauhan dari anak dan suami atau istrinya. Istilahnya long distance marriage atau LDM.
Hal itulah yang dialami Reza Rivalda (30 tahun) dan istrinya Mita Nurwitasari (28 tahun). Sejak anak mereka, Khaylila, lahir, pasangan ini sudah menjalani long distance marriage selama 8 bulan. Reza yang bekerja sebagai video journalist televisi swasta mesti tinggal di Jakarta, sementara istrinya bekerja sambil mengurus anak mereka di Yogyakarta.
“Sebenarnya yang minta LDR-an dari aku. Kita sempat tinggal bertiga di Jakarta. Tapi aku sering ditugasin keluar kota jadi istri sama anak sering ditinggal. Terus biasanya kita minta bantuan ibu atau ibu mertua dari luar kota buat ke Jakarta. Akhirnya, aku memutuskan biar istri pulang ke Yogyakarta saja. Aku yang mengalah buat bolak-balik (Jakarta-Yogyakarta),” cerita Reza.
Tantangan menjalani long distance marriage
Keputusan menjalani LDM membuat Reza enggak bisa selalu menyaksikan tahap perkembangan anaknya. Dia bahkan pernah enggak dikenali sama anaknya sendiri. “Kalau dibilang sedih, pasti sedih ya. Soalnya tiap pulang pasti Khay sudah ada perkembangan. Apalagi aku cuma bisa nikmatin itu selama lima hari libur aja,” cerita Reza.
Selain terlewat melihat tumbuh-kembang anak secara langsung, pasangan yang menjalani LDM seperti Reza juga mesti pintar-pintar mengatur komunikasi dengan pasangan. Untungnya, dia sudah terbiasa menjalani LDR saat masih berstatus pacaran dengan istrinya, Mita.
Menurut dia, sejauh ini komunikasi dan permasalahan yang muncul bisa diatasi bersama. Reza pun sadar, dia mesti tepat memposisikan diri agar tidak muncul masalah.
“Ya memang sedikit belajar dan paham, kalau selama mengurus anak sendirian, istri enggak bisa terlalu banyak dikasih tekanan. Jadi aku sebagai suami memposisikan diri jadi pendengar. Kadang jarak dan kesibukan, bikin aku merasa pasif (dalam mengurus anak) dan itu yang suka tiba-tiba jadi masalah,” jelas Reza.
Meski Reza merasa pernikahan jarak jauh yang dia jalani berjalan lancar, dia mengaku kondisi ini enggak enak. Tetap ada satu hal yang sering muncul dalam obrolan bareng istrinya. Yaitu, kesempatan buat mengakhiri LDM dan bisa tinggal bareng sebagai satu keluarga.
Berjuang lewat long distance marriage
Pilihan yang dilakukan Reza dan istrinya memang bagian dari perjuangan dalam pernikahan. Psikolog pernikahan dan keluarga Rumah Dandelion, Nadya Pramesrani, menulis terkait hal ini dalam artikelnya “Newly Weds 101”.
“Menikah tidak hanya masalah cinta dan rasa, tapi juga usaha dan komitmen,” jelas Nadya. Pernikahan jarak jauh atau long distance marriage termasuk dalam usaha dan komitmen ini.
Apalagi yang namanya cinta sudah bukan sekadar perasaan bahagia berbunga-bunga kaya waktu pacaran. Tapi mencakup saling kerja sama, saling toleransi pada kekurangan pasangan dan kesabaran mencapai kondisi perkawinan yang diharapkan.
Pengalaman Reza pasti dirasakan juga sama kamu yang menjalani long distance marriage. Atau malah cerita kamu lebih menantang lagi? Meski begitu, pastikan komitmen dan usaha kamu serta pasangan bisa terus saling menguatkan ya.
(Dyah/ Dok: Shutterstock)