Buat saya dan mungkin kebanyakan ibu lain, momen menyusui itu “wah” banget. Banyak hal baru yang saya rasakan. Mulai dari senang, sedih, berdarah-darah, sampai tarik napas, buang napas biar enggak emosi. Bagi saya, semua proses itu terbagi dalam lima tahapan drama menyusui. Drama yang membuat aktivitas ini seru dan bakal bikin kangen suatu hari nanti.
Tahap perjuangan
Awal menyusui itu penuh perjuangan banget. Saya mesti belajar melekatkan mulut anak ke payudara, tepatnya ke areola, biar ASI mengalir lancar. Kedengarannya simpel ya? Padahal, enggak segampang itu.
Puting lecet jadi “sahabat” saat belajar menyusui. Selain itu banyak juga rekan-rekan saya yang mengalami clogged ducts, puting pendek, atau malah anaknya yang mengalami lip tie dan tongue tie.
Ini adalah momen adaptasi buat ibu dan bayi. Jadi, orang tua harus banyak cari tahu, misalnya lewat buku atau pergi ke konselor laktasi biar dapat informasi yang benar.
Masa damai
Setelah melalui “penggojlokan” di awal, biasanya ibu dan bayi sudah bisa saling menyesuaikan diri. Di masa ini, menyusui juga enggak lagi terasa menyakitkan.
Ibu mulai paham cara menyusui yang benar dan nyaman. Bayi juga lebih kenal sama payudara ibunya.
Kamu bakal menikmati momen ini sebagai momen yang blissfull. Rasanya bahagia banget melihat anak menyusu. Setiap anak menangis minta nenen, kamu bakal menyambutnya dengan bahagia. Pokoknya damai banget lah rasanya.
Ketika gigi mulai berdatangan
Lagi menikmati masa damai, eh terus gigi-gigi mungil di mulut Si Kecil mulai berdatangan. Here comes the teething time. Ibu-ibu yang anaknya sudah tumbuh gigi pasti tahu serunya menyusui saat gusi bayi lagi gatal-gatalnya.
Mereka bakal menjadikan payudara kamu sebagai media mengigit. Enggak sedikit ibu-ibu yang putingnya lecet atau berdarah karena gigitan anaknya. Setiap anak minta nenen, kamu sudah kebayang ngilunya kena gigi Si Kecil.
Kalau beruntung, hanya salah satu payudara kamu saja yang lecet tergigit. Tapi kalau dua-duanya, yaa selamat menikmati! Fase ini enggak bisa dihindari. Kamu mesti membiarkan anak menyusu langsung walaupun maknyes rasanya. Kalau enggak tahan, untuk sementara kamu bisa memberikan ASIP ke Si Kecil.
Minum ASI sambil beraksi
Tahapan berikutnya waktu perhatian bayi gampang terpecah sama mainan, cicak atau apapun yang lebih menarik daripada nenen di depannya. Walaupun sebenarnya Si Kecil pengen menyusu, tapi begitu ada hal lain, dia bisa langsung lupa sama tujuannya itu.
Bisa saja dia tiba-tiba melepas nenennya. Kalaupun enggak dilepas, dia enggak menyedot ASI alias cuma mentil aja. Tapi begitu kamu sudah menutup payudara, eh sedetik kemudian Si Kecil ingat sama keinginannya dan balik minta nenen lagi.
Selain enggak fokus, bayi juga sudah mulai banyak aksi. Nenen bisa dilakukan sambil menungging, melintang di atas badan Ibu atau pose-pose lain yang ajaib. Kadang bayi enggak benar-benar mau menyusu, tapi cuma pengen bermanja-manjaan sama Ibu.
Momen galau menyapih
Saya belum sampai di momen ini. Kita memang enggak tahu pasti kapan bayi bakal berhenti menyusui. Kebanyakan ibu menyapih bayinya saat berusia dua tahun. Tapi sekarang banyak juga yang menyapih setelah umur anaknya lebih dari dua tahun.
Kalau kata konselor laktasi dr. Asti Proborini, SP.A, IBCLC, kasus yang terjadi kebanyakan malah ibunya yang galau. Alias nggak rela buat menyudahi.
Tapi kalau Ibu siap dan anak pun dinilai siap, kamu bisa menyampaikan ke dia kalau masa menyusuinya sudah selesai. Setelah ini, bukan berarti kalian enggak bisa dekat lagi. Hanya caranya saja yang berbeda. Bukan dengan nenen seperti dulu.
Nah, itu tadi tahapan drama menyusui versi saya. Setiap ibu tentu punya drama tersendiri yang enggak terlupakan. Kalau kamu bagaimana? Yuk, ceritakan drama menyusui yang kamu alami di kolom komentar!
(Dyah/ Dok: Pixabay)