Siapa sih yang tidak keki saat anak tantrum di tempat umum? Rasanya pasti campur aduk. Belum lagi menerima lirikan maut disertai gunjingan “kok itu anaknya nangis, didiemin aja sih? Kenapa ya orang tuanya?”.
Hola Parents! Bagaimana kabarnya hari ini? Semoga seperti biasa, selalu sehat dan lancar-lancar saja, ya.
Dilihat dari judul dan prolog singkat di atas, sudah diketahui bersama kalau kali ini kita akan membahas tantrum pada anak.
Memang ya Parents – kalau anak sudah tantrum, baik di rumah atau di tempat umum, pasti bikin keki. Perasaan campur aduk. Di satu sisi kita sudah paham apa yang harus dilakukan saat anak tantrum, tapi di sisi lain, kita juga harus siap menerima gunjingan karena mendiamkan anak saat sedang tantrum.
Mungkin secara mendasar, sebagian besar masyarakat belum begitu paham tentang ap aitu tantrum. Tantrum adalah fase normal yang dilalui anak pada tumbuh kembangnya. Tantrum terjadi karena pada usia tumbuh kembang anak, mereka belum mampu sepenuhnya untuk mengungkapkan emosinya dengan baik.
Walau, pada kenyataannya – misal, ada kasus anak tantrum karena tidak diperbolehkan membeli mainan. Orang tuanya sudah mengajarkan hal yang seharusnya – misalnya, tetapi – karena anak ini belum sepenuhnya mampu mengutarakan emosinya, maka jadilah tantrum.
Well, Parents – yang perlu diingat adalah tantrum ini hal yang normal.
Bahkan, yang usianya sudah matang saja, terkadang masih menemui kesulitan dalam meregulasi emosinya. Siapa di sini, baik Bapak atau Ibu, masih suka tantrum kalau keinginannya belum terpenuhi? Hihi.
Nah, balik lagi ke pembahasan utama, ya. Mungkin pertanyaan selanjutnya yang sudah ada di benak Parents adalah, lalu bagaimana cara menangani anak yang sedang tantrum?
Ikatan Dokter Anak Indonesia atau IDAI mempunyai cara atau metode yang menarik untuk kita ketahui bersama. Menurut IDAI, ada metode RIDD yang bisa diterapkan oleh Parents sebagai penanganan ketika anak tantrum.
Boleh langsung kita bahas, ya.
Remain Calm
Langkah ini begitu mendasar, tapi jadi salah satu fundamentalnya, Parents. Please remain calm – walau kita sudah melihat anak sedang nangis menderu-deru, atau bahkan berguling, usahakan untuk tetap tenang ya, Parents.
Dengan menenangkan diri, Parents secara tidak langsung pun siap untuk menangani anak yang tengah tantrum. Kemudian, selain berusaha untuk tenang – pada saat yang bersamaan, anak juga mendapat waktu untuk berusaha meregulasi emosinya.
Jika Parents akhirnya ikut berteriak, atau mengomeli anak, potensi anak tantrum lebih lama dan lebih parah semakin besar. Oleh karena itu, berikan anak waktu ya, Parents.
Ignore the Tantrums
Tidak semata-mata kita mengabaikan anak yang sedang tantrum ya, Parents. Di sini, maksudnya adalah Parents bisa mengabaikan perilaku tantrumnya saja, tetap tidak mengabaikan anak, ya.
Parents tetap memerhatikan perilaku anak saat sedang tantrum. Misalnya jika ada perilaku yang tiba-tiba membahayakan diri anak atau orang lain, bisa secepatnya dicegah.
Distract the Child
Dari pada memarahi atau memaksa anak diam saat sedang tantrum, Parents bisa alihkan perhatiannya ke hal yang lain. Memang sih, hal ini juga berisiko, di mana risikonya adalah anak terlalu cepat mengikuti distraksi, padahal regulasi emosinya belum selesai.
Ketika langkah ini dalam praktiknya kurang efektif, maka memberikan anak waktu untuk mengeluarkan energinya saat tantrum adalah jalan keluar alternatifnya, Parents.
Do Say Yes
Tapi, hal yang perlu diingat oleh Parents sebelum melakukan langkah ini adalah pastikan tidak mudah juga memberikan apa yang anak mau setelah tantrum itu selesai. Hal ini dikarenakan anak bisa memerhatikan hal ini menjadi sebuah pola, sehingga jika apa yang dia inginkan tidak diberikan, ia akan tantrum, lalu baru diberikan.
Maka dari itu, setelah anak tantrum, Parents bisa memberi dia minum. Tantrum tentu menguras energinya. Setelah sudah tenang, barulah Parents bisa lakukan negosiasi tentang apa yang mereka inginkan.
Parents bisa atur sedemikian rupa, sampai anak paham dengan proses mendapatkan apa yang mereka inginkan.
Nah, bagaimana Parents? Sudah cukup jelas ya metode RIDD yang direkomendasikan oleh IDAI. Tetapi, tentu ada hal-hal yang pada praktiknya bisa tidak sama dengan teori, sehingga Parents lah yang paham tentang kondisinya.
Satu hal yang perlu Parents pahami, tolong tetap percaya diri untuk menangani anak sendiri. Oke?