Walau tantrum adalah hal yang wajar dan normal pada anak-anak, terkadang kita sebagai orang tua yang keki karena tingkah laku anak yang satu ini. Dari menangis, berteriak, atau bahkan berguling di lantai, kita pasti bertanya-tanya, kapan masa tantrum pada anak bisa selesai?
Pasalnya, jika tantrum pada anak mulai menunjukan hal-hal yang lebih berbahaya, misalnya seperti memukul atau menyakiti dirinya sendiri, hal-hal seperti ini tentu akan membuat kita kewalahan.
Hai hai, Parents! Apa kabar hari ini? Semoga selalu dalam kesehatan dan segala urusannya diperlancar, ya.
Seperti yang terbaca dari judul dan prolog singkat di atas, kali ini kita akan mengupas kapan tantrum pada anak selesai. Memang ya, Parents – terkadang kita kewalahan sendiri untuk membantu anak menyelesaikan tantrumnya.
Belum lagi ada opini atau pendapat-pendapat yang terkadang bukannya saling membantu, tetapi malah terkadang intimidatif. Semoga konstruksi sosial tidak semakin menebal terkait tantrum pada anak, ya.
Tantrum menurut ahli…
Terkadang kita sebagai orang tua bisa bingung sendiri ya mengapa anak bisa tantrum, dan bahkan bentuk tantrumnya semakin parah. Sebenarnya, apa sih tantrum itu?
Dilansir dari Kompas, menurut Dokter Spesialis Anak, DR. Dr. I Gusti Ayu Trisna Windiani, Sp.A.(K), tantrum adalah sebuah ledakan perilaku yang mencerminkan respon anak terhadap disregulasi terhadap rasa frustasi yang mereka hadapi.
Trisna juga menjelaskan bahwa tantrum merupakan hal atau kondisi yang normal untuk terjadi pada anak. Nah, tantrum berpotensi menjadi abnormal ketika anak sudah remaja bahkan dewasa, tetapi masih tantrum – ini yang perlu diwaspadai oleh orang tua.
Jadi, kapan tantrum akan berakhir?
Masih menurut Trisna, tantrum normalnya terjadi pada anak usia 18 bulan sampai empat tahun. Lebih dari usia empat tahun, kita sebagai orang tua mesti waspada dan peka karena melewati waktu tersebut, tantrum berpotensi menjadi abnormal.
Perihal ini sepertinya terkait dengan frekuensi tantrum yang cenderung berubah seiring bertambanya usia si anak. Pada umumnya, berjalannya waktu anak semakin besar dan dewasa, frekuensi tantrum dapat berkurang.
Trisna menjelaskan kalau akan di bawah satu tahun, mungkin akan lebih sering tantrum jika dihitung per minggunya. Berikut rinciannya:
- Usia dua tahun, intensitas tantrum sebesar 20%, frekuensinya bisa Sembilan kali dalam seminggu.
- Usia tiga tahun, intensitas menurun menjadi 18%, frekuensinya bisa enam kali dalam seminggu.
- Usia empat tahun, intensitas terus turun menjadi 10%, frekuensinya bisa lima kali dalam seminggu.
Nah, Parents – pada usia empat tahun dan empat tahun ke atas, tantrum yang normal pada anak hanya lima kali dalam seminggu, bahkan bisa jadi lebih sedikit lagi. Akan menjadi catatan yang perlu ditelisik lebih dalam ketika di usia empat tahun atau lebih, tetapi frekuensinya malah semakin bertambah.
Bicara soal frekuensi tantrum ya Parents, ada metrik yang perlu juga kita ketahui bersama bahwa tantrum mempunyai waktu atau durasi ideal. Durasi perilaku tantrum yang normal biasanya tidak lebih dari 15 menit.
Akan menjadi sebuah pertanda dan peringatan kalau tantrum anak melebihi waktu 15 menit. Kita sebagai orang tua mesti waspada kalau anak kita tantrum melebih waktu 15 menit, terlebih jika anak sudah berusia empat tahun bahkan lebih.
Parents, peka akan kondisi dan perkembangan anak sepertinya menjadi salah satu insting kuat kita sebagai orang tua, ya. Hal ini memang perlu dilakukan agar perkembangan anak bisa terus terpantau dengan baik.