Apakah suami pernah menganggap Ibu gampang tersinggung di waktu tertentu sehingga berkomentar lirih, “Lagi ‘dapet,’ ya?”
Premenstrual syndrome (PMS) memang sering menjadi ‘kambing hitam’ ketika perempuan mengalami gangguan mood. Saya sendiri sering mengalaminya. Hati saya terasa lebih ‘panas’ ketika hal-hal tidak berjalan sesuai harapan. Namun, kalau saya memberi tahu suami bahwa hal itu dikarenakan PMS, ia malah bilang, “Jangan jadikan alasan, deh,” begitu katanya. Jadi, sebenarnya PMS membuat Ibu mudah marah atau enggak, sih?
Perubahan hormon penyebab PMS
Akhirnya, saya pun memastikan kebenarannya pada Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan Dinda Derdameisya. Menurut dr. Dinda, istilah PMS memang ada di dunia kedokteran. Perubahan hormon menjelang menstruasi diduga menjadi penyebabnya. Selama perempuan masih bereproduksi, ia dapat mengalami PMS.
“Dalam satu siklus kan, hormon perempuan pasti berubah. Memasuki siklus awal menstruasi, penurunan hormon terjadi secara gradual sehingga biasanya terjadi sindrom pramenstruasi,” jelas dr. Dinda kepada Parentalk.
Sesuai namanya, PMS bisa berlangsung 1-2 minggu menjelang haid hingga hari ketiga haid keluar. Perempuan sudah melewati masa PMS kalau darah haid keluar lebih dari hari ketiga, Nah, jadi kalau ada orang yang bilang bahwa perempuan mudah marah karena lagi haid, menurut dr. Dinda, itu anggapan yang kurang pas. Apalagi, lamanya PMS yang dialami setiap perempuan berbeda-beda.
“Karena saat perempuan sudah haid, hormonnya sudah normal lagi, sudah enggak ada gejolak dan perubahan hormonnya. Jadi hormonnya turun saat sebelum keluar darahnya,” terang dr. Dinda.
Gejala PMS
Adapun keluhan PMS bermacam-macam pada perempuan.
- Gangguan mood (termasuk meningkatnya nafsu makan)
- Nyeri kram perut
- Diare
- Pusing
- Mudah lelah
- Payudara lebih lunak
- Munculnya jerawat
- Peningkatan berat badan yang berkaitan dengan penyimpanan cairan
- Nyeri sendi atau otot
“Sebenarnya gangguan mood itu cuma beberapa persen. Kalau kita (para dokter) menangkapnya, PMS itu lebih ke nyerinya,” ungkap dr. Dinda.
Menurutnya, keluhan yang paling sering adalah nyeri kram perut. Meski begitu, keluhan nyeri biasanya hilang saat perempuan memasuki usia 20 tahunan. Selain itu, nyeri haid memuncak di usia remaja sampai 20 tahun.
Cara mengatasi gejala PMS
Jika keluhan yang kamu alami adalah nyeri kram perut yang tak tertahankan, Ibu bisa mengonsumsi obat antinyeri. Namun perlu kita ingat, ketahanan orang terhadap rasa sakit berbeda-beda.
“Ada yang tidak usah diapa-apain, ada yang minum teh hangat saja hilang, ada yang harus benar-benar. minum obat. Misalnya nyerinya itu berlebihan dan berlangsung sampai lebih dari hari ketiga haid keluar, itu berarti sudah ada kelainan organik. Biasanya ada kelainan anatominya seperti pelengketan rahim, miom, atau endometriosis sehingga ia harus diobati,” jelas. Dr. Dinda.
Sama halnya untuk gejala lain seperti diare dan pusing, jika rasa sakitnya tidak terlalu bermakna, Ibu cukup beristirahat saja dan tak perlu menenggak obat.
Sementara untuk gangguan mood, sayang sekali, tidak ada obatnya, Bu!
“Harus dari perilakunya saja, harus bisa lebih mengontrol diri,” tutup dr. Dinda.
Gimana, Bu, siap lebih mengontrol diri saat PMS? Kalau Ibu ingin lebih dimengerti oleh suami saat PMS, minta suami untuk membaca artikel ini, ya!
Referensi lain: Premenstrual syndrome (PMS) pada Mayo Clinic
(Febi/Dok. Shutterstock)