Hai Parents, apa kabarnya? Terutama buat Ibu nih, sudahkah kita rehat sejenak untuk diri kita sendiri? Rasanya waktu seharian bisa habis hanya untuk mengurus hal-hal eksternal di luar diri kita. Pastinya mulai dari mengurus anak, rumah tangga, dan pekerjaan itu semua seperti gak pernah selesai.
Melansir International Journal of Mental Health, Indonesia tercatat sebanyak 22,4% ibu mengalami gangguan kesehatan mental terutama setelah melahirkan. Ketika menjadi ibu banyak sekali perubahan yang dialami, sehingga itu membuat diri kita overwhelming alias kewalahan sampai lupa sama diri sendiri.
Sebenarnya bukan karena kita gak mau merhatiin diri sendiri ya, tapi setelah menjadi ibu prioritas kita berubah jadi selalu memikirkan keluarga. Gak salah kok, kalau kita ingin mengutamakan keluarga. Namun jangan lupa untuk memikirkan kebutuhan diri kita agar terhindar dari kesehatan mental.
Berikut ini tiga penyebab ibu lupa dengan kesehatan mental berdasarkan penjelasan psikolog Pritta Tyas.
Selalu meletakkan anak atau keluarga menjadi prioritas paling utama dalam kesehariannya
Setiap hari kita selalu mencurahkan energi, perhatian, dan waktu hanya untuk anak dan keluarga. Sedangkan kebutuhan diri kita untuk istirahat yang cukup, makan yang bergizi, berolahraga, ataupun ngobrol sama teman itu hampir terlupakan.
Lama-kelamaan bila ini terus berlangsung, kita lupa dengan kebutuhan diri sendiri maka akan timbul stres, mudah emosi, bahkan sampai mengganggu kesehatan mental.
Kesehatan psikis yang gak stabil
Ketika kondisi psikis mulai terganggu gejalanya memang gak terlihat jelas. Beda dengan kondisi fisik yang terganggu bisa langsung terlihat misalnya seperti batuk, pilek, demam pasti kita punya alasan untuk langsung istirahat.
Beda halnya kalau kita udah burnout merasa kelelahan secara emosi, seolah-olah ini bukan alasan yang kuat untuk kita ambil jeda. Karena terlihatnya kita segar bugar padahal psikis kita sedang kelelahan dan memerlukan jeda.
Terlalu setuju dengan anggapan ‘Happy Mom, Happy Family’
Menurut Bu Pritta sebutan ini seolah-olah ibu harus bahagia supaya keluarganya bahagia. Padahal gak begitu kondisinya, ada kalanya ibu merasa gak bahagia dan justru ibu yang perlu dirawat.
Yuk, refleksi lagi gimana kesehatan mental kita. Kita berhak memberikan kebahagiaan pada anak dan keluarga, memberikan apa yang mereka butuhkan, asalkan kita gak menomorduakan kondisi diri kita. Ajak pasangan dan keluarga untuk membantu kita membangun keluarga yang bahagia.