Yuhuu.. Parents, gimana nih kabar kehidupan seksnya? Makin oke apa makin menurun? Hubungan seks tuh nggak boleh dianggap remeh, lho.
Kurang-kurang dikit dalam seks aja bisa bikin manyun. Tapi kalau hubungan seks bisa sesuai ekspektasi, hmm… sumringahnya bukan main. Iya nggak, Parents? Ngakuu. 😀
Sesuai dengan yang dijelaskan psikolog Elizabeth Santoso M.Psi bahwa ngobrolin hubungan seks dalam rumah tangga itu jangan dianggap tabu dan nggak perlu malu-malu.
Seks itu ‘kan perlu eksplorasi, pendalaman, dan dikomunikasikan. Gimana mau dapetin itu semua kalau nggak diobrolin?
Perlu diingat, hubungan seks nggak hanya soal siapa yang mau, tapi untuk meningkatkan kualitas hubungan seks itu sendiri dan tentunya menjaga kualitas hubungan suami dan istri.
Mau tau gimana cara ngobrolin seks sama pasangan? Berikut yaa..
Kapan melakukan hubungan seks yang tepat
Seiring bertambahnya usia pernikahan, tentu kita jadi berubah lebih dewasa karena sudah menghadapi berbagai masalah rumah tangga. Nah, masalahnya jangan ditambahin lagi karena urusan ranjang.
Hubungan seks yang tepat bukan karena kapan Ayah atau Ibu mau, tapi dua-duanya harus mood. Supaya bisa connected ketika berhubungan seks. Bukan lagi soal, Ayah mau puasin Ibu aja atau Ayah maunya dipuasin sama Ibu. Namun keduanya harus merasakan hal yang sama.
Rencanakan kegiatan fisiknya
“Kalau mau mulai, aku suka bagian bokongnya dielus.”
“Aku risih kalau pas mau seks kamu cium aku terus, peluk aja.”
Nah, ibaratnya tuh udah briefing. Nanti mulai seks kayak apa dulu dan pas selesainya mau gimana. Hal-hal kayak gini dilakuin supaya Ayah tau apa yang diinginkan Ibu, Ibu juga tahu apa yang disukai Ayah dalam berhubungan seks.
Misal sukanya foreplay dengan langsung menyentuh bagian intim atau bercumbu dulu yang lama. Setelah berhubungan seks gimana? Apakah langsung bubar jalan? Heheh.
Kasih tahu lagi, misal Ayah kalau udah selesai jangan langsung tidur. Ibu kalau udah selesai pelukin Ayah dulu. Jadi saling paham maunya pasangan itu apa.
No judgment, no interruption
Ngobrolin seks sama pasangan juga harus ada persiapannya karena ini proses memahami. Kalau ternyata Ayah sukanya Ibu pakai lingerie, ya sudah. Tapiii jangan ada penghakiman dan interupsi kayak gini;
“Ih apaan sih sayang, emangnya aku model film porno pakai baju kaya gitu ih. Kamu nih bayangin aku kaya model porno ya? Mentang-emntang aku udah gemukan sekarang.”
No, no, no. Jangan lakukan itu yaa.. Eh, sama lho, Ayah juga jangan gitu sama Ibu. Kalau Ibu maunya Ayah tuh wangi saat berhubungan seks, ya sudah. Bukan berarti Ayah bau atau permintaan Ibu tuh aneh.
Saling menyalahkan
Ini masalah utama, nih. Ibu minta Ayah pakai parfum sebelum hubungan seks, Ibu malah disalahin karena banyak mau lah. Terus Ayah minta si Ibu pakai lingerie dianggap sukanya sama model porno.
Dalam hubungan kita harus bisa kompromi dong. Ketika ada permintaan yang nggak nyaman, bilang aja. Cari solusinya bareng-bareng, “Aku nggak nyaman pakai lingerie, kalau aku pakai celana pendek tapi atasnya ke buka gitu gak apa-apa, ya?”
Ingat, ngobrolin seks sama pasangan jangan berujung marah tapi pelan-pelan. Ibu membuka diri, Ayah juga harus memahami. Jadi ketemu deh, titik tengahnya. Hubungan seksual itu harus enjoy, harus punya level kepuasan yang tinggi secara fisik dan batin.