Setiap harinya Nur Yanayirah beserta para admin grup Mother Hope Indonesia (MHI) di Facebook menerima banyak curhatan dari kaum ibu. Mereka pun perlu menyeleksinya satu per satu thread starter yang dapat tampil di laman grup MHI. Masalah yang diceritakan pun beragam dan menyangkut perempuan hamil maupun ibu menyusui.
Namun, sebagian topiknya mungkin terkesan tabu bagi masyarakat awam. Mulai dari rasa tidak bahagia dengan kehamilan ataupun kehadiran anak, perselingkuhan, masalah menyusui, sampai campur tangan orang tua dan mertua dalam rumah tangga. You name it!
Yana selaku pendiri grup tersebut selalu meyakinkan para anggotanya untuk bercerita sejujur-jujurnya tentang kondisi jiwa mereka. Dengan begitu, ibu menjadi lebih lega dan pikiran untuk bunuh diri sebisa mungkin dapat dicegah. Ya, pikiran untuk bunuh diri itu memang nyata dan dialami sebagian ibu yang mengalami depresi.
Pendampingan via WhatsApp
Tak hanya curhat lewat postingan di grup, anggota MHI juga bisa curhat lewat media lainnya. Untuk membantu mereka lebih jauh, Yana juga menyediakan pendampingan secara personal dari Senin sampai Jumat oleh psikolog, psikiater, maupun bidan secara gratis via Whatsapp.
Harapannya, pendampingan ini membuat ibu menjadi mau berkonsultasi langsung dengan psikolog maupun psikiater.
“Pendampingan hanya via WhatsApp sih. Namun, itu kan tidak menggantikan psikolog secara tatap muka. Kami membantu mengarahkan dan menenangkan ibu secara pribadi. Ada empat psikolog, satu psikiater, dan satu bidan,” jelas Yana.
Bila seorang ibu telah mengalami gangguan jiwa yang berat, pihak keluarga bisa mengontak Yana dan komunitasnya.
Mencegah ibu yang berupaya bunuh diri
MHI juga bekerja sama dengan Into The Light, komunitas yang fokus pada upaya edukasi dalam pencegahan bunuh diri.
“Misalnya ada yang ingin bunuh diri, pertama kita dampingi via WhatsApp, telepon, atau SMS supaya ibu itu tenang. Kalau ada relawan yang kira-kira dekat dengan lokasi ibu tersebut, ia datangi. Teman-teman relawan ada sih yang sampai mengantarkan ibu dengan kondisi tersebut ke psikiater atau psikolog,” jelas Yana.
Turut aktif mengedukasi secara offline
Tak hanya aktif di dunia maya, MHI juga gencar menggelar pelatihan-pelatihan tentang psikoedukasi dengan psikolog, psikiater, dan bidan Puskesmas maupun klinik.
“Kami juga mengumpulkan ibu hamil dan ibu menyusui atau para kader Posyandu juga Puskesmas untuk memberikan pengetahuan tentang baby blues syndrome, depresi pascamelahirkan, atau gangguan jiwa lainnya. Jadi, mereka bisa mendeteksi sendiri. Dengan begitu, mereka bisa lebih peka terhadap lingkungan sekitarnya ketika melihat gejala depresi,” jelas Yana.
Bila tertarik dengan isu-isu kesehatan jiwa ibu, kamu juga bisa bergabung menjadi relawan MHI, lho. MHI menggelar pelatihan relawan secara rutin dan info lengkapnya bisa kamu cek di grup Facebook Mother Hope Indonesia, ya!
(Febi/ Dok. Shutterstock)