Bingung memilih metode KB? Atau takut dengan pemasangan alat kontrasepsi? Kalau begitu, KB alami bisa jadi alternatif buat mengatur kehamilan. Secara umum, ada tiga cara KB alami yaitu senggama terputus, metode kalender dan menyusui ekslusif. Tapi sama seperti cara lain, tentu ada keuntungan dan resiko KB alami yang perlu kamu ketahui.
Senggama terputus (coitus interruptus)
Coitus interruptus dilakukan oleh pria. Yaitu dengan menarik penis dari vagina sebelum ejakulasi. Tujuannya agar pengeluaran sperma terjadi di luar vagina, sehingga dapat mencegah terjadinya pembuahan.
Keuntungan: Metode senggama terputus tidak membutuhkan biaya. Cara ini juga tidak menimbulkan efek samping medis, karena tidak ada alat kontrasepsi khusus yang masuk ke tubuh pria.
Risiko: Dalam situs Mayo Clinic disebutkan, 28 dari 100 pasangan yang menjalani KB ini selama setahun, mengalami hamil di luar rencana alias “kebobolan”. Pembuahan tetap beresiko terjadi karena tidak ada barrier khusus yang menghalangi sperma. Dan ada kemungkinan, sel sperma terkandung dalam cairan yang keluar sebelum ejakulasi.
Laki-laki yang memilih coitus interruptus juga mesti punya kontrol diri yang kuat dan perkiraan waktu yang tepat buat menarik penisnya saat berhubungan. Menurut beberapa pasangan, ejakulasi di luar vagina dinilai mengurangi kenikmatan seksual yang mereka rasakan.
Menyusui eksklusif (lactational amenorrhea)
Di situs Baby Center disebutkan, menyusui bayi secara ekslusif dapat mencegah ovulasi atau pelepasan sel telur. Di masa ASI ekslusif, ibu dalam kondisi infertil (tidak subur) sehingga resiko kehamilannya hanya sekitar 2%.
Keuntungan: Ibu tidak memerlukan tindakan khusus atau konsumsi pil tertentu. Cara ini juga tidak menimbulkan efek samping terhadap tubuh. Menurut dr. Dinda Derdameisya, Sp. OG., keberhasilan menyusui untuk kontrol kehamilan mencapai lebih dari 90%.
Tapi ada syaratnya nih. Perempuan yang memilih metode ini perlu menyusui secara ekslusif, setidaknya 6 kali dalam sehari. Prosesnya juga dilakukan secara langsung (direct breastfeeding) bukan memakai pompa. Karena hisapan dari bayi berpengaruh menekan terjadinya ovulasi.
Resiko: Secara umum, metode lactational amenorrhea hanya berlaku di 6 bulan pertama menyusui dan efektif selama ibu belum haid. Sementara waktu haid pertama ibu setelah melahirkan bisa jadi berbeda pada setiap individu.
Seorang teman saya ada yang sudah kembali haid, 3 bulan setelah melahirkan. Sementara saya, baru datang bulan lagi sekitar 13 bulan setelah melahirkan. Ibu yang memilih metode ini disarankan untuk mengkombinasikannya dengan alat kontrasepsi lain seperti kondom atau sistem kalender.
Metode kalender
Lewat metode kalender, ibu mesti mencermati siklus menstruasi dan ovulasi selama sebulan untuk mengetahui masa subur tubuh. Kalau sudah tahu, kamu dan pasangan dapat menghindari berhubungan di masa subur agar menghindari terjadinya kehamilan.
Keuntungan: Kamu tidak butuh pemasangan alat KB sehingga tidak ada efek samping medis. Kamu hanya perlu menandai siklus menstruasi di kalender manual atau menggunakan aplikasi perhitungan masa subur yang banyak tersedia saat ini.
Resiko: Dalam situs Healthline dijelaskan, ovulasi atau pelepasan sel telur biasanya terjadi sebulan sekali. Yaitu sekitar hari ke-12 sampai 16 setelah menstruasi. Tapi waktu spesifik ovulasi tergantung pada siklus menstruasi masing-masing orang.
Ada yang siklusnya rutin setiap bulan, ada juga yang tidak teratur. Nah, pada mereka yang siklusnya tidak teratur, metode perhitungan kalender seperti ini dinilai kurang efektif mencegah kehamilan.
Secara umum, seorang perempuan ada di masa paling subur pada hari terjadinya ovulasi, lima hari sebelum ovulasi dan 12-24 jam setelah ovulasi. Jadi, sebaiknya hindari berhubungan di waktu-waktu tersebut. Selain perhitungan kalender, sebaiknya kamu juga mengamati masa subur dengan mengukur suhu basal tubuh dan mengecek lendir serviks.
Meski tidak membutuhkan banyak biaya dan minim efek samping, perlu kecermatan dari Ayah dan Ibu agar mencegah kehamilan.
(Dyah/ Dok: Pixabay)