Di tengah meroketnya biaya hidup seperti sekarang ini, kita tentu butuh persiapan ekstra sebelum menikah dan memiliki anak. Tidak hanya mental dan rasa cinta, persiapan itu sebaiknya juga ditopang kondisi finansial yang mumpuni.
Untuk bisa survive secara finansial dalam berkeluarga, kamu enggak harus menjadi old money atau OKB alias orang kaya baru dulu, kok. Setidaknya, kamu dan calon pasangan berada dalam posisi yang aman ketika memasuki jenjang pernikahan.
Berikut tips melek keuangan untuk calon pengantin dari Penasihat Keuangan Jouska Indah Hapsari.
Menjalani program premarital check up
Menurut Indah, 20 persen penyakit langka disebabkan oleh faktor genetik. Karena itulah, ia menyarankan calon pengantin menjalankan program tes kesehatan sebelum menikah sebagai langkah preventif.
“Setidaknya kita kan bakal tahu (bakat) genetiknya seperti apa dengan melakukan tes itu. Lakukan skrining pertama dengan calon suami atau istri. Apakah akan ada mutasi genetik yang mengganggu?” jelas Indah saat mengisi diskusi perencanaan keuangan keluarga pada akhir Mei 2018.
Berhati-hati dengan cicilan
Indah bercerita bahwa, banyak sekali kliennya yang baru menikah, tapi langsung mengambil Kredit Tanpa Agunan (KTA).
“Ambil KTA Rp700 juta. Setelah menikah, cicilan banyak banget apalagi langsung hamil, banyak biaya. Seperti obat-obatan dan persiapan persalinan. Kita enggak pernah tahu kapan kita dapat rezeki luar biasa. Bayangkan setelah menikah ada cicilan luar biasa. Stres dobel. Itu jadi fenomena,” ungkap Indah.
Ia pun menyarankan calon pengantin untuk berhati-hati dengan utang. Menurut Indah, jika mempunyai dua fondasi yang bagus berupa dana darurat dalam bentuk tunai dan asuransi, tidak punya utang, dan memiliki tabungan, setidaknya kita berada pada posisi yang aman.
“(Kondisi) yang bikin baper adalah ketika kita enggak punya pegangan. Jika punya cash bisa lebih tenang,” jelas Indah.
Bicarakan perencanaan keuangan keluarga
Sebelum menikah, calon pengantin haruslah sudah berdiskusi dengan pasangan hal-hal seperti, “Bisa enggak, kita menikah sesuai bujet saja?” Selain itu, bicarakan pula perencanaan keuangan keluarga setelah memiliki anak.
Enggak langsung punya anak? Menurut Indah, itu adalah ‘rezeki’ tersendiri untuk bisa menabung. Ia mengimbau para pengantin baru untuk punya tabungan sebelum memiliki momongan. Soalnya, biaya membesarkan anak sangat mahal! Apalagi, jika terkena ‘sindrom anak pertama,’ kita rentan menghadapi beragam kondisi darurat. Misalnya, menurut Indah, dalam sebulan, orang tua bisa empat kali ke tenaga kesehatan karena belum puas atau ada kecenderungan gonta-ganti dokter spesialis anak. Bisa juga bukan kita yang ingin Si Kecil ke dokter, melainkan omanya. Beruntunglah orang tua yang mendapatkan asuransi kesehatan dari kantornya maupun pasangan.
Belum lagi, saat pertumbuhan Si Kecil didiagnosis kurang optimal oleh dokter, orang tua perlu mengeluarkan dana lebih untuk memperbaikinya. Misal, dengan rutin memberikan susu tinggi kalori pada anak yang harga per botolnya Rp25.000. Bagaimana jika anak harus meminumnya sehari dua kali dalam sebulan? Biayanya saja sudah Rp1 juta lebih!
“Anak enggak sakit saja kita mengeluarkan banyak biaya. Percayalah, setelah kita punya anak, pengeluaran enggak pakai logika karena ada kecenderungan ingin anak sempurna,” ujar Indah.
Last but not least, jika kamu sudah yakin menikah dan memiliki anak, mulailah membuat kebiasaan finansial yang bagus seperti menabung dan berinvestasi. Apalagi, kalau ada riwayat penyakit dalam keluarga, kamu harus bergegas menyiapkan dana darurat dan asuransi.
Menurut Indah, para pasangan muda dapat mempersiapkan dana darurat sejak menikah, kok. Salah satu caranya dengan menabung sebagian besar atau seluruh angpao pernikahan.
(Febi/ Dok. Shutterstock)