Pernah dengar tentang kanker serviks? Sebelumnya saya berpikir, “Kayanya enggak bakal deh kena penyakit kaya begitu. Lagipula saya fine-fine saja kok, enggak merasa ada keluhan apa-apa.”
Tapi setelah ikut diskusi ‘Bebaskan Perempuan Indonesia Berkarya Tanpa Kanker Serviks’ tanggal 21 April 2018, pikiran saya berubah. Karena kanker serviks bisa menyerang perempuan dari berbagai rentang usia, terutama pada wanita yang aktif secara seksual.
Menurut data Globocan 2012, kanker serviks rentang terjadi pada wanita usia produktif yaitu 36-55 tahun. Faktanya, setiap hari ada 26 wanita yang meninggal karena kanker serviks. Berarti tiap tahun, ada lebih dari 9000 keluarga Indonesia yang ditinggalkan oleh ibu, anak perempuan dan istri karena penyakit ini.
Kenali gejala kanker serviks
Kanker serviks ditandai dengan beberapa gejala, seperti perubahan warna dan bau cairan vagina, terjadi perdarahan abnormal di luar siklus haid dan nyeri di perut bagian bawah.
Melalui pemeriksaan laboratorium, juga dapat terdeteksi adanya infeksi Human Papilloma Virus (HPV). Pada kondisi yang sudah parah, kanker serviks dapat menyebabkan gangguan buang air, pembengkakan kaki, keluar darah di urine dan penurunan berat badan.
Masalahnya, kanker serviks stadium dini jarang menunjukkan gejala tertentu. Kebanyakan orang pun baru menyadarinya setelah kanker memasuki stadium lanjut.
“Dari keseluruhan kasus kanker serviks baru yang ditemukan di Indonesia, diketahui lebih dari 70% sudah pada stadium lanjut. Pada kondisi ini, pengobatan menjadi lebih sulit, lebih mahal serta tingkat keberhasilan juga menurun. Padahal, kanker serviks merupakan satu-satunya kanker yang dapat dicegah,” kata dokter Cindy Rani, SpOG-KFER dalam diskusi yang berlangsung di Plaza Indonesia, Jakarta.
Cegah kanker serviks
Untuk itu, Koalisi Indonesia Cegah Kanker Serviks (KICKS) dan Yayasan Dunia Kasih Harapan ‘Bracelet of Hope’ mengajak perempuan Indonesia untuk mencegah penyakit kanker serviks. Caranya lewat deteksi dini dan vaksinasi HPV.
Deteksi dini dapat dilakukan melalui papsmear rutin. Yaitu tiap tiga tahun sekali, sejak seorang wanita memasuki usia 21 tahun. Lewat papsmear, dokter akan mengambil sampel sel dari leher rahim. Kemudian diperiksa apakah ada perubahan sifat sel yang berpotensi kanker.
Selain itu, kita juga dapat melakukan vaksinasi HPV. Menurut dokter Cindy, vaksinasi dapat dilakukan sejak usia 9-45 tahun. Vaksinasi ini terbagi dalam dua golongan, yaitu 9-13 tahun dan 14-44 tahun.
Jika dilakukan di rentang usia 9-13 tahun, vaksinasi dilakukan dengan dua dosis yang jaraknya 0 dan 6-12 bulan. Sedangkan kalau di usia 14-44 tahun, dilakukan dengan tiga dosis yang jaraknya 0,2 dan 6 bulan.
“Vaksinasi HPV merupakan pencegahan primer untuk kanker serviks dan penyakit lain akibat HPV. Tidak pernah ada kata terlambat untuk divaksinasi,” tegas dokter tersebut.
Jadi, enggak ada kata telat buat melindungi diri kita dari ancaman kanker serviks ya Bu. Hal ini juga ditegaskan Hannah Al Rasyid, Duta dan Juru Bicara KICKS.
“Sudah saatnya kita mengambil kontrol penuh akan kesehatan kita melalui tindakan pencegahan dan memastikan kelangsungan hidup yang panjang dan berkualitas untuk terus berkarya bagi diri sendiri maupun keluarga serta orang yang kita sayangi,” kata Hannah.
Buat kamu yang ingin melindungi diri, kamu bisa mendatangi layanan kesehatan yang menyediakan layanan papsmear dan vaksinasi HPV. Ingat, lebih baik mencegah daripada mengobati. Jadi sebelum terlambat, yuk kita cegah kanker serviks sedari dini.
(Dyah/Dok: KICKS)