Dampak pandemi Covid-19 itu besar banget bagi kehidupan bahkan meninggalkan luka yang mendalam. Mengutip Republika, terdapat sekitar 16.000 anak berubah nasib menjadi yatim/piatu. Bagaimana nasib Ibu yang ditinggal Ayah meninggal dunia?
Bagi Ibu atau istri yang ditinggalkan Ayah alias suami, rasanya seperti mendapat beban berat berkali-kali lipat. Harus jadi pencari nafkah, membesarkan anak, tanggung jawab jadi lebih besar, nggak ada lagi berbagi peran.
Di satu sisi, kita harus bisa tegar untuk menjaga perasaan si Kecil. Ketika rasanya ingin menyendiri untuk mengobati luka, tapi harus segera bangkit untuk mengasuh dan menguatkan anak.
Perasaan duka memang berat dialami. Namun, banyak yang segan untuk mengekspresikan emosi itu karena ingin terlihat kuat di hadapan orang lain terutama anak.
Ibu, yang tabah, ya. Bumin harap tulisan ini bisa menguatkan Ibu untuk terus menjalani hidup dan membersarkan si Kecil. Ayah meninggal bukan berarti hidup akan berhenti, ada si Kecil yang akan menerangi hidup kita 🙂
Bumin sampaikan nasihat dari psikolog Alexa Adeline M.Psi, apa saja yang perlu dilakukan Ibu ketika Ayah meninggal dunia. Silakan disimak, ya…
Ungkapkan perasaan dan kebutuhan Ibu
Memang sih, terkadang ketika kita mencurahkan perasaan yang ada, respons yang didapat justru nggak menunjukkan empati. Misalnya, “Yaudah nggak usah ditangisin terus, kalau sudah meninggal ya sudah fokus sama anak aja.”
Biasanya kalau itu terjadi, akhirnya kita jadi segan buat cerita lagi. Namun bukan berarti nggak mengekspresikan kesedihan Ibu, ya. Lebih baik temui orang yang membuat kita nyaman dalam meluapkan emosi. Kita bisa marah, sedih, menyangkal, memohon, sampai akhirnya kita bisa ikhlas.
Jadi ketika Parents butuh untuk meluapkan emosi, boleh banget. Kita bisa minta pertolongan ke orang terdekat dan dipercaya untuk mengawasi si Kecil saat kita belum sanggup untuk fokus.
Validasi perasaan sedih Ibu dan si Kecil
Di tinggal pasangan hidup itu rasanya menyakitkan, melihat barang yang suka dipakainya, atau ada hal yang bikin kita inget sama pasangan bikin pengen nangis. Ya nggak apa-apa kalau kita nangis depan anak, sama seperti Ibu, si Kecil juga sedang merasa kehilangan juga.
Biasanya anak merasa kesulitan untuk memahami perasaannya ketika Ayah meninggal. Nah, dengan menunjukkan kesedihan Ibu, si Kecil bisa menyadari bahwa sedih yang mereka alami itu wajar.
Menangis bersama lalu bangkit bersama, semuanya bisa terasa lebih mudah dibanding membendung rasa duka sendirian.
Ajak si Kecil mengenang Ayah
Setelah memberikan waktu berduka untuk diri kita, saatnya kembali bangkit pelan-pelan. Luangkan waktu yang berkualitas bareng si Kecil untuk mengenang almarhum Ayah.
Mencetak dan menyusun foto-foto Ayah, ngelakuin aktivitas yang biasa si Kecil lakuin sama Ayahnya. Bisa juga dengan memasak makanan kesukaan almarhum suami.
Dengan begitu, si Kecil jadi sadar bahwa dia dan ibu bisa menemukan kebahagiaan lagi dalam kenangan Ayah. Hidup tetap harus berjalan meski tanpa kehadiran Ayah.
Menyusun ulang rencana masa depan
Sudah meluapkan segala emosi, mulai merasa tenang, dan sudah bisa menerima keadaan. Yuk, waktunya kita menyusun ulang rencana masa depan 🙂
Mungkin selama ini Ayah dan Ibu telah memiliki rencana keuangan untuk keluarga seperti biaya pendidikan, rumah masa depan, dll. Kita susun ulang rencana itu sesuai dengan kondisi yang sekarang bahwa kita orang tua tunggal, nggak ada lagi Ayah yang wajib memberikan nafkah.
Ingat, rencana berubah bukan berarti gagal, tapi kita sedang beradaptasi dengan baik.
Kembali beraktivitas
Sambil mengobati rasa duka, kita juga perlu beraktivitas agar pikiran sedih teralihkan. Ibu bisa kembali bekerja, merintis usaha, atau mulai aktif dalam komunitas. Kasih contoh ke si Kecil bahwa kehilangan Ayah bukan berarti kehilangan seluruh dunia kita.
Meski rasanya sedih dan berat, ada hal-hal yang bisa kita perjuangkan. Hidup harus terus berjalan dan kesulitannya harus dihadapi. Sikap ini menjadi contoh pada si Kecil bahwa menjadi kuat adalah satu-satunya pilihan untuk menghadapi kenyataan hidup.
Pesan Mbak Alexa, kebahagiaan itu bukan dicari, bukan juga dibentuk tapi kita yang menciptakan kebahagiaan itu. Semangat Ibu 🙂