“Adekkk, larinya cepat sekaliii….”
“Di sana ada kolam ikan, hati-hati tecebur, ya…”
“Hati-hati pegang ini-itunya ya…”
Parents, coba absen dulu ya – siapa yang sudah mulai merasa kewalahan saat anak super aktif di tempat umum?
Terkadang, sadar atau tidak – kita sebagai orang tua berharap anak bisa aktif. Aktif bertanya, aktif dalam bermain atau bahkan aktif saat bersosialisasi dengan teman sebayanya. Menurut pandangan kita, saat anak aktif, di situlah pondasi untuk menjadi cerdas.
Tapi, bagaimana kalau anak malah jadi super aktif?
Sebentar, kita sapa Parents dulu ya – Hola Parents! Apa kabar hari ini? Semoga selalu dalam kesehatan yang baik dan segala urusan diperlancar dan dipermudah, ya.
Parents, kita sudah mengetahui bahwa pola asuh sekarang ini, khususnya untuk Generasi Alfa untuk anak-anak kita – mempunyai perbedaan yang signifikan dengan pola asuh terlebih dahulu.
Pola asuh sekarang cenderung untuk mengarahkan anak lebih bisa bereksplorasi, dengan harapan eksplorasi tersebut membawa kecerdasan. Baik kecerdasan kognitif, pengaturan emosi yang baik, sampai kemampuan bersosialisasi yang mumpuni.
Berbeda dengan pola asuh terlebih dahulu. Pola asuh pada zaman dulu, bisa kita guraukan sebagai pola asuh VOC, di mana teriakan, lontaran kata ‘jangan’, atau bahkan sampai makian menjadi hal yang normal pada saat itu.
Tetapi sekarang kita sadar bahwa pola asuh seperti itu sudah harus berkembang, seperti sekarang ini.
Menurut Ahli…
Sepertinya hal ini selaras dengan apa yang dijelaskan oleh Psikolog Anak dan Keluarga, Irma Gustiana A, S.Psi., M.Psi., Psikolog. Dilansir dari Kumparan, Irma menyebutkan ada hal yang harus dilakukan dan dihindari saat menghadapi anak yang super aktif.
Menurut Irma, salah satu hal penting yang perlu orang tua bisa terapkan adalah memahami emosi anak dan membuat aturan yang berkaitan dengan hal tersebut. Poin ini diharapkan bisa membuat orang tua tahu apa yang diinginkan anak, dan anak pun tidak keluar dari aturan yang sudah ditetapkan oleh orang tuanya.
Memang sih, secara teori mudah untuk diucapkan. Tetapi pada praktiknya, kadang kita kewalahan! Betul tidak Parents?
Tapi, menjelaskan aturan pada anak itu memang hal yang diperlukan. Aturan yang dibuat juga sebaiknya sederhana dan tidak jauh dari kehidupan anak sehari-hari. Misalnya, saat di tempat umum dan makan di sebuah tempat makan.
Alaminya, anak mungkin akan lari sana lari sini karena mengeksplorasi tempat baru. Hal ini bisa dikondisikan terlebih dahulu dengan memberitahu bahwa aturan makan adalah duduk di kursi yang sudah disediakan dan makan di meja dengan tenang.
Parents kita bisa ajari anak untuk mentaati peraturan tersebut, setelah aturannya dijalani dengan baik – maka lari sana lari sini bisa dilanjutkan tentu dengan pengawasan ya, Parents.
Irma juga menjelaskan jika energi anak terlalu besar, Parents bisa lakukan tips ini: ajak anak bermain dulu, baru pergi ke tempat makan.
Oleh karena itu, memilih tempat makan yang ramah anak adalah kunci. Misal, ada playground atau minimal ada taman yang bisa dijadikan anak tempat bereksplorasi. Ajak mereka bermain terlebih dahulu – begitu sudah terlihat berkurang energinya, barulah bisa diajak makan bersama.
Tapi, ada beberapa hal lain yang perlu kita perhatikan lagi, Parents. Salah satunya adalah mengonsumsi makanan manis. Mungkin tidak masalah jika masih dalam porsi normalnya, tetapi akan jadi masalah jika berlebihan.
Menurut Klikdokter, terlalu banyak mengonsumsi makanan manis seperti permen, manisan, atau asupan lainnya yang mempunyai kadar kandungan gula tinggi, cenderung akan membuat anak tidak bisa diam.
Secara alami, gula merupakan sumber energi yang cepat diproses. Ditambah lagi, beberapa hasil penelitian juga mengungkapkan kalau pengawet dan pewarna makanan juga cenderung membuat anak jadi lebih aktif.
Nah, hal yang kita sebagai Parents bisa lakukan adalah membatasi konsumsi gula pada anak. Mengingat, selain membuat anak menjadi super aktif, anak yang terlalu banyak mengonsumsi gula juga rentan untuk mengalami penyakit lain, salah satunya diabetes.
Atau, setidaknya akan mengalami obesitas. Tentu, hal ini tidak kita inginkan ya, Parents.
Jadi seperti itu, Parents. Fundamental yang bisa kita ketahui bersama adalah memahami emosi anak, energi anak, dan hal-hal berkaitan lainnya. Sehingga, harapannya – kita bisa jadi lebih tahu tips dan trik lain yang mungkin hanya ditemukan saat anak menjadi super aktif.
Setiap anak punya kebutuhan yang berbeda-beda, Parents. Kita sebagai orang tuanya – sebaiknya menjadi lapisan pertama yang paling tahu tentang kebutuhan anak, ya.