Terkejut dan sedih. Itulah reaksi pertama Ratih Megasari, ibunda Adam Fabumi Kamaludin, ketika mendapati buah hatinya itu mengalami kelainan Dandy-Walker syndrome.
“Saat kehamilan jalan lima bulan, istri menjalani tes menyeluruh di dokter kandungan. Pas menjalani pemeriksaan USG, kami menemukan ada cairan berlebih di kepala Adam. Dokter menjelaskan itu adalah Dandy-Walker syndrome,” jelas sang suami, Kiagoos Herling Kamaludin alias Ludi kepada Parentalk.
Tak lama berselang, Ratih dan Ludi mengetahui bahwa Dandy-Walker syndrome tersebut merupakan kelainan bawaan dari penyakit langka trisomy 13. Yakni, kelebihan satu kromosom pada kromosom 13 sehingga menimbulkan kelainan-kelainan pada otak, jantung, ginjal, juga kelebihan jari pada janin.
Suami terus menyemangati istri
Sebagai suami, Ludi tak ingin keadaan tersebut membuat Ratih berlarut-larut dalam kesedihan. Meski dalam hati Ludi juga merasa sedih, ia selalu berusaha menyemangati istri dan menjadi tempatnya untuk mencurahkan perasaan.
“Walaupun sedih, bagaimanapun juga saya sebisa mungkin terlihat sebagai yang lebih tegar. Saya khawatir bila istri merasa sedih, itu dapat berpengaruh ke janinnya juga. Namanya ‘terhubung’ langsung, kan. Jadi, saya berusaha membuat istri tegar,” jelas Ludi kepada Parentalk.
Bersama sang istri, saat itu Ludi lantas mempersiapkan berbagai hal untuk menyambut kelahiran Adam. Tak hanya biaya yang besar, tapi juga wawasan juga mental yang kuat.
Dari hasil pencarian keduanya, mereka menjadi tahu bahwa anak dengan Dandy Walker-syndrome bisa menjalani hidup secara normal. Temuan itu pun membawa secercah harapan baru bagi pasangan suami istri ini.
“Kita selalu menanamkan hal positif bahwa sebenarnya si Adam itu masih bisa menjalani hidup. Dari situ kita cari tahu terapi-terapi yang bisa kita jalankan. Pokoknya, kita sudah mencari tahu sampai ke dokter-dokter saraf,” jelas Ludy.
Ayah sebetulnya juga membutuhkan dukungan
Di sisi lain, Ratih merasa kehadiran Ludi selama ini adalah penguat bagi dirinya. Ia pun berpendapat, sang suamilah yang semestinya lebih dihargai oleh khalayak.
“Karena orang-orang kan selalu bilang, ‘Selalu sabar, Mamanya Adam.’ Padahal, sebenarnya seorang ayah juga membutuhkan dukungan tersebut. Tapi, menurutku, dia bahkan lebih berbesar hati karena harus menenangkan aku juga dirinya sendiri. Aku bersyukur telah dipertemukan dengan dia untuk melalui semua ini,” terang Ratih kepada Parentalk.
Tak lepas dari dukungan keluarga besar
Beruntung, keluarga kedua belah pihak mendukung perjuangan Ratih dan Ludi, terutama om dan tante Adam. Saat mengetahui kelainan pada kandungan Ratih, mereka justru mendukung keduanya untuk tetap mempertahankan kehamilan.
“’Kita akan selalu ada, kalian jalanin aja hidup seperti biasa.’ Dukungan mereka sih yang paling menguatkan kita,” kenang Ratih.
Tetap sebarkan semangat positif
Adam dipanggil Sang Ilahi menjelang usia 7 bulan. Meski begitu, Ratih dan Ludi tetap menyebarkan semangat positif lewat akun Instagram @adamfabumi. Caption foto-foto di akun tersebut pun selalu penuh keceriaan dan bernuansa jenaka sekalipun saat memberitakan kepergian Adam.
“…Setelah 7 bulan (kurang 2 hari), akhirnya Allah SWT manggil aku untuk balik ke sisi-Nya. Aku ngerasa tugasku di dunia untuk nemenin mama papa udah selesai dan masa jabatanku sebagai ketua geng komplek juga udah selesai.”
“Sekarang aku udah bener-bener sembuh total loooh terus mukaku juga kece deh, bersih enggak pake sonde-sondean lagi. Kalau kata orang-orang jadi kelihatan makin gembul pipinya.”
Kini tak hanya lewat akun @adamfabumi, Ratih dan Ludi juga menyebarkan semangat positif dan kepedulian mereka terhadap bayi-bayi berkebutuhan khusus lewat Adam Fabumi Foundation. Yakni, yayasan yang bertujuan membantu anak-anak dengan penyakit kronis.
(Febi/ Dok. Instagram/adamfabumi)