Hampir setiap ibu pernah mengalami drama mencari asisten rumah tangga (ART). Kondisi itu terkadang membuat Ibu kebingungan mencari rujukan yang tepat. Ragam dramanya tak bermula dari ART saja, tetapi juga yayasan atau penyalurnya. Saya pun merangkum pengalaman beberapa ibu yang pernah mencari ART lewat berbagai rujukan. Harapannya, cerita dari mereka dapat memberikan gambaran yang jujur seputar pencarian Si Mbak. Untuk memberimu sedikit petunjuk, pertimbangkan hal ini ketika mencari ART, ya.
Kriteria ideal Asisten Rumah Tangga
Menurut ibu-ibu yang tergabung dalam Birth Club September 2015, ternyata kriteria ideal ART zaman sekarang bukan yang melek teknologi, melainkan sebaliknya. Kalau saya rangkum, beberapa kriteria ideal ART di antaranya adalah sebagai berikut.
- Merupakan kenalan sendiri dari kampung karena belum ‘tahu kota.’
- Tinggal di sekitar rumah untuk pengasuh yang pulang hari.
- Tidak memiliki smartphone atau hanya menggunakan telepon genggam bersahaja.
“Di rumah saudara, ada ART yang cuma pakai handphone No**a jadul. Jadi kinerjanya bagus,” tulis Cut Fatimah dalam grup WhatsApp Birth Club September 2015.
Rujukan dari orang yang dikenal
Menurut para ibu di grup tersebut, ini adalah cara terbaik untuk mencari ART. Alangkah lebih baik lagi jika calon ART masih memiliki hubungan saudara atau kerabat dengan rujukan.
“Kita bisa berusaha memperkecil risiko dengan mencari ART dari orang yang dikenal. Setidaknya, kerugiannya enggak besar (uang, waktu, dongkol),” jelas salah satu anggota birth club, Ummi Kaltsum alias Mia.
Penyalur VS yayasan
Menurut sebagian ibu, penyalur lebih baik ketimbang yayasan, namun ada pula yang berpendapat sebaliknya. Berikut beberapa fakta seputar penyalur dan yayasan yang bisa menjadi pertimbangan Ibu saat mencari pengasuh.
Penyalur
- Biasanya perorangan.
- Tidak menyediakan kontrak atau perjanjian tertulis sehingga kita hanya mengandalkan kepercayaan dari mulut ke mulut.
“Penyalur masih agak mending karena biasanya ada yang kenal dengan kandidat pengasuhnya,” jelas Mia.
Yayasan
- Terdapat biaya administrasi di awal sebesar Rp1 jutaan.
- Keharusan menaikkan gaji pengasuh per tiga bulan.
- Terdapat kontrak yang jelas dengan tanda tangan kedua belah pihak (yayasan dan pemberi kerja). Surat kontrak pakai kop dan merinci tugas-tugas ART dengan jelas.
- ART mendapatkan seragam.
Mia dan Cut Fatimah pernah memiliki pengalaman tak enak ketika mempekerjakan ART lewat yayasan. Keduanya sempat memulangkan ART karena kinerjanya tidak memuaskan dan meminta pengganti ke pihak yayasan.
“Diganti, tapi pengganti enggak datang-datang. Kontak saya diblokir atau mulut manis doang,” ungkap Mia.
Sementara itu, Cut Fatimah mengungkapkan, “Janji mau diganti 20 Juni 2018, tapi sampai sekarang (20 Juli 2018), saya kirimkan pesan WhatsApp hanya dibaca, enggak dibalas.”
Cut Fatimah berpendapat, yayasan lebih baik ketimbang penyalur dari segi administrasi meski biayanya mahal. Ia sendiri harus merogoh kocek Rp1,5 juta untuk membayar administrasinya dan Rp900 ribu untuk ongkos perjalanan ART.
“Tapi kalau dari yayasan, ART-nya selalu suka enggak betah bekerja enam bulan,” jelas Cut Fatimah.
Meski demikian, perempuan yang akrab disapa Icut itu mengaku pernah juga mendapatkan ART yang kinerjanya baik dari yayasan tertentu.
“Cuma satu tahun, tapi pindah. Lebaran (mereka) enggak balik lagi,” terang Cut Fatimah.
Jadi, kamu memilih cari ART dari mana, Parents? Bila ART bertugas menjaga anak, simak juga artikel Tips Aman Mempekerjakan Pengasuh.
(Febi/Dok. Shutterstock)