Bayi baru lahir biasanya diidentikkan dengan aroma khas bedak dan minyak telon. Dua kosmetik bayi ini pun kerap menjadi ‘amunisi wajib’ para ibu hamil menjelang persalinan atau menjadi kado kelahiran buah hati. Namun, tahukah Ibu, hingga saat ini belum ada jurnal penelitian yang membuktikan manfaat kosmetik bayi?
Bahkan, para dokter anak mengungkapkan, penggunaan keduanya dapat menimbulkan masalah kesehatan yang serius pada bayi. Jadi, sebenarnya bayi tak perlu memakai bedak dan minyak penghangat, lho.
Bedak bayi
Ikatan Dokter Anak Amerika (AAP) mengklaim penggunaan bedak tabur berbahaya bagi bayi. Berdasarkan jurnal AAP yang berjudul Baby Powder – A Hazard oleh Howard C. Mofenson, dkk., kandungan zinc dan talc pada bedak tabur dapat meracuni pernapasan bayi bila terhirup. Lebih jauh lagi, dampak terburuknya dapat berujung pada kematian bayi.
Selain itu, Dokter Spesialis Anak Fransisca Handy mengungkapkan, bedak bayi umumnya sintetis dan nonorganik sehingga membuat kulit bayi yang begitu lembut ‘tidak bernapas’ juga lebih mudah teriritasi.
Karena itulah, pemakaian bedak yang bersinggungan dengan tali pusat bayi baru lahir dapat memperbesar risiko infeksi kulit.
Juga, kebiasaan memoles bedak tabur di area selangkangan bayi bisa meningkatkan risiko penyakit infeksi saluran kemih. Hal ini pernah dialami anak sulung Hon Nie, ibu dari Darren yang kini duduk di bangku sekolah dasar.
“Anak pertama pernah sempat pakai kosmetik bayi, pakai bedak bayi di bagian selangkangan setelah habis pipis atau habis mandi. Tapi, ternyata dia kena infeksi. Di bagian kelaminnya kemungkinan besar itu (bedak) menumpuk di saluran kencing yang menghambat dan menyebabkan terjadinya penumpukan kuman juga di saluran kencing sehingga infeksi,” jelas Hon Nie.
Kondisi tersebut pun membuat si sulung Darren harus disunat saat berusia tiga bulan.
Minyak penghangat
Layaknya bedak, minyak penghangat seperti minyak kayu putih dan minyak telon pada umumnya juga tidak diserap dan menghalangi kulit bayi untuk ‘bernapas’. Menurut dr. Fransisca, kelompok minyak ini tergolong dalam bahan iritan sehingga pemakaian berlebih dapat mencetus ruam kulit khususnya pada bayi baru lahir.
“Justru minyak telon itu bisa menimbulkan apa yang disebut dengan dermatitis kontak alergi, reaksi alergi karena kontak dengan minyak telon itu. Tidak hanya minyak telon, (tapi juga) minyak kayu putih atau apapun yang dioleskan ke badan bayi kita,” jelas dr. Fransisca.
Selain itu, dr. Fransisca menekankan bahwa penggunaan minyak telon pada bayi lebih kepada tradisi masyarakat Indonesia, sementara manfaat sesungguhnya ia perdebatkan.
“Kalau memang berfungsi untuk menghangatkan harusnya bayi-bayi di Eropa pakai minyak telon semua, bayi-bayi di Kutub Utara harusnya pakai minyak telon, tapi kan tidak. Itu kan khas di sini, tapi apakah itu menghangatkan? Kita coba aja kalau kita pakai kita kedinginan. Apakah iya menghangatkan?” lanjut dr. Fransisca.
Menurut dr. Fransisca, prinsip perawatan kulit bayi adalah the less we do, the more we protect our baby’s skin. Semakin sedikit hal yang kita lakukan, itu justru semakin melindungi kulit bayi dari berbagai masalah.
“Tuhan menciptakan bayi baru lahir dengan segala kelengkapannya, termasuk untuk melindungi kulitnya secara alami,” jelas dr. Fransisca dalam bukunya, A-Z Perawatan Bayi.
Tak kalah penting, seiring usia si kecil yang bertambah, jangan lupa jauhkan produk-produk kosmetik bayi dari jangkauannya ya, Bu! Howard C. Mofenson, dkk. dalam jurnalnya memperingatkan orang tua untuk tidak menjadikan kosmetik bayi sebagai ‘mainan’ anak terutama bedak karena kemasannya mirip dengan botol susu bayi.
Untuk mengetahui lebih jauh perawatan kulit bayi baru lahir, simak juga artikel Tips Merawat Kulit Bayi Baru Lahir.
Referensi:
- A-Z Perawatan Bayi oleh dr. Fransisca Handy, SpA
- Segmen Parenting NET 12
(Febi/ Dok. Shutterstock)