Saya adalah ibu dari dua balita. Si kakak berusia 2 tahun lebih, sementara si bungsu 1 tahun. Saat ini saya masih belum bisa menyapih anak pertama lantaran belum siap mental. Begitu juga sebaliknya. Salah satu tujuan menyusuinya sampai sekarang, saya ingin menebus rasa bersalah saya karena tidak bisa memberikan ASI eksklusif. Selain itu, saat tengah mengandung adiknya, ia tidak dapat menyusu secara leluasa.
Rekomendasi WHO dan AAP
Jika Ibu menyusui balitanya di atas usia setahun, kondisi tersebut dikenal dengan extended breastfeding. Kabar baiknya, extended breastfeeding direkomendasikan oleh World Health Organization (WHO) dan American Academy of Pediatrics (AAP).
Pada tulisan yang berjudul “Exclusive Breastfeeding,” WHO menjelaskan bahwa bayi sebaiknya mengonsumsi makanan pelengkap dengan melanjutkan menyusu hingga atau melewati 2 tahun. Para pakar pun sepakat, tidak ada waktu yang saklek untuk menyapih si kecil. Keputusan menyapih kembali lagi pada kesiapan ibu dan buah hatinya.
Kisaran usia menyapih anak
“Tapi kan, menurut masyarakat kita, anak umur 2 tahun sudah harus disapih…”
Pertimbangan tersebut mungkin banyak melatarbelakangi keputusan menyapih di kalangan ibu. Namun, mari kita simak penjelasan dari Dr. Eyla G. Boies dalam AAP News & Journals Gateway. Menurut Dr. Boies, usia untuk menyapih anak berkisar antara 2 hingga 4 tahun di berbagai masyarakat dunia. Contohnya, usia menyapih di Guinea Bissau (Afrika Barat) rata-rata 22.6 bulan, usia 2 atau 4 tahun di India, dan usia 3-4 tahun pada masyarakat Yunani, Ibrani, dan Muslim sebagaimana ditemukan dalam tulisan-tulisan Aristoteles, Talmud, dan Alquran.
Memangnya, apa saja sih, keuntungan bila ibu lanjut menyusui balita berusia dua tahun ke atas?
Masih kaya akan nutrisi
Meski si kecil sudah mendapatkan sebagian besar nutrisi dari makanan padat, air susu ibu (ASI) masih menyediakan kalori, hormon pertumbuhan, imunitas yang bernilai, vitamin, dan berbagai enzim untuknya. Sejumlah studi juga menunjukan, balita yang menyusu lebih jarang sakit.
Meningkatkan sistem imun anak
Ketika balita sakit, ASI mungkin menjadi satu-satunya asupan yang diinginkannya. Ini tentu akan membantunya tetap terhidrasi dan meningkatkan sistem imunnya. Selain itu, balita yang mengalami sakit perut mungkin tidak bisa menoleransi asupan apapun kecuali ASI.
Mencegah busui dari berbagai penyakit
Aktivitas menyusui baik bagi kesehatan ibu juga. Busui memiliki risiko diabetes, penyakit kardiovaskular, dan tekanan darah tinggi dengan kadar lebih rendah ketimbang perempuan yang tidak menyusui. Makin banyak pula bukti ilmiah yang menunjukan durasi menyusui lebih lama dapat mengurangi risiko kanker payudara premenopause pada ibu.
Dukungan emosi si kecil
Seiring si kecil tumbuh lebih mandiri, menyusui dapat menjadi sumber penting dukungan emosi dan ketenangan diri baginya. Relasi kuat yang balita rasakan bersama Ibu saat menyusu juga dapat memelihara kemandiriannya, bukan semakin manja sebagaimana yang dipercaya kebanyakan orang.
Kenyamanan menyusu juga membuat si kecil merasa lebih aman saat berada di tempat asing menghadapi rasa takut.
Selain itu, balita memiliki dunia yang begitu luas untuk dijelajah. Dengan menyusu, ia pun mendapatkan waktu tenang di tengah kesibukannya.
Menjaga berat badan ibu
Aktivitas menyusui yang berlanjut juga membantu ibu menjaga berat badannya. Sejumlah penelitian juga menunjukan, rutinitas menyusui yang diiringi diet sehat juga olahraga dapat membuat ibu makin ramping.
Sapihlah saat ibu dan anak siap
Menurut Kathleen Huggins, penulis buku The Nursing Mother’s Companion, seorang anak justru semakin tak ingin lepas dari ibunya jika ia dipaksa berhenti menyusu sebelum merasa siap secara perkembangan. Apalagi, jika ibu meninggalkan kesan yang buruk tentang menyusu pada anak saat menyapih. Seperti payudara dioles ramuan pahit, dioles obat merah, atau diwarnai lipstick
Jadi, sapihlah si kecil jika Ibu dan si kecil siap karena lebih alami dan meninggalkan kenangan yang indah.
Referensi lain:
- La Leche League International
- Baby Center
- Mayo Clinic
(Febi/ Dok. Pixabay)