Awal tahun 2018, masyarakat dihebohkan dengan berita seorang ibu asal Jombang yang berupaya bunuh diri bersama tiga anaknya dengan menenggak racun serangga. Sang ibu yang berinisial E (26 tahun) kritis, sementara ketiga anaknya yang berusia 7 tahun dan 4 tahun tewas usai diminumkan racun tersebut. Si bungsu yang berusia 4 bulan juga tewas, namun dengan cara ditenggelamkan ke dalam bak mandi.
Berita itu pun sontak menuai hujatan dari masyarakat.
“Kenapa enggak emaknya aja yang mat*?”
“Kenapa dilahirkan kalau ujung-ujungnya dibun**?”
“(Anaknya) enggak usah ‘dibikin’ kalau enggak bisa tanggung jawab.”
“Kalau enggak kuat sama dunia, tolong mat* ajalah sendiri.”
“Enggak kuat iman itu ibunya.”
Komentar-komentar negatif itu saya saksikan langsung dan ironisnya, terlontar oleh sesama ibu.
Upaya bunuh diri, puncak kekecewaan terhadap suami
Menurut Kepala Kepolisian Resor Jombang Ajun Komisaris Besar Polisi Agung Marlianto, upaya dan ajakan bunuh diri sang ibu merupakan puncak kekecewaan atas sikap suaminya yang sejak dua bulan lalu menikah lagi dan mulai menjaga jarak dengan korban.
Sebagaimana dilansir Viva, E adalah istri kedua F yang dinikahi secara siri tujuh tahun lalu. “Kekecewaan itu terakumulasi lalu terjadilah aksi bunuh diri itu,” kata Agung kepada Viva.
Agung juga mengungkapkan bahwa E tak tinggal serumah dengan suaminya dan tidak dinafkahi.
Perjuangan merawat satu anak, satu balita, dan satu bayi seorang diri tanpa kepastian ekonomi tentu sangatlah berat. Bandingkan saja dengan kita, para ibu yang diberikan salah satu atau beberapa kemudahan seperti pasangan yang perhatian, support system yang membantu mengurus anak, maupun kecukupan ekonomi.
Pendiri Mother Hope Indonesia: berhenti menghakimi!
Sementara, Pendiri Komunitas Ibu Mother Hope Indonesia (MHI) Nur Yanayirah mengajak masyarakat untuk peduli dan berempati pada ibu-ibu yang mengalami depresi.
“Janganlah lagi menghakimi Ibu E. Bebannya sudah sangat berat, apa yang ia rasakan kini lebih berat daripada hukuman penjara sekalipun! Berhentilah memberi saran, berpikirlah positif kepada ibu yang mengalami depresi berat pascamelahirkan,” tulis Yana pada status Facebook pribadinya yang juga dibagikan pada grup MHI.
Analogi ketika seorang ibu mengalami depresi
Ibu yang merupakan penyintas postpartum depression (PPD) ini sebelumnya beberapa kali berupaya untuk bunuh diri sejak anak pertamanya meninggal dalam kandungan. Ia pun menganalogikan rasanya depresi sejak 2011.
- Kepala saya sangat pusing, sakit sekali. Bayangkan kepala Anda seperti ditusuk-tusuk jarum di semua sisi.
- Saya akan kesulitan bernafas. Bayangkan wajah Anda ditutupi oleh kantong kresek yang hanya dilubangi sedikit.
- Dada sakit seperti terhempit. Bayangkan Anda berenang dan ambil nafas sebentar di udara bebas, lalu berenang lagi dalam jangka waktu yang lama tanpa tabung oksigen.
- Energi saya habis. Seperti debu yang disedot oleh vacuum cleaner atau bayangkan Anda seperti habis lari marathon, setiap hari, setiap jam, setiap menit dan setiap detik. Anda akan keletihan sepanjang waktu tanpa batas waktu yang dapat ditentukan.
- Anhedonia, pesimis, apatis terhadap diri sendiri, pasangan, anak-anak dan dunia. Pernah nonton Harry Potter? Kebahagiaan Anda bagai dihisap oleh para Dementor.
- Kesulitan tidur sekeras apapun Anda mencobanya
- Kehilangan nafsu makan seperti orang yang habis kena tipes. Lambung Anda juga ikut bermasalah. Tak jarang mual dan muntah tanpa sebab yang jelas.
- Bangun dari tempat tidur, mandi, menyisir rambut dan merawat diri lainnya seperti olahraga berat, seperti mengangkat beban yang berat ke kamar mandi. Kaki dan tangan Anda seperti diberi borgol yang kuat.
- Anda menyalahkan diri sendiri. Anda jelek, buruk, gagal, dan pantas dihukum
- Pada kasus saya, lama-kelamaan akan muncul bisikan yang menyuruh diri untuk bunuh diri dan juga bunuh diri bersama anak saya sendiri
“Anda tidak akan bisa menyuruh ibu ini untuk berpikir positif. Ibaratnya Anda menyuruh seseorang yang lumpuh untuk berdiri dan berlari,” lanjut Yana dalam statusnya.
PPD dapat terjadi pada siapa saja
Menurut Psikolog Keluarga Vera Itabiliana, sebanyak 13 persen perempuan di dunia mengalami PPD. Di negara berkembang, persentase perempuan yang mengalaminya lebih besar, yaitu 20 persen.
Referensi:
- “Ditinggal Ibu Jadi TKW, Ini 4 Kisah Soal Evy, Ibu Muda yang Ajak 3 Anaknya Tenggak Racun” pada Tribunnews
- “Adan Tamu Misterius Sehari Sebelum Evy Bunuh Tiga Anaknya dan Minum Racun” pada Tribunnews
- “Pengakuan Ibu yang Ajak Tiga Anaknya Bunuh Diri” pada Viva
(Febi/ Dok. Pixabay)