Usai melahirkan, saya pernah bercita-cita punya stok ASI perah yang melimpah menjelang kembali bekerja. Inginnya sih, seperti foto-foto stok ASIP yang memenuhi seluruh kapasitas freezer para #pejuangASI di Instagram. Tapi, apa daya, sepertinya saya tidak seniat mamah-mamah itu.
Menyetok ASIP butuh komitmen dan disiplin
Memang untuk menyetok ASIP selama bekerja, komitmen dan disiplin yang besar sangat dibutuhkan. Yap, harus benar-benar disiplin. Enggak ada ceritanya karena kerjaan masih menumpuk, kita menunda untuk memerah ASI. Ini yang terjadi pada saya pascakelahiran kedua anak. Beban kerja mengalahkan kewajiban untuk memerah. Alhasil, ketika kedua anak saya masng-masing berusia empat bulan, stok ASIP menipis dan habis.
Saya pun ngobrol dengan seorang teman yang anaknya bisa menikmati ASIP hingga berusia 18 bulan selama ia bekerja. Namanya Ester Sulistina. Pegawai Pusdiklat Pengembangan SDM Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan ini sudah memerah sejak hari ketiga anaknya, Raja, lahir.
“ASI-nya sudah melimpah, sampai harus diperah. Padahal kan kebutuhan ASI anak baru lahir belum sebanyak itu. Di minggu pertama Raja lahir itu aku sekali perah sudah bisa dapat 120 ml,” jelas Ester kepada Parentalk.
Rela memerah saat subuh dan tengah malam
Untuk menghindari payudaranya bengkak sementara kebutuhan menyusu bayi baru lahir masih sedikit, Ester pun harus rajin dan rutin memerah. Bahkan, ia selalu memerah ASI tengah malam dan subuh. Kalau saya sih, dulu nyerah, karena lebih memilih tidur untuk menyimpan energi. Jadi, saya salut banget sama komitmen dan disiplin yang dijalani Ester.
Perah ASI mengikuti kebiasaan bayi menyusu
Dokter Spesialis Anak IGAN Pratiwi dalam bukunya 160 Tanya Jawab seputar Menyusui pun menyarankan para busui untuk memerah ASI mengikuti kebiasaan bayi menyusu. Biasanya setiap 2-3 jam sekali.
“Jika kamu merasa khawatir ASIP tidak mencukupi, pompalah lebih sering,” tulis perempuan yang akrab disapa dr. Tiwi dalam bukunya.
Lingkungan ramah busui ikut berperan
Sekembalinya bekerja pun Ester bisa lebih tenang karena stok ASIP-nya lumayan banyak. Selain itu, tempatnya bekerja juga terdapat ruang laktasi yang layak. Sejak awal bekerja, Ester pun rutin memerah setiap 3-4 jam sekali. Lama-lama frekuensinya berkurang seiring bertambahnya usia Raja. Menurut Ester, ia bisa disiplin memerah salah satunya karena lingkungan kerjanya yang ramah ibu menyusui.
“Di sini perempuannya sadar ASI semua, sih. Dari bos-bos sampai karyawan. Bahkan, lagi di tengah training pun boleh kalau mau pumping,” jelas Ester.
Rutinitas memerah berlanjut di rumah
Dalam sehari, Ester bisa membawa pulang 3-4 botol ASIP. Sepulang kerja, Ester langsung menyusui Raja. Meski begitu, rutinitas memerah di rumah masih berlanjut khususnya saat si kecil sudah tidak mau menyusu dan payudaranya penuh. Sesi memerah ASI tengah malam dan subuh pun masih berjalan meski ia sudah kembali bekerja. Maka tak heran, dengan rutinitas memerah yang disiplin, ia justru ‘kelebihan’ puluhan kantong ASIP saat menyapih Raja!
Asupan gizi memperngaruhi produksi ASI
Selain disiplin tinggi, Ester juga mengungkap asupannya sesudah melahirkan yang mungkin membuat ASI tetap melimpah. Mulai dari makan sup ayam kampung, sayur daun katuk, sayur daun bangun-bangun, sampai minum vitamin ASI.
“Tapi pikir punya pikir, pas masih gadis dulu aku sempat rutin minum susu kedelai. Mungkin itu ngaruh kali, ya, karena kan bagus untuk hormon estrogen,” tambah Ester.
Semoga tips dari Ester bisa membuat busui yang kembali bekerja lebih disiplin memerah agar stok ASIP melimpah, ya!
(Febi. Dok. Pixabay)