Suatu hari saya heran melihat garis kuning di gigi susu anak saya yang baru berumur 16 bulan. Letaknya di batas antara gusi dan dua gigi kelincinya. Setelah cari tahu, ternyata ini adalah salah satu tanda karies gigi. Yap, ternyata di usianya yang masih kecil, gigi anak juga rentan terkena karies.
Penyebab dan tanda-tanda karies
Menurut American Academy of Pediatrics (AAP), karies atau tooth decay jadi satu masalah yang dihadapi banyak bayi dan balita. Kondisi ini berpotensi terjadi setelah gigi pertama bayi muncul.
Karies bisa terjadi karena beberapa hal. Antara lain kebiasaan minum susu menggunakan botol atau ngedot, mengemut makanan dan mengkonsumsi makanan atau minuman manis.
Kondisi tersebut membuat gigi anak terpapar makanan dan gula lebih lama. Bakteri dalam mulut kemudian mengubah sisa makanan atau gula ini menjadi asam. Asam inilah yang merusak lapisan email gigi sehingga gigi anak rentan rusak.
Tanda-tanda karies
Kemunculan karies terjadi secara bertahap. Awalnya, muncul white spot di batas gusi dengan gigi. Biasanya spot putih ini muncul di gigi depan atas dan bisa menyebar ke bagian gigi lainnya. White spot masih bisa diatasi dengan rajin membersihkan gigi dan penggunaan tooth mousse.
Jika white spot tidak tertangani, kondisinya berubah jadi kuning kecokelatan. Tanda ini menunjukkan sudah terjadinya karies gigi. Sehingga memerlukan penanganan langsung ke dokter gigi.
Karies dapat semakin parah jika area kecokelatan tersebut makin meluas. Warnanya juga menjadi cokelat kehitaman. Jika tidak segera ditangani, gigi dapat berlubang dan copot dari gusi.
Cara mencegah karies
Karies bisa dicegah sejak dini. Asalkan Ayah dan Ibu memperhatikan perawatan gigi si kecil bahkan sejak giginya belum tumbuh. Berikut beberapa cara mencegah karies dari @senyumsikecil dan American Academy of Pediatrics.
Bersihkan gigi si kecil
Orangtua bisa membersihkan area mulut sejak bayi baru lahir. Caranya gunakan kain kasa lembut untuk mengelap bagian gusinya. Saat anak berusia 1 tahun atau setelah gigi pertamanya tumbuh, kamu dapat membantu bersihkan giginya dengan sikat lembut yang terbuat dari silikon. Kemudian sikat ini berangsur digantikan dengan sikat gigi kecil dan disertai penggunaan pasta gigi.
Atur makanan dan minuman si kecil
Batasi konsumsi makanan manis, apalagi yang gulanya berlebih. Hal ini untuk meminimalisir produksi asam dari bakteri yang merusak gigi. Kalaupun anak-anak ingin memakan snack, sebaiknya berdekatan atau bersamaan dengan waktu makan.
Setelah makan, biasakan si kecil untuk membersihkan giginya dengan lidah. Lalu ajak anak untuk minum air putih. Konsumsi air putih dapat mempercepat penetralan kondisi mulut yang sebelumnya asam karena makanan.
Hindari penggunaan dot
Minum susu dari botol atau dot membuat mulut anak lebih lama terpapar gula dari susu. Hal ini juga berlaku untuk anak yang minum menggunakan sippy cup. Kalaupun anak harus minum dari botol, sebaiknya hanya diisi dengan air putih.
Saat berusia 12 bulan ke atas, anak dapat mulai berlatih memakai gelas biasa untuk minum susu, jus atau minuman lain. Pengguaan gelas dapat meminimalisir terkumpulnya minuman dalam mulut.
Cek ke dokter gigi sejak dini
Orangtua dianjurkan untuk membawa anaknya ke dokter gigi sejak dini. Yaitu sebelum mereka berusia satu tahun atau setelah gigi pertamanya tumbuh. Dengan begitu, kondisi kesehatan gigi dan mulut anak dapat diketahui. Pencegahan kerusakan gigi seperti karies pun dapat dilakukan lebih cepat.
Walaupun masih berupa gigi susu, gigi tersebut akan menjadi fondasi buat gigi tetapnya yang akan bertahan sampai dewasa. Jadi, segera beri penanganan yang tepat agar kesehatan gigi dan mulut anak tetap terjaga.
(Dyah/ Foto: Pixabay, @senyumsikecil)