Saat ini, banyak orangtua yang melakukan sharenting atau berbagi informasi seputar parenting. Hal ini mengundang pro-kontra karena dampaknya dinilai bisa melanggar privasi anak. Tapi kalau masih dalam batas wajar dan bermanfaat buat orang lain, sharenting justru bisa bersifat positif.
Seperti yang dilakukan Marlisa Tenggara, ibu dari Eegan (1 tahun). Lewat akun Instagram @marlisathen, wanita 28 tahun ini berbagi cerita seputar pengasuhan anak. Seperti tips mengatasi GTM pada anak, pengaturan jadwal harian, imunisasi, penanganan anak sakit dan banyak lagi.
“Berawal dari background dulu sebagai blogger dan suka sharing pengalaman sendiri. Dari situ saya lihat orang merasa terbantu dengan adanya sharing. Setelah ada Eegan, jadi banya cerita seputar anak dan ternyata informasinya membantu ibu-ibu lain,” cerita Marlisa pada Parentalk.
Menyiapkan info yang akan dibagi
Marlisa mengaku lebih banyak cerita soal pengalaman pribadinya, seperti saat menyunat Eegan, perubahan fisik yang dia alami setelah melahirkan atau pendidikan seks ke anak. Di beberapa postingan, perempuan ini juga mengulas produk yang ia pilih untuk Eegan.
Biasanya ia menyiapkan konten yang akan diposting selama seminggu ke depan. Termasuk menyiapkan data dan keterangan yang perlu diriset terlebih dulu. Tapi pernah juga Marlisa membuat konten secara spontan, ketika ada info yang menurutnya perlu dibagikan.
Pemilihan topiknya disesuaikan dengan info yang banyak diperlukan para ibu. Tapi bagi Marlisa, yang penting dalam sharenting adalah untuk tetap netral. Apalagi tidak sedikit isu parenting yang sensitif bagi orangtua lain.
Sharenting memberi banyak manfaat
Sejak berbagi info parenting di tahun 2017 lalu, followers akun Instagram Marlisa bertambah hingga lebih dari 18,6 ribu followers pada Maret 2018. Marlisa menilai hal ini jadi keuntungan tersendiri karena dia mendapat banyak teman baru di media sosial.
“Jadi nambah teman, ibu-ibu lain di Instagram dan mereka juga helpful. Kadang dapat saran, feedback ini itu, jadi menambah wawasan saya juga,” kata Marlisa.
“Kalau enggak ada share semacam ini, jadi bingung dapat informasinya darimana. Di Google memang banyak info ya, misalnya tentang anak susah makan, GTM, ada banyak teori tentang itu. Tapi kalau baca cerita dari orang lain dapat yang lebih real, jadi jelas prakteknya gimana,” tambahnya.
Sharenting wajar terjadi
Selain Marlisa, ada banyak orangtua yang melakukan sharenting. Dilansir dari Huffington Post, sebanyak 80% orangtua yang diwawancara dari 10 negara mengaku melakukan sharenting. Kebanyakan dari mereka mengupload foto dan informasi tentang anaknya yang berusia 0-2 tahun untuk dibagikan ke kakek-nenek, keluarga besar serta teman-teman lain.
Menurut psikolog anak Monica Sulistiawati, M.Psi., fenomena ini memang tidak terlepas dari perkembangan teknologi dan terkait juga dengan kebutuhan psikologis manusia.
“Di era serba digital, sebenarnya ini sangat wajar. Tapi jika dilakukan sesekali dan dalam batas normal,” jelas Monica. “Melalui sharenting, kebutuhan seseorang untuk bersosialisasi, mendapat penghargaan dan menampilkan aktualisasi diri dapat terpenuhi sekaligus. Karena media sosial sangat mudah dijangkau dan telah jadi teman keseharian ibu-ibu.”
Di sisi lain, Monica mengingatkan agar orangtua memahami batas wajar dalam berbagi info di media sosial. Sementara bagi Marlisa yang rutin berbagi info parenting, sharenting bisa dilakukan secara positif dengan tidak menghakimi keputusan orangtua lain.
“Kalau dari saya, sebaiknya jangan memihak. Jadi benar-benar hanya untuk berbagi informasi tentang apa yang kita lakukan, kita alami sama anak, tanpa harus ngejudge ibu lain. Jadi tetap saling menghormati sesama ibu dan orangtua,” tegas Marlisa.
Dengan begitu, sharenting bisa membawa dampak yang baik bagi orangtua lain. Dan pastinya, setiap orangtua bisa saling support dalam merawat anak dan membahagiakan keluarganya.
(Dyah/ Dok: Instagram @marlisathen)