Kecelakaan dapat terjadi pada kita maupun buah hati kapanpun dan di manapun. Bahkan di rumah, ketika mayoritas dari kita berpikir adalah tempat yang paling aman bagi anak, tetap menyimpan potensi bahaya yang mungkin tidak kita sadari.
Pendiri komunitas yang peduli akan keamanan keluarga dan anak, SafeKids Indonesia, Wahyu Minarto mengungkapkan fakta mencengangkan:
“Berdasarkan riset, kecelakaan paling banyak (secara kuantitas) terjadi di rumah,”
Karena itulah, pria yang akrab disapa Paman Billie ini mengajak orang tua untuk menciptakan lingkungan yang aman dan ramah anak di rumah. Bagaimana caranya?
Identifikasi bahaya di rumah
Orang tua dapat berkeliling rumah untuk mengidentifikasi hal-hal yang membahayakan. Berlututlah agar Ayah dan Ibu dapat menyisir potensi bahaya dari sudut pandang si kecil. Setelah itu, lakukan upaya untuk mengurangi risiko-risiko yang dapat ditimbulkan.
Rak buku dan lemari
Risiko: anak terjepit pintu lemari atau terjatuh saat memanjat furnitur. Bahkan, si kecil bisa saja tertimpa rak buku atau lemari bila bobotnya tidak proporsional. Bayi cenderung suka menaiki furnitur setelah ia mulai merangkak.
Tindakan: menaruh benda-bendar berat di bagian paling bawah agar dapat menahan beban rak buku atau lemari. Tutup dan kunci lemari saat tidak digunakan. Bila tak dilengkapi kunci, gunakan penahan lemari untuk mencegah si kecil memainkannya.
Mainan tercecer di lantai
Risiko: terinjak oleh anak atau ia memasukkan mainan ke dalam mulut sehingga berisiko tertelan.
Tindakan: orang tua langsung membereskan mainan jika anak masih bayi atau mengajak anak merapikannya usai bermain bila ia berusia 18 bulan ke atas.
Kabel-kabel terurai
Risiko: anak tersandung saat melewatinya atau tersetrum saat memainkannya.
Tindakan: ikat kabel-kabel menjadi satu dan jauhkan dari jangkauan anak.
Stop kontak terbuka
Risiko: anak tersetrum saat memainkannya.
Tindakan: gunakan penutup stop kontak listrik.
Sudut tajam pada meja
Risiko: melukai tubuh anak bila tak sengaja bersinggungan atau terbentur.
Tindakan: gunakan strip pelindung meja berbahan karet atau pengaman siku meja berbentuk segitiga dengan bahan silikon.
Tangga, dapur, dan kamar mandi
Risiko: anak terjatuh atau terpeleset di tangga dan kamar mandi. Risiko kebakaran di area dapur karena terdapat kompor gas.
Tindakan: memasang pagar pengaman (safety gate) pada area-area tersebut.
Pagar pada tangga atau lantai dua rumah
Risiko: anak lolos dari pagar dan terjatuh.
Tindakan: gunakan pagar yang memiliki celah sempit sehingga tak memungkinkan tubuh kecil anak dapat melewatinya.
Siku anak tangga
Risiko: anak terpeleset karena siku tangga licin.
Tindakan: pasang antislip (step nosing) pada siku anak tangga.
Benda-benda kecil
Risiko: anak memasukkan benda-benda kecil ke mulut dan tersedak.
Tindakan: simpan benda-benda kecil seperti kancing, logam, baterai kancing, dan sebagainya rapat-rapat serta jauh dari jangkauan anak. Terutama baterai kancing karena dapat membakar kerongkongan bila tertelan.
Tali gorden
Risiko: anak tercekik saat memainkan tali gorden.
Tindakan: menggunakan tirai tanpa tali atau jauhkan talinya dari jangkauan anak-anak.
Paman Billie menyarankan orang tua melengkapi keamanan rumah dengan fasilitas seperti alat pemadam api ringan (APAR) dan alarm kebakaran. Setelah Parentalk cek harganya di sejumlah toko online, kedua alat ini cukup terjangkau, lho. Harga APAR seberat 3 kilogram mulai dari Rp 200.000. Bahkan, alarm kebakaran ada yang harganya di bawah Rp 100.000.
Sementara, untuk benda-benda penunjang keamanan yang telah disebutkan di atas, harganya juga murah dan dapat dibeli dari banyak online shop.
Yuk, cermati bahaya di rumah dan ciptakan lingkungan tempat tinggal yang aman bagi anak!
Referensi: Artikel “Childproofing around the house“ pada Baby Center
(Febi/ Dok. Pixabay & Buka Lapak)