Belakangan Parentalk menerima banyak permintaan lewat Instagram direct message untuk mengulas usia terbaik sunat anak laki-laki. Benarkah saat buah hati masih bayi? Kami pun mengonfirmasinya pada Dokter Spesialis Anak Arifianto yang kemudian membenarkan pendapat tersebut.
“Semakin muda, (sirkumsisi) semakin baik. Usia yang direkomendasikan di bawah 12 bulan,” jelas dokter yang akrab disapa Apin ini.
Sementara, waktu optimal sirkumsisi adalah neonatus (28 hari pertama kehidupan bayi) berdasarkan jurnal yang dibuat Brian J. Morris, dkk. dan diterbitkan di The National Center for Biotechnology Information.
Melindungi bayi dari ISK
Menurut dr. Apin, salah satu keuntungan sunat bayi laki-laki adalah mengurangi risiko penyakit infeksi saluran kemih (ISK). Ini karena ISK paling rentan terjadi pada bayi laki-laki yang tidak disunat.
Berdasarkan Ikatan Dokter Anak Indonesia, ISK sering menyebabkan gagal ginjal pada anak sehingga membutuhkan tindakan cuci darah (dialisis) maupun cangkok ginjal (transplantasi ginjal).
Selain itu, Morris, dkk. mengungkapkan, semakin muda usia bayi, semakin besar pula kemungkinan risiko terkena ISK juga tingkat keparahannya. Dengan begitu, sunat pada bayi laki-laki dapat memberikan perlindungan dari ISK seumur hidup.
Perlindungan segera dari infeksi jamur
Dokter Apin juga menjelaskan, sunat bayi laki-laki dapat memberikan perlindungan segera dari penyakit peradangan kulit penis seperti balanitis. Gejalanya berupa ruam kemerahan pada glans (kepala penis) yang diikuti rasa gatal dengan sensasi seperti terbakar. Peradangan tersebut disebabkan oleh infeksi jamur dan rentan terjadi pada laki-laki yang belum disunat.
Risiko komplikasi pembedahan lebih rendah
Dalam jurnalnya, Morris dan tim penelitinya juga membuktikan sunat pada bayi laki-laki memiliki risiko komplikasi pembedahan yang lebih rendah ketimbang sirkumsisi di masa kanak-anak atau di kemudian hari.
Risiko komplikasi bius lebih rendah
Penelitian yang dilakukan oleh Senol Bicer dkk. mengungkapkan, sirkumsisi pada bayi di bawah satu tahun mengurangi risiko komplikasi anestesi (bius) dan biayanya lebih murah ketimbang prosedur sunat pada anak-anak yang lebih besar.
Kemudahan prosedur sirkumsisi
Bila Ayah dan Ibu memutuskan sunat saat buah hati masih bayi, keuntungan lainnya adalah kemudahan prosedur sirkumsisi (khususnya pada bayi baru lahir karena belum banyak bergerak), kecepatan proses pembedahan maupun penyembuhan, dan nihilnya jahitan. Hasil sirkumsisi pun lebih baik secara estetis bila dilakukan saat anak berusia di bawah setahun.
Mencegah ketakutan sirkumsisi di kemudian hari
Dari hasil penelitiannya, Morris dkk. mengungkapkan bahwa anak laki-laki yang memilih disunat kemudian hari berharap, mereka telah menjalaninya saat masih bayi. Selain itu, banyak anak laki-laki dan pria dewasa yang enggan menghadapi operasi meski mereka menginginkan sirkumsisi.
Morris, dkk. pun menyimpulkan, sirkumsisi saat bayi dapat mencegah ketakutan rasa sakit dan komplikasi prosedur sunat yang menyertainya.
Sirkumsisi aman di usia berapapun
Meski begitu, dr. Apin menegaskan bahwa sirkumsisi aman dilakukan di usia berapapun dan dianjurkan karena memiliki manfaat yang besar. Selain ISK, sirkumsisi dapat mengurangi risiko penyakit menular seksual juga kanker penis.
Sebelum memutuskan sirkumsisi, pastikan juga bayi dalam keadaan stabil dan sehat untuk menjalaninya. Bayi yang menderita hemofilia (gangguan pembekuan darah) tidak disarankan menjalani sunat dini. Sementara, bayi prematur harus menunggu hingga ia memiliki berat badan yang memadai.
Selain itu, Morris, dkk. berpendapat, prosedur sirkumsisi haruslah dilakukan oleh tenaga profesional dengan jenis bius yang tepat di lingkungan yang higienis.
Jadi, sebelum memutuskan sirkumsisi di usia bayi, diskusikan dahulu hal-hal tadi dengan dokter anak, ya.
Referensi:
- “A ‘snip’ in time: what is the best age to circumcise?” oleh Brian J Morris, dkk. (NCBI)
- “At What Age Range Should Children Be Circumcised?” oleh Senol Bicer, dkk. (NCBI)
- “Infeksi Saluran Kemih pada Anak” pada IDAI
(Febi/Dok. Pixabay)
1 comment