Parents, sesi curhat bersama anak itu penting untuk kita bangun sejak dini. Pastinya, sebagai orang tua kita pingin banget buat bisa tahu isi hati Si Kecil. Jangan sampai anak terbuka pada orang yang salah atau memendam perasaannya sendirian.
Bumin paham, sebagai orang tua kita ingin menjadi orang pertama yang membantu anak dalam kesulitan apapun. Sebelum membuat anak bisa terbuka sama orang tua, justru kita yang ‘membenahi diri’ terlebih dahulu agar Si Kecil merasa nyaman untuk mencurahkan isi hatinya pada kita.
Kebiasaan ini bisa kita lakukan pada anak sedari dini, nggak perlu menunggu anak remaja, kok. Misalnya dimulai dari kita yang menceritakan perasaan hari ini, bisa juga dengan selalu meladeni celotehannya 🙂
Bila kita sudah menunjukkan keterbukaan terhadap curhatan atau emosinya, anak akan merasa bahwa Parents bisa menerima apapun yang dia rasakan dan alami 🙂
Dilansir dari berbagai sumber, berikut cara menjadi orang tua yang nyaman diajak curhat oleh anak. Simak, yaa..
Terbuka terhadap emosi
Setiap kejadian yang dialami anak menimbulkan emosi yang berbeda. Kemungkinan anak akan menangis atau marah saat mengadukan sesuatu. Bisa jadi Parents terpancing emosi terhadap apa yang diceritakan Si Kecil. Nah, di sini Parents diharapkan untuk tetap tenang dan sabar.
Nggak semua anak bisa mengekspresikan perasaannya dengan lancar, ada yang perlu waktu lama, atau hanya menangis, mungkin menumpahkan perasaannya lewat gambar. Jadi Parents harus tahan emosi dan berikan kenyamanan saat anak ingin menyampaikan perasaannya.
Menjaga reaksi terhadap curhatan anak
Salah satu yang membuat anak ogah untuk terbuka, karena takut menghadapi respons emosi orang tuanya. Sedangkan bila Parents terbuka dan bisa mengontrol emosi, anak akan merasa nyaman dan nggak takut dimarahi.
Hal tersebut pun dijelaskan oleh terapis Jody Baumstein, yang berpraktik di Children’s Healthcare of Atlanta Strong4Life, Atlanta. Ia menyebutkan bahwa reaksi yang berlebihan bisa membuat anak enggan bercerita.
“Terkadang reaksi yang sangat besar membuat anak segan dan nggak mau berbagi cerita, karena mereka nggak mau membuat orang tuanya kecewa, khawatir, atau takut. Cobalah untuk mendengarkan dan ikuti curhatannya,” jelasnya seperti yang dikutip laman Strong4Life.
Menjadi pendengar yang baik
Ini aspek yang sangat penting ya kalau kita mau jadi tempat curhat yang nyaman 😀 Untuk melakukannya, kita harus bisa menerima yang dikatakan Si Kecil. Selain itu, kita menunjukkan antusiasme terhadap ceritanya. Curhat ‘kan nggak selalu tentang yang sedih-sedih aja yaa 🙂
Biar bisa nyambung sama apa yang diceritakan anak, kita bisa terlibat dalam apa yang mereka minati, berikan pertanyaan dari apa yang dia ceritakan. Bisa juga dengan cara mengikuti hal yang sedang digemarinya. Misal dia lagi suka mainan puzzle, kita bisa ikut terlibat dalam permainan itu agar bisa terus terikat dalam ceritanya.
Pilih momen yang tepat untuk berbicara mengenai hal yang serius
Ketika melihat anak ada perubahan sikap atau ada hal yang mulai membuat Parents khawatir pada Si Kecil, kita bisa membicarakannya baik-baik, kok. Kita nggak perlu pakai gestur atau mimik muka yang seriuss. Apalagi sampai bilang “Sini ngobrol sama Ayah/Ibu, ini nggak main-main.” Waduhh, Si Kecil pasti auto tertekan dong.
Sebaiknya obrolan serius kita bawa santai, pilih momen yang tenang untuk berbicara pada anak, jangan lupa untuk menjaga reaksi terhadap hal yang Si Kecil ungkapkan. Fokus kita memberikan anak kesempatan untuk bersantai dan mengatakan apa yang mereka rasakan.
Pastikan momen ini juga menjadi quality time kita bersama Si Kecil, kita perlu kreatif dalam menjaga hubungan dengan anak. Ajak dia menikmati makanan kesukaannya sambil ngobrol banyak hal.
Parents, mudah-mudahan dengan cara ini anak kita menjadi nyaman untuk terbuka dan berbagi cerita dengan orang tuanya, ya. Dengan begini, dia nggak akan merasa sendirian saat mengalami kesulitan dan bisa lebih kuat dalam menghadapi masalah 🙂