Sebelumnya, kalau dengar tentang temperamen pada anak, saya langsung terpikir sama karakter anak yang emosinya suka meluap, tantrum dan susah diatur. Tapi setelah ikut kelas ‘Temperamen Anak’ di Rumah Dandelion, saya baru tahu kalau pendapat saya ini salah. Karakter-karakter tadi baru sebagian kecil dari yang namanya temperamen.
Psikolog Nadya Pramesrani menjelaskan kalau temperamen adalah cara seseorang untuk mengekspresikan diri terhadap lingkungan sekitarnya. Secara garis besar ada tiga tipe temperamen pada anak. Yaitu slow to warm up, easy child dan active/ feisty. Ayah dan Ibu bisa mulai mengenali tipe ini sejak si kecil baru lahir.
Slow to Warm Up
Anak yang slow to warm up biasanya butuh waktu lama buat adaptasi. Misalnya saja waktu belajar makan. Anak-anak ini enggak akan langsung tertarik sama makanan baru di hadapannya.
Mungkin orang tua bakal melihatnya sebagai penolakan, padahal belum tentu. Karena baru kenal, baru lihat, jadi mereka butuh untuk tahu dulu ‘apa sih makanan yang ada di depan aku ini?’
Selain itu, karakter slow to warm up bisa dilihat dari hal lain. Seperti saat di tempat baru anak jadi susah tidur atau enggak mau langsung ikutan main. Saat melihat buku baru atau ibu bernyanyi di depannya, dia enggak langsung merespon atau berekspresi.
Hal ini bukan berarti dia tidak mau ya. Tapi anak memang butuh waktu untuk menyesuaikan diri dan kenalan sama hal baru yang dia lihat.
Active/ Feisty Child
Beberapa tulisan menyebut anak yang bertemperamen aktif dan penuh semangat sebagai difficult. Kenapa? Biasanya anak seperti ini, sulit mengendalikan dirinya sendiri. Pada beberapa hal juga dianggap enggak sesuai dengan norma yang dianut kebanyakan orang.
Contohnya, waktu lagi senang mereka bakal lompat-lompatan heboh kegirangan. Tapi begitu sedih atau keinginannya enggak tercapai, mereka bisa saja menangis kejer dan tantrum di depan umum.
Ibu dan Ayah juga bisa melihat karakter ini sejak si kecil masih newborn. Misalnya, dia enggak punya jadwal menyusu yang teratur. Jadi, kapan pun dia mau, dia bakal minta susu ke ibunya. Atau ketika lihat suatu benda, dia penasaran banget buat memegang, padahal benda itu beresiko bahaya buat dia.
Pada sebagian orang, anak bertemperamen ini dianggap sulit diatur. Padahal memang inilah cara mereka buat mengekspresikan dirinya. Yaitu dengan cara yang ekspresif dan aktif.
Easy child
Anak yang termasuk easy child bisa dibilang adaptif dan mampu mengontrol temperamennya. Misalnya, waktu ketemu orang baru dia gampang akrab dan enggak selalu nemplok ke ayah ibunya. Terus dia bisa mengikuti jadwal yang dibuat oleh orang tua di rumah.
Sekilas, rasanya enak banget ya punya anak yang tipenya easy child. Tapi temperamen anak seperti ini juga ada resikonya lho. Contohnya, karena gampang kenal sama orang baru, bisa saja di langsung mau sama orang asing yang ketemu di jalan. Padahal kan belum tentu aman buat diri mereka.
Di sini, orang tua punya tantangan buat mengajarkan ke anak tentang apa yang boleh dan tidak boleh. Jadi anak bisa tahu rambu-rambu atau batasan yang aman ketika dia berhadapan sama lingkungan sekitarnya.
Nah, apa kamu sudah tahu tipe temperamen yang dimiliki si kecil? Apapun temperamennya, hadapi dengan sabar ya. Ingat, tiap anak memiliki karakter unik. Dengan mengetahui tipe temperamen anak, ayah dan ibu bisa memenuhi kebutuhan mereka dan memberikan pola asuh yang tepat buat perkembangannya.
(Dyah/ Foto: Pixabay)