Kedua anak saya mengalami jaundice alias kuning setelah lahir. Namun beruntung, kondisi kuningnya ringan sehingga perlahan menghilang karena mereka rutin menyusu. Yap, tidak semua kondisi kuning membutuhkan terapi sinar. Karena itulah, orang tua perlu membekali wawasan seputar kuning pada bayi. Dengan begitu, kita dapat memahami kondisi kuning yang wajar pada bayi dan sebaliknya.
Penyebab kuning
Infant jaundice adalah perubahan warna kuning pada kulit dan mata bayi baru lahir. Menurut Dokter Spesialis Anak Arifianto, mayoritas kuning pada bayi baru lahir merupakan kondisi fisiologis atau alamiah yang berhubungan dengan pematangan fungsi hatinya.
“Karena hati bayi belum matang dan masih berkembang, kadar bilirubin dalam darah bayi baru lahir umumnya lebih tinggi daripada bayi yang berusia lebih tua,” jelas dokter yang akrab disapa Apin ini kepada Parentalk.
Apa itu bilirubin?
Bilirubin adalah pigmen berwarna kuning pada sel darah merah. Menurut situs Medscape, bilirubin mengalami konjugasi menjadi senyawa organik asam glukuronat di hati yang kemudian dikeluarkan dari tubuh melalui usus dan dalam bentuk feses. Ketika proses pengeluaran ini kurang baik setelah kelahiran, tidak bekerja efisien, atau kewalahan dengan jumlah bilirubin yang dihasilkan, kadar bilirubin dalam tubuh meningkat. Kondisi tersebut pun menyebabkan kuning atau hiperbilirubinemia. Yakni, keadaan terlalu tingginya kandungan bilirubin dalam darah sehingga bayi baru lahir terlihat kuning.
Berdasarkan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), hiperbilirubinemia terjadi saat kadar total serum bilirubin (BST) >5 mg/dL. Meski begitu, hiperbilirubinemia umumnya normal dan hanya 10% yang berpotensi menjadi patologis seperti kelainan otak akibat tingginya kadar bilirubin dalam tubuh (ensefalopati bilirubin).
Selain itu, menurut situs Mayo Clinic, perawatan terhadap bayi kuning tidak diperlukan dan sebagian besar kasus yang memerlukan perawatan pun dapat merespon terapi noninvasif dengan baik.
Cara mengetahui bayi kuning
Untuk mengetahui kuning pada bayi, tekan kening atau hidung bayi dengan lembut. Jika kulit yang kamu tekan tampak kuning, Si Kecil mungkin mengalami kuning yang ringan. Jika Si Kecil tidak kuning, warna kulit semestinya terlihat sedikit lebih terang sejenak daripada warna kulit normalnya.
Kamu juga bisa mengetahuinya dari bagian putih di mata bayi yang terlihat kuning. Periksalah kondisi bayi di bawah pencahayaan baik seperti pada siang hari yang cerah.
Sebagian besar rumah sakit memiliki kebijakan seputar pemeriksaan jaundice sebelum bayi diperbolehkan pulang. Lebih jauh, Akademi Dokter Anak Amerika (AAP) merekomendasikan bayi baru lahir untuk diperiksa secara rutin setidaknya setiap 8-12 jam selama ia di rumah sakit.
Kondisi kuning pada bayi juga perlu diperiksa di antara hari ketiga dan ketujuh setelah kelahiran bayi, yakni saat kadar bilirubin pada puncaknya. Jika bayimu pulang dari rumah sakit kurang dari 72 jam setelah lahir, lakukan kontrol ke dokter anak untuk memantau tingkat keparahan jaundice. Setidaknya, dalam kurun dua hari usai kepulangan.
Ketika dokter melihat kondisi kuning patut dicurigai, maka bayi harus menjalani pemeriksaan darah.
Ciri-ciri kondisi kuning yang wajar pada bayi
Ayah dan Ibu pun perlu mengetahui dua jenis kondisi kuning. Yakni, kuning fisiologis (alami) yang wajar dan kuning patologis (abnormal). Menurut dr. Apin, rata-rata bayi baru lahir mulai kuning saat berusia dua hari dan berlangsung sekitar 2-14 hari. Kondisi tersebut pun masih wajar. Selain itu, sebagian kondisi kuning fisiologis berkaitan dengan air susu ibu (ASI) dan menyusui.
Kuning akibat kekurangan asupan ASI
Kondisi yang disebut breastfeeding jaundice ini khususnya terjadi pada bayi-bayi yang kesulitan menyusu. Dehidrasi atau asupan kalori yang rendah mungkin mempengaruhi kondisi kuning pada bayi. Kondisi tersebut pun menjadi indikator bahwa bayi kurang minum ASI sehingga asupannya harus diperbanyak lagi. Ini karena pemberian ASI yang cukup dapat mengatasi breastfeeding jaundice.
Menurut IDAI, breastfeeding jaundice biasanya timbul pada hari kedua atau ketiga saat produksi ASI belum banyak. Meski begitu, bayi dengan breastfeeding jaundice tidak memerlukan pengobatan dan tidak perlu diberikan air putih atau air gula. Bayi sehat cukup bulan mempunyai cadangan cairan dan energi yang dapat mempertahankan metabolismenya selama 72 jam, kok.
Kuning yang disebabkan ASI
Meski kuning yang menetap pada bayi berusia dua minggu atau lebih perlu dicurigai, dr. Apin menegaskan bahwa gejala tersebut dianggap normal pada kasus kuning karena kandungan ASI.
“Tapi, breast milk jaundice dipastikan setelah semua faktor-faktor patologisnya disingkirkan. Breast milk jaundice masuk dalam kategori kuning yang wajar,” jelas dr. Apin.
Breast milk jaundice dapat berlanjut selama beberapa minggu. Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika, penyebab pasti breast milk jaundice belum diketahui, namun zat-zat dalam ASI diduga menghambat kemampuan hati bayi untuk memproses bilirubin.
Penanganan terhadap breast milk jaundice mulai dari terapi sinar sampai suplementasi ASI donor. Penghentian ASI sementara tak hanya bertujuan menegakkan diagnosis breast milk jaundice, tetapi juga memberikan kesempatan pada hati bayi untuk mengkonjugasi bilirubin indirek yang berlebihan.
Apabila kadar bilirubin tetap meningkat setelah penghentian ASI selama 24 jam, menurut IDAI, penyebabnya bukan karena ASI. Dengan begitu, ASI pun boleh diberikan kembali sambil mencari penyebab lain hiperbilirubinemia.
Kenali juga kondisi kuning yang tergolong patologis. Informasi selengkapnya ada di artikel Waspadai Kuning yang Abnormal pada Bayi.
Referensi lain:
- Artikel “Kenali Tingkat Bilirubin Normal” pada Bayi Baru Lahir pada Alodokter
- “Ensefalopati” pada Alodokter
- “Jaundice” pada CDC
(Febi/Dok. Shutterstock)