Kekerasan dalam hubungan masih marak terjadi, terdapat dua jenis kekerasan yaitu verbal dan non-verbal. Bahkan terkadang, seseorang gak menyadari dirinya mengalami kekerasan verbal, karena mengira bahwa ucapan yang disampaikan pasangannya merupakan suatu kebenaran.
Kekerasan verbal biasanya mendahului kekerasan fisik, namun bisa saja kekerasan verbal dilakukan tanpa adanya kekerasan fisik. Efek kekerasan verbal sama bahayanya dengan kekerasan fisik.
Dilansir laman Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara, berikut ciri-ciri kekerasan verbal.
Menyalahkan dan merendahkan
Membuat korban percaya bahwa dirinya pantas diperlakukan kasar karena kesalahan yang dibuatnya, bahkan korban dibuat menjadi penyebab adanya kekerasan. Komentar sarkastik untuk meremehkan dan merendahkan korban dapat menjadi pelecehan verbal.
Gaslighting
Pelecehan emosional terselubung ketika pelaku sengaja membuat narasi palsu agar korban mempertanyakan realitas mereka. Misalnya korban disalahkan pada sebuah peristiwa, menyerang balik, menyudutkan pasangan dan mencari kesalahan.
Manipulasi
Menggunakan kata-kata untuk memanipulasi dan mengendalikan orang lain. Misalnya, “Kalau kamu sayang sama aku, kamu penuhi kemauan aku.” Menggunakan rasa bersalah untuk membuat kamu melakukan hal-hal tertentu.
Penghinaan
Dihina di depan umum bisa sangat menyakitkan. Jenis pelecehan verbal ini memandang rendah korban, gak menerima apa adanya, menuduh melakukan suatu perbuatan buruk.
Ancaman
Ancaman gak boleh dianggap enteng. Ketika mengancam korban, pelaku mencoba mengendalikan korban. Cara yang lebih baik untuk mengendalikan seseorang aadalaah dengan menakut-nakuti mereka. Misalnya kalimat seperti ini, “Kalau kamu kembali bekerja, aku akan meminta cerai dan membawa anak-anak.”
Kekerasan verbal memengaruhi semua aspek kehidupan mulai dari kinerja akademis sampai pekerjaan. Bentuk kekerasan itu memiliki efek jangka pendek dan jangka panjang seperti perubahan suasana hati, harga diri rendah, depresi, malu, putus asa, merasa bersalah, sampai stres kronis.