Parents, tengah ramai perbincangan draf Rancangan Undang-undang tentang Kesejahteraan Ibu dan Anak (RUU KIA) yang memberikan hak bagi suami untuk cuti mendampingi istri melahirkan selama 40 hari.
Mengutip CNN Indonesia, hal itu tertuang di Pasal 6 ayat 2 huruf a draf RUU KIA, yang berbunyi ‘Suami sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berhak mendapatkan hak cuti pendampingan: a. melahirkan paling lama 40 hari’.
Gimana nih, Parents, senang nggak dengar kabar ini? Ternyata menjalani peran sebagai Ibu itu nggak semanis yang dibayangin, ya. Ibu pasti merasa kelelahan usai melahirkan dan harus segera mengurus bayi baru lahirnya selama 24×7.
Belum lagi adanya drama menyusui, begadang setiap malam untuk memenuhi nutrisi bayi, ditambah tugas rumah tangga yang menumpuk. Kondisi ini membuat Ibu kewalahan bahkan bisa sampai mengalami depresi pasca melahirkan. Dalam situasi seperti itu, pasti kita membutuhkan pasangan untuk membantu secara fisik dan emosional.
Dikutip CNBC, menurut riset yang dilakukan lembaga konsultan internasional McKinsey, sebenarnya ada banyak manfaat yang bisa didapat dari cuti ayah. Yuk, kita simak manfaatnya, Parents!
Memperkuat hubungan dengan pasangan
Sebanyak 90 persen lelaki yang diwawancarai dalam penelitian ini, merasa hubungan mereka dengan pasangan jadi lebih kuat. Pasangan juga memberikan dampak positif dalam hubungan yang sebelumnya kurang baik, terutama pada soal pembagian tugas rumah, dukungan emosional, dan berbagi pengasuhan anak.
Cuti Ayah menunjukkan dapat mengurangi depresi pasca melahirkan yang dialami Ibu. Dengan adanya Ayah yang selalu ada di samping Ibu, ia jadi merasa lebih tenang dalam menghadapi tantangan merawat bayi baru lahir.
Menimbulkan rasa tanggung jawab yang setara
Betul adanya bahwa mengasuh anak bukan hanya tugas Ibu. Menjalani cuti untuk mendampingi Ibu pasca melahirkan, membuat Ayah lebih sadar betapa menantangnya dalam mengasuh anak. Ayah akan terdorong untuk lebih banyak belajar dalam mengurus anak.
Berperan dalam mengasuh anak membuat Ayah mengerti mengelola pekerjaan rumah tangga, dan lebih peka terhadap hal-hal yang berpengaruh dalam perkembangan Si Kecil. Misalnya aja, mengingatkan Ibu untuk pumping, membiarkan Ibu istirahat agar mendapat ASI yang baik, membantu tugas rumah tangga agar Ibu bisa fokus pada Si Kecil 🙂
Membangun ikatan dengan anak
Para peneliti mencatat, hampir setengah dari Ayah nggak puas dengan jumlah waktu yang dimiliki bersama anak-anaknya. Periode cuti Ayah yang lebih lama ini dapat menghasilkan ikatan yang lebih kuat antara Ayah dan anak.
Selain itu, terlibatnya Ayah dalam pembagian tugas mengasuh anak, membuatnya jadi lebih dekat lagi dengan Si Kecil. Bisa memandikan anak dan memakaikannya baju bisa jadi momen sederhana yang berharga, lho.
Menurunkan kecemasan ibu
Minggu-minggu pertama menjadi ibu adalah hal yang berat. Nggak sedikit Ibu yang terjebak pada isu psikologis pasca melahirkan seperti baby blues atau bahkan depresi postpartum.
Suami yang merasakan beban istri setelah melahirkan dan memiliki kontribusi lebih, secara psikologis relatif membuat Ibu menjadi lebih tenang. Ibu merasa dirinya didampingi dan didukung pasangannya usai melahirkan dapat mengurangi penyebab depresi.
Meningkatkan produktivitas
Nggak cuma bermanfaat dalam keluarga aja nih, studi menyatakan, banyak Ayah yang mengaku jadi lebih produktif dan termotivasi untuk tetap bekerja di perusahaan setelah mengambil cuti ayah. Mereka jadi lebih menghormati tempatnya bekerja karena sudah memberikan kesempatan untuk menemani istri dan anak di masa awal kelahiran.
Parents, kehadiran Ayah di saat kita sedang berjuang untuk Si Kecil sangat berpengaruh besar, ya. Dengan adanya cuti dari RUU KIA, keluarga yang baru melahirkan anak jadi terasa lebih terikat dan lengkap, saling membantu dan mendukung untuk memberikan yang terbaik bagi Si Kecil, buah hati kita dan pasangan 🙂