Tak dipungkiri, empeng memiliki ragam manfaat kesehatan, khususnya bagi bayi prematur. Namun di sisi lain, empeng juga dapat menimbulkan berbagai risiko jika digunakan berkepanjangan. Karena itulah, orang tua perlu mempertimbangkan kembali keputusan terkait penggunaan empeng, terlebih jika Ibu menginginkan anak menyusu secara eksklusif. Yuk, pahami risiko penggunaan empeng!
Risiko infeksi penyakit
Menurut situs Ikatan Dokter Anak Indonesia atau IDAI, penggunaan empeng sering dihubungkan dengan peningkatan kejadian infeksi pada bayi karena penularan mikroorganisme yang menyebabkan penyakit. Ragam penyakit yang rentan timbul dari penggunaan empeng, antara lain sariawan, diare, infeksi saluran napas, dan otitis media akut (OMA) atau infeksi telinga tengah.
Risiko OMA pada bayi berbanding terbalik dengan frekuensi menyusui. Beberapa penelitian juga melaporkan peningkatan kejadian OMA berkaitan dengan penggunaan empeng.
Risiko kerusakan gigi
Dari penelitian fosil prasejarah, manusia zaman dahulu sangat jarang mengalami maloklusi atau kelainan susunan gigi geligi atas dan bawah. Maloklusi justru lebih sering ditemukan pada era modern.
IDAI mengungkapkan, salah satu penyebab utama dari maloklusi adalah pemakaian empeng yang berkepanjangan (2 tahun atau lebih).
Apabila bayi hanya sesekali mengempeng dan hanya sampai berusia satu tahun, maka perkembangan giginya tidak akan bermasalah. Tapi, jika bayi adalah pengempeng aktif dan berusia lebih dari 1 tahun, segeralah menyapih si kecil dari empengnya. IDAI berpendapat, kondisi tersebut dapat membuat gigi-geliginya tumbuh tidak sebagaimana mestinya walau masih berupa gigi susu. Ini karena perkembangan gigi susu akan menentukan pertumbuhan dan letak susunan gigi permanen di kemudian hari.
Tak hanya maloklusi, kerusakan gigi atau karies juga jadi dampak penggunaan empeng oleh bayi, terlebih jika empeng dioleskan pemanis.
Risiko penyapihan dini
Berdasarkan situs IDAI, ada berbagai pendapat mengenai hubungan antara empeng dan inisiasi serta durasi menyusu.
Dari beberapa penelitian, penggunaan empeng terbukti mengakibatkan penyapihan dini pada bayi. Kesenangan akan menghisap empeng membuat bayi tidak berselera lagi untuk menyusu. Akibatnya, rangsangan hisapan bayi ke puting ibu berkurang sehingga produksi ASI akan menurun.
Selain itu, menurut dr. Fransisca Handy, SpA dalam bukunya, A-Z Perawatan Bayi, anak berusia di atas enam bulan rentan mengalami nursing strike atau menolak menyusu sehingga kerap menjadi alasan ibu berhenti menyusui. Nursing strike menjadi sinyal dari bayi bahwa ada suatu masalah, namun bukan karena ingin menolak menyusu. Penggunaan empeng dapat menjadi salah satu penyebabnya.
Penelitian lainnya: empeng dan penyapihan tidak berkaitan langsung
Meski begitu, menurut sejumlah penelitian, pemberian empeng tidak berkaitan langsung dengan penyapihan dini.
- Menurut Schubiger dan Tonz (1997), penggunaan empeng sampai lima hari pertama kehidupan bayi tidak berkorelasi dengan menurunnya frekuensi dan durasi menyusu.
- Sementara, Howard dkk. (1999), menambahkan bahwa menurunnya durasi menyusu berkaitan dengan menurunnya pemberian ASI daripada penggunaan empeng.
- Penelitian setelahnya yang dilakukan Kramer dkk. (2001) menyimpulkan, penggunaan empeng dan hubungannya dengan penyapihan dini lebih berkaitan dengan adat kebiasaan, motivasi, dan faktor psikologis.
- Penggunaan empeng tidak berhubungan langsung dengan penyapihan dini. Kornborg & Vaeth (2009) berpendapat, durasi pemberian ASI lebih sering berkaitan dengan cara dan teknik dalam proses menyusui.
Menyusui tetaplah yang utama
Kesimpulannya, jika orang tua tetap ingin memberikan empeng, pastikan aktivitas menyusui menjadi prioritas ketimbang empeng. Misal, empeng hanya digunakan saat bayi tidur sesuai rekomendasi ikatan dokter anak Amerika (AAP). Juga, tunda penggunaannya pada bayi sehat yang menyusu langsung sampai berusia satu bulan. Dengan begitu, produksi ASI tetap terjaga dan memelihara kebutuhan si kecil untuk tetap menyusu dari payudara ibu.
Referensi: A-Z Perawatan Bayi oleh dr. Fransisca Handy, SpA
(Febi/ Dok. Pixabay)
1 comment