Baru melahirkan kurang dari setahun, Ayah atau Ibu sudah merencanakan kehamilan lagi agar anak pertama punya teman bermain sepantaran? Tapi, sudahkah kalian tahu berbagai risiko jarak kehamilan terlalu dekat?
Berikut hal-hal yang bisa menjadi pertimbangan kamu dan pasangan sebelum memutuskan segera hamil anak kedua atau sebaliknya, menerapkan keluarga berencana.
Hamil lagi mempengaruhi aktivitas menyusui
Menurut dr. Fransisca Handy, SpA dalam bukunya, A-Z Perawatan Bayi, mengatur dan membatasi jumlah anak menjamin keberhasilan menyusui secara lebih optimal. Meski menyusui saat hamil bisa saja dilakukan (selama tidak ada riwayat keguguran, melahirkan prematur, dan pendarahan selama kehamilan), alangkah baiknya kehamilan tidak terlalu dekat dengan sebelumnya.
“Keraguan dan rasa lelah karena harus mengasuh bayi juga hamil di saat yang sama dapat saja terjadi dan akhirnya mengganggu proses menyusui. Ingat bahwa hormon oksitosin yang mengalirkan ASI dipengaruhi oleh pikiran, perasaan, dan kesejahteraan ibu,” tulis dr. Fransisca dalam bukunya.
Tak dipungkiri, saat hamil, produksi ASI akan menurun drastis. Pastikan kembali si bakal calon kakak terpenuhi haknya untuk mendapatkan ASI eksklusif selama enam bulan.
Pertimbangkan tumbuh kembang yang optimal anak
Tak hanya nutrisi, buah hati juga perlu stimulasi dan perhatian penuh, khususnya selama 2 tahun pertama kehidupan yang merupakan masa emas tumbuh kembangnya. Jika ingin memiliki anak lagi dalam waktu berdekatan, pikirkan juga kemungkinan si calon kakak mendapatkan stimulasi dengan baik selama periode emas tersebut.
Risiko ragam komplikasi pada bayi
Kongres Dokter Kandungan dan Ginekolog Amerika (ACOG) dan Organisasi March of Dimes merekomendasikan pasangan suami istri untuk menunda kehamilan minimal 18 bulan setelah kelahiran sebelumnya. Alasannya, hamil dalam kurun 18 bulan setelah persalinan dapat meningkatkan peluang komplikasi seperti kelahiran bayi prematur dan/atau berat lahir rendah, khususnya bila kehamilan terjadi pada rentang enam bulan setelah kelahiran.
Kondisi prematur dan/atau berat lahir rendah pun dapat meningkatkan risiko bayi terkena asma, mengalami keterlambatan perkembangan dan penglihatan, serta masalah pendengaran dalam hidupnya kelak.
Meski begitu, para ahli tidak mengetahui alasan pastinya. Mereka menduga, kemungkinan risiko tersebut muncul akibat sisa peradangan pada rahim dari kehamilan sebelumnya.
Ibu juga rentan alami komplikasi
Menurut situs organisasi medis nirlaba Amerika, Mayo Clinic, kehamilan dalam kurun enam bulan pascakelahiran hidup dapat meningkatkan risiko lainnya:
- abrupsi plasenta atau plasenta dalam keadaan terlepas dari dinding rahim bagian dalam sebelum persalinan,
- kelainan bawaan pada bayi,
- dan gangguan Schizophrenia pada ibu.
Risiko autisme pada anak yang dilahirkan
Berdasarkan hasil riset terbaru, kehamilan dalam kurun kurang dari 2 tahun setelah persalinan berkaitan dengan meningkatnya risiko autisme pada anak yang dilahirkan. Risiko paling tinggi terjadi pada kehamilan yang jaraknya kurang dari setahun setelah persalinan terakhir.
Tubuh ibu belum pulih pascamelahirkan
Masih menurut Mayo Clinic, jarak kehamilan yang dekat juga membuat ibu tidak memiliki waktu cukup untuk memulihkan tubuhnya. Seperti yang kita tahu, kehamilan dan menyusui menguras persediaan nutrisi ibu, khususnya folat dan zat besi. Tubuh pun belum memiliki cukup waktu untuk mengisi kembali vitamin dan nutrisi yang dibutuhkan untuk kehamilan berikutnya. Kondisi tersebut pun dapat mempengaruhi kesehatan ibu maupun bayi. Selain itu, peradangan pada saluran kelamin yang terjadi selama kehamilan juga belum sepenuhnya sembuh.
Banyak pula bayi yang terlahir sehat
Terlepas dari berbagai risiko tadi, situs kehamilan dan pengasuhan What To Expect mengungkap, banyak pula bayi yang dilahirkan sehat walau jeda kehamilan sang ibu sangat singkat.
Menurut Heidi Murkoff, pendiri situs tersebut, selama Ibu dapat mengembalikan berat badan seperti sebelum kehamilan terdahulu, makan dengan baik, dan merasa cukup energik untuk menjajaki kehamilan berikutnya (sambil mengurus batita tentunya), keinginan untuk segera memiliki anak kedua bisa segera diwujudkan, kok.
Referensi lain: artikel “Second Pregnancy Planning” pada What To Expect