Zaman sekarang, gadget begitu lekat dengan keseharian #MillennialParents. Kapan kamu terakhir kali menulis dengan pulpen di atas kertas? Bahkan, sebagian anak balita sudah bisa mengoperasikan layar sentuh. Tugas-tugas sekolah pun saat ini banyak yang dikerjakan secara digital. Lalu, menulis tangan di era digital sebenarnya masih penting enggak, sih?
Beberapa waktu lalu, saya menghadiri diskusi yang cukup menarik. Dalam acara yang dihelat sebuah perusahaan buku tulis itu, para narasumber membahas besarnya manfaat menulis tangan.
Mengasah kecerdasan anak
Pakar Edukasi Anak Nurman Siagian yang menjadi salah satu pembicara mengingatkan, pesatnya perkembangan teknologi digital tak serta-merta membuat kemampuan menulis tangan disepelekan.
“Ada studi mengungkapkan bahwa ketangkasan memegang pensil anak yang masuk sekolah dasar mulai berkurang karena pengaruh (kebiasaan bermain) handphone. Kalau motoriknya saja bermasalah, maka proses menuliskan pikirannya akan menjadi terhambat,” ungkap Nurman.
Kegiatan mengetik dan menulis memang memberikan manfaat yang berbeda. Saat menulis, motorik seseorang akan terasah. Bahkan berdasarkan studi, menulis tangan dapat meningkatkan kecerdasan, daya ingat, juga kreativitas si anak!
Saat buah hati menulis, ia mengonstruksikan berbagai hal yang ada di pikirannya. Ia juga mencoba mencerna dulu informasi yang ingin disampaikan sebelum diturunkan ke pembaca.
“Kemampuan menulis adalah kemampuan mendasar. Saat anak terbiasa menulis, kita membantunya memahami apa yang ada dalam pikirannya juga mengarahkannya ke prestasi di mata pelajaran lainnya,” ungkap Nurman.
Melatih kesabaran anak
Consumer domestic business head sebuah produk buku tulis, Martin Jimi, mencontohkan budaya menulis yang dekat dengan keseharian pelajar di Jepang.
“Negara dengan konsumsi kertas tertinggi adalah Jepang. Di sana, anak-anak memiliki banyak tugas sekolah yang menuntut repetisi. Karena pada saat bekerja nanti, mereka akan melakukan hal yang sama berulang-ulang. Harapannya, kelak mereka tidak mudah bosan,” jelas Martin.
Menurutnya, kebiasaan menulis tangan juga memberikan ketenangan dan kesabaran karena kitalah yang harus menyunting tulisan sendiri.
Mungkin sebagian #MillennialParents memiliki anak yang masih berusia balita. Tapi, dengan memahami berbagai manfaat di atas, kita bisa menanamkan kebiasaan menulis sejak dini.
Pembekalan kemampuan menulis untuk anak balita
Bukan lantas menyuguhkan pensil, pembekalan kemampuan menulis untuk anak balita sederhana, kok. Yakni, dengan memaksimalkan kemampuan berbahasa juga motorik halus dan kasarnya. Caranya, berikan kesempatan sebesar-besarnya pada si kecil untuk bermain.
Untuk mengasah kemampuan bahasa, Ayah atau Ibu dapat membiasakan komunikasi interaktif dengan buah hati. Sebaiknya, gunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar juga bicaralah layaknya orang dewasa (no baby talk).
Biarkan anak bebas merambat, berjalan, berlari, atau bermain di playground. Dengan begitu, kemampuan motorik kasarnya akan terasah.
Bagaimana dengan motorik halusnya? Aktivitas sederhana seperti memindahkan benda dengan sendok, menuang air ke gelas, dan kegiatan lain yang mengasah otot-otot kecil tubuh dapat melatih motorik halus anak.
Jika si kecil sudah menguasai kemampuan-kemampuan tadi, orang tua dapat mulai mengenalkan konsep membaca dan menulis dengan bermain. Misalnya, bermain puzzle huruf kecil, menyanyikan lagu A-Z berikut bunyinya, atau melukis huruf di atas pasir.
“Dengan bermain, kemampuan motorik, kognisi, berbahasa, sosial-emosional terasah. Itu yang paling penting. Saat masuk SD, ia pun dapat memenuhi targetnya (sudah bisa membaca dan menulis),” jelas Ibu Nurman.
Selain bermain sambil belajar, Ayah dan Ibu juga bisa menerapkan Kebiasaan yang Mendorong Anak Gemar Menulis.
(Febi/ Dok. Shutterstock)