Pentingnya memiliki kesehatan mental sebagai orang tua masih sering terabaikan. Sebab, nggak semua Parents memiliki lingkungan yang suportif atau malah kebalikannya, minim sekali dukungan yang membuat kita kewalahan dalam menjalani peran sebagai orang tua.
Beberapa waktu lalu, Bumin Nucha prihatin sama berita seorang Ibu yang berusaha mengakhiri nyawa anaknya. Awalnya Bumin merasa kaget dan emosi mendengarnya, tapi kalau ingat gimana menjalani peran sebagai orang tua, Bumin jadi simpati.
Ya, seperti yang kita tahu, ya. Ada banyaaak sekali aspek dan dukungan yang kita perlukan dalam mengasuh anak, tanggung jawab sebagai orang tua itu nggak main-main. Benar aja, setelah Bumin ikuti beritanya, Ibu itu terpaksa melakukan hal demikian karena ingin menyelamatkan anaknya dari sulitnya kehidupan.
Kita nggak bisa menghakimi gitu aja, pasti rasa tertekan yang sudah ia pendam dan terus tahan, akhirnya sampai pada titik puncaknya. Nggak sedikit cerita yang kita dengar mengenai kondisi mental orang tua yang memberikan pengaruh pada pengasuhan.
Kejadian itu, membuat Bumin berpikir, apakah menjadi orang tua harus dengan mental sehat? Bila nggak memiliki kondisi mental yang baik, maka nggak cocok untuk menjadi orang tua? Pengasuhan pada anak pun akan menjadi bahaya ataupun berantakan?
Oleh karena itu, Bumin bertanya langsung pada psikolog Reti Oktania, M.Psi, mengenai kesehatan mental orang tua yang berpengaruh terhadap pengasuhan. Apa benar untuk menjadi orang tua kita harus sempurna sehat mental? Mari simak obrolannya kami 🙂
Mbak Reti, apakah benar menjadi orang tua itu harus memiliki mental sehat?
Sebenarnya orang tua yang sehat mental itu dapat menjalankan parental rule-nya dengan lebih baik, daripada orang tua yang berjuang dengan depression atau anxiety. Kondisi itu tentu akan mempengaruhi bagaimana mereka mengerjakan peran-perannya sebagai orang tua.
Seharusnya bisa menemani anak belajar, harusnya bisa main bersama anak, menghadapi emotional turbulence Si Kecil yang emosinya bisa naik-turun. Tapi orang tuanya sendiri juga berjuang dengan mental health, jadi kan nggak bisa membersamai secara seutuhnya .
Nah, bukan berarti jadi orang tua itu harus selalu sehat mental. Jadi don’t get it wrong, orang tua nggak harus selalu sehat mental dan terkadang kita masih merasa khawatir, sedih, kan? Orang tua dengan depresi itu masih menjadi orang tua yang baik dengan kondisinya masing-masing.
Walaupun ada dampaknya ke anak, tapi kita tahu bahwa orang tua dengan kondisi mental yang nggak optimal itu juga berusaha sebaik yang mereka mampu. Apakah harus memiliki mental sehat? Diupayakan iya, tapi kalau pun nggak, ada cara yang bisa kita upayakan untuk meningkatkan kesehatan mental kita.
Lalu kenapa kesehatan mental orang tua itu jadi hal penting dalam pengasuhan anak?
Kita menjadi orang tua itu perlu menjalankan parental rule. Menjadi orang tua tugasnya ada banyak, yang harus ngasih makan anak, mengajarkan disiplin, membimbing anak belajar di rumah, jadi banyak rules kita sebagai orang tua.
Oleh karena itu, dengan mental yang sehat kita bisa menjalani fungsi dengan baik. Saat adanya kesulitan dalam menjalankan peran tersebut, kita bisa punya resilience atau ketangguhan. “Ini berat, kita bisa jalanin lagi nanti, coba lagi,” gitu ya, jadi kuat dalam menghadapi hambatan.
Kalau misalnya mental kita nggak sehat, kita nggak optimal menjalani peran itu, jadi kita cuma orang tua aja, bukan orang tua yang menjalani peran yang bisa terpenuhi dengan baik.
Ada penelitian kalau orang tua memiliki masalah mental health itu bisa berpengaruh pada kesehatan fisik anak. Jadi nggak cuma kesehatan mental aja tapi juga fisik, karena orang tua jadi nggak bisa memenuhi kebutuhan fisik anaknya juga. Nggak bisa mikirin nutrisi anak, nggak bisa ajak anak main di ruang terbuka, dll.
Dealing mental health condition itu kondisi yang normal jadi orang tua jangan sampai berpikir, kalau gitu saya harus sempurna terus, happy terus. Nggak, nggak harus seperti itu. It’s normal untuk kita sebagai orang tua bisa berjuang di mental health itu nggak apa-apa.
Dampak seperti apa yang didapatkan anak bila orang tua mengalami masalah mental yang ringan maupun berat?
Kita bisa lihat dari 4D yaitu dysfunction, deviance, danger, dan distress.
Seberapa gangguan mental itu bikin kita Dysfunction. Depresi ringan mungkin dia masih bisa nganter anaknya sekolah, bisa datang ke kantor, walaupun mungkin sambil nggak optimal kerjanya. Depresi berat mungkin sudah nggak bisa keluar kamar, jadi sama sekali nggak bisa berfungsi dengan baik.
Jadi kita lihat dari disfungsinya seberapa besar, apakah gangguan mental itu bikin kita nggak bisa berfungsi menjalani tanggung jawab kita sehari-hari.
Udah gitu Deviance atau penyimpangan, seberapa gangguan mental itu membuat kita berbeda dengan orang-orang yang kondisinya sama. Misalnya orang tua yang memiliki dua anak masih suka nganterin anaknya sekolah, sesekali nemenin anaknya belajar, ini kita nggak bisa sama sekali.
Lalu Danger, mungkin yang seperti di berita itu, seorang Ibu sudah sampai mau membunuh anaknya. Mungkin yang gangguan mentalnya masih ringan, nggak menimbulkan potensi bahaya untuk dirinya maupun untuk orang lain, tapi untuk yang depresinya berat sekali, itu bisa terjadi.
Terus yang terakhir, Distress. Itu stres ya, mungkin yang ringan nggak terlalu bikin stres sekelilingnya. Tapi untuk yang berat, itu stresnya bisa sampai ke orang di sekelilingnya.
Orang tua dengan kondisi mental apapun pasti berusaha sebaik mungkin yang mereka bisa dengan kapasitas yang mereka punya, dengan resource yang ada untuk menjadi orang tua yang terbaik.
Kalau resultnya kayak Ibu yang kemarin, membunuh anaknya, kita bisa lihat berarti resource-nya sangat kecil. Nggak ada yang bantuin, kapabilitas dan pemahaman dia untuk menyanggupi masalahnya nggak ada, ekonomi mungkin terbatas. Sehingga itu jalan keluar yang diambil, the best she can do with her capability at that time yang dia pikir cuma itu, dan kita nggak bisa menghakimi.
Apa yang bisa kita lakukan kalau kita sebagai orang tua merasakan gejala depresi?
Paling pertama, cari bantuan kalau memang sudah butuh bantuan, asking for help. Bisa ke teman, tetangga, atau keluarga. Segera cari bantuan.
Hubungi komunitas perlindungan perempuan, organisasi kesehatan mental, atau kelompok yang bisa membantu kita dalam menghadapi kondisi ini. Kita harus tahu bahwa kita punya sumber daya atau resource untuk bisa mendapat dukungan menghadapi hal ini.
Parents, sekarang kita sudah paham ya bahwa penting menjaga kesehatan mental dalam menjalani peran pengasuhan yang baik. Kita bisa memeriksa diri sendiri dengan gejala yang dirasakan, seperti hilang hasrat untuk memenuhi keperluan dasar kita sampai menjalani peran sebagai orang tua.
Bila Parents berada di posisi yang berat sampai enggan melakukan kegiatan sehari-hari, maka segera cari pertolongan pada orang terdekat maupun sekitar. Jangan ragu untuk berkonsultasi pada psikolog melalui telemedicine atau bertemu langsung.
Semangat ya, Parents! Harus sadar kalau kamu itu berharga untuk keluarga 🙂