Terkadang, kita suka bertanya-tanya pada diri sendiri, ada ketertarikan apa sih antara anak dengan gadget-nya? Apakah karena tontonan yang disajikan dari gawai tersebut? Atau ada kenikmatan lain, sehingga somehow – ketika kita tarik gawainya, mereka bisa tantrum.
Halo, Parents! Semoga kabar hari ini baik-baik saja, ya.
Dari judul dan prolog singkat di atas, sepertinya sudah terbayang ya, kali ini kita akan membahas apa yang menjadi perhatian besar terhadap anak. Anak kita lahir di zaman teknologi sudah semakin maju, dan sepertinya akan lebih cepat lagi kemajuannya.
Teknologi yang maju, diharapkan bisa membantu umat manusia menyelesaikan masalah atau pekerjaannya lebih cepat. Mungkin, dari paham konstruksi sosial seperti ini yang terkadang menjadi salah satu alasan mengapa gawai atau gadget kerap dikenalkan ke anak sejak dini.
Walau hal ini menuai banyak argumen, salah satu hal yang bisa kita lakukan bersama adalah memberikan pengawasan penuh terhadap anak yang menggunakan gawai. Tidak menampik kalau memang akan selalu ada celah lengah, tetapi sebagai orang tua, kita setuju untuk memberikan yang terbaik untuk anak, termasuk pengawasan ini.
Pengawasan penuh yang dilakukan kita sebagai orang tua, juga dikenal dengan istilah Parental Control – di mana gawai atau gadget yang dimiliki, sebenarnya mempunyai sistem tersendiri untuk membantu kita melakukan pengawasan.
Nah Parents, sebelum kita membahas lebih dalam soal parental control, ada beberapa fakta yang perlu kita ketahui bersama terlebih dahulu.
Anak dan Paparan Gadget
Hasil riset atau survei yang dilakukan oleh BPS sepertinya berjalan linear dengan apa yang beberapa peneliti dari luar temukan. Dilansir dari tirto, survei yang dilakukan oleh The Kaiser Family Foundation menegaskan anak dengan rentang usia 8-18 tahun, setidaknya menghabiskan waktu di dunia maya rata-rata sampai 10 jam 45 menit.
Kemudian, Jenny Radesky, seorang professor dari University of Michigan mengemukakan risetnya juga terhadap 135 aplikasi yang bertemakan anak-anak, di mana semua aplikasi tersebut mengandung skema iklan dan diarahkan untuk berbayar. Kamuflase ini dinilai menjadi salah satu langkah fundamental untuk menjebak anak-anak, menggunakan fasilitas untuk membayar marketing tersebut.
Sehingga, memang diperlukan sekali Parental Control.
Parental control – salah satu definisinya adalah fitur yang tersemat di berbagai jenis gawai, bahkan tersemat juga di beberapa aplikasi. Parental control membantu para orang tua untuk membatasi atau bahkan menutup akses pada anak.
Dengan adanya parental control, orang tua bisa melakukan penyaringan, memantau informasi, sampai menutup akses informasi tersebut jika memang ditemukan konten yang tidak bertanggung jawab terhadap perkembangan anak.
Netflix X Parentalk
Netflix X Parentalk – Image by Parentalk
Nah Parents, bicara soal parental control, Netflix dan Parentalk juga tengah membahas hal ini. Seperti orang tua lainnya, Pak Ario dan Bu Nucha juga punya keresahan yang kurang lebih sama. Pak Ario dan Bu Nucha mempunyai anak yang sudah memasuki fase pre-teen, di mana sudah bisa memilih tontonan yang mereka inginkan.
Menurut Putri Silalahi sebagai Head of Public Relation Netflix di Indonesia, teknologi pasti mempunyai sisi positif dan negatif. Tetapi, sebagai orang tua, Putri menjelaskan menjadi kewajiban kita bersama untuk memastikan anak-anak mendapatkan sisi positifnya.
Sekarang ini, sudah banyak orang tua yang sadar pentingnya parental control. Tidak hanya sekedar fitur, tetapi parental control adalah sesuatu yang setiap orang tua bisa lakukan. Nah, parental control yang ada di Netflix, tentu segala konten atau tontonan sudah dikurasi sesuai dengan guidance yang sudah ditentukan.
Informasi panduan film yang tersedia di layanan Netflix seperti klasifikasi Rating (umur), sinopsis acara, dan peringatan topik dari film sangat mudah diakses oleh pelanggan sebelum tontonan dimulai. Di samping itu, fitur yang mengedepankan safety by design seperti pembuatan profil anak dan pin control tersedia, sehingga anak tidak bisa asal nonton yang bukan sesuai umurnya.
Kemudian, orang tua bisa semakin nyaman karena secara teknis, fitur autoplay dan swipe bisa dimatikan sesuai kondisi yang dibutuhkan. Putri juga menjelaskan bahwa efektivitas segala fitur parental control akan semakin efektif dengan orang tua yang proaktif.
Netflix X Parentalk – Image by Parentalk
Keaktifan kita sebagai orang tua dalam melindungi anak dari tontonan yang tidak sesuai juga diamini oleh Irma Gustiana, S.Psi., M.Psi., Child Psychologist & Parenting Coach. Menurut Irma, proteksi dari kita sebagai orang tua terhadap anak juga bisa dikaitkan dengan nilai-nilai di keluarga, nilai di budaya, dan nilai di sosial.
Hal-hal tersebut menurut Irma, kita sebagai orang tua juga menyertakan konsekuensi dalam komunikasi yang terjalin. Harapannya, anak pun akan membatasi dirinya karena sudah mengerti akan konsekuensi atau risiko yang akan diterima, jika keluar dari panduan yang ada.
Irma juga menambahkan kalau keseimbangan perlu diciptakan. Keseimbangan dalam penggunaan gawai yang dimaksud adalah aktivitas fisik yang tidak bisa ditinggalkan begitu saja. Hal ini terkait dengan langkah preventif untuk menghindari obesitas, konsentrasi menurun, kekerasan, dan lainnya.
Nah Parents, berdasarkan dari berbagai penjelasan yang sudah dipaparkan di atas, memang keaktifan kita sebagai orang tua menjadi salah satu langkah fundamental untuk anak agar terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan.
Parents, kita sebagai orang tua, pasti ingin memberikan yang terbaik untuk anak. Hal terbaik tersebut mulai dari diri kita sendiri, di mana kita mesti aktif dan paham bagaimana membuat parental control berjalan dengan baik.