Siapa sih yang nggak suka main media sosial? Seru, bisa tahu ini-itu, bisa berbagi, bisa pamer sedikit juga, hehe.
Misal, pas anak lagi lahap makannya, posting. Habis borong baju, atau suami kasih kejutan, posting. Wah pokoknya, semua yang bagus-bagus harus banget di-share. Kalau lagi sedih ya tetep posting juga biar enak ada yang baca, komentar, dapat perhatian deh. Sebenarnya sharing di media sosial boleh ajak kok Parents, tapi kalau kebablasan, bisa-bisa jadi oversharing.
Melonjaknya perkembangan media sosial bikin batas antara dunia maya sama nyata jadi bias. Kalau kita update apapun di media sosial secara berlebihan banyak yang menganggap itu biasa aja bahkan seru untuk dilakukan. Ya, kan? Ngaku..
Parents wajib tahu, kalau oversharing itu ada dampak buruknya. Dari mulai kehilangan privasi, memancing tindakan kriminalitas,sampai mengundang komentar negatif dari orang lain tentang kita. Misalnya dianggap tukang pamer atau suka ngeluh. Kita juga jadi ngerasa ingin share sesuatu demi pengakuan dan apresiasi orang lain.
Melansir Forbes, menurut psikolog Amy Morin, terdapat kondisi authentic dan oversharing. Katanya garis batas antar keduanya sangat tipis. Ini nih penjelasan beda authentic dan oversharing. Cek sama-sama yuk!
Authentic
Berani menjadi diri sendiri dan hidup sesuai dengan kenyataan. Orang yang punya kepribadian authentic juga paham kalau semuanya nggak harus dibagikan di media sosial.
Oversharing
Jujur banget ketika mengungkapkan semua ke dunia maya. Media sosial udah kaya buku diary pokoknya, semua orang harus tahu apa yang lagi dilakukan, dipikirkan, bahkan dirasakan. Kalau semua orang nggak tahu apa yang lagi dilakuin seperti ada yang kurang gitu lho.
Sampai sini sudah paham kan, Parents, mana yang authentic dan oversharing ?. Makanya kita harus bijak dalam menggunakan media sosial. Ingat, si Kecil gampang meniru, jangan sampai kita malah ngasih contoh yang kurang baik. Nah, seperti ini cara menggunakan media sosial lebih bijak..
Tidak berlebihan dalam berbagi di media sosial
Secukupnya aja ya, Parents. Jangan berlebihan, nggak perlu setiap langkah kita share di media sosial. Menikmati dunia nyata ternyata bikin kita ngerasa lebih tenang, jadi nggak merasa dituntut harus cetar membahana, dan up to date supaya bisa dibagikan di media sosial. Kuncinya jangan jadikan media sosial seperti buku harian kita.
Jadilah diri sendiri
Seperti yang tadi sudah Mammin sempat jelasin, nggak perlu kelihatan cetar membahana sempurna demi eksis di dunia maya. Memaksa untuk terus berpakaian keren dan mahal, alat dapur harus estetik, dan menunjukkan kehidupan kita yang sempurna atau instagrammable.
Bukannya nggak boleh, tapi kalau hal itu dilakukan hanya semata untuk menyenangkan pengguna media sosial buat apa? Mending pakai barang mahal atau murah tapi untuk menyenangkan diri sendiri. Rasanya kan juga lebih puas.
Berikan informasi yang bermanfaat
Pastikan informasi yang dibagikan itu relevan dengan orang lain. Fokus saja pada mereka yang lihat unggahan Parents, bukan cuma diri sendiri. Jadi media sosial kita bisa berguna juga bagi orang lain. Eh, jangan lupa kalau informasi yang dibagikan bukan hoaks ya, Parents 🙂
Tidak membagikan informasi pribadi
Parents perlu sadar apapun yang dibagikan akan diketahui oleh khalayak. Kita perlu peka kalau hal yang dibagikan ini terkait dengan privasi dan keamanan atau tidak. Misalnya nggak perlu orang tahu si Kecil sekolah di mana, biasa pulang jam berapa, karena akan rawan kejahatan.
Itu dia Parents, serba-serbi bijak bermedia sosial. Lebih aman dan asyik jadi pengguna media sosial yang authentic, kan?