Dulu saya pernah dengar omongan, perempuan yang punya pinggul besar gampang melahirkan secara normal. Sementara mereka yang pinggulnya kecil akan lebih kesulitan. Saya sih iya-iya saja dan percaya diri bakalan bisa melahirkan normal dengan modal pinggul besar tadi.
Setelah kulik sana-sini, ternyata ada salah persepsi tentang ukuran pinggul dan kemudahan dalam proses persalinan. Peneliti Anna G. Warrener dari Harvard University membuktikan, ukuran pinggul (hips) tidak berkaitan dengan proses melahirkan.
Faktor yang berpengaruh adalah panggul (pelvis). Apalagi nantinya bayi akan keluar dari rahim ibu melalui rongga panggul. Jadi bentuk dan kapasitas panggul ini berperan penting saat ibu akan melahirkan.
Bentuk panggul dan pengaruhnya saat persalinan
Mitos soal pinggul besar gampang melahirkan ini berkaitan sama bentuk panggul. Di awal kehamilan, Ibu hamil dapat memeriksakan ukuran panggul ke dokter. Dengan begitu, dokter dapat memberi penilaian soal bentuk panggul ibu. Sekaligus bisa diketahui ada tidaknya risiko buat melahirkan secara normal.
Menurut penjelasan di situs Alodokter, ada empat bentuk panggul pada tubuh manusia. Pertama, bentuk platipeloid, yang dapat membuat janin melalui panggul dengan posisi kepala melintang. Jika melalui persalinan normal, pemilik bentuk panggul ini beresiko melaluinya dalam waktu lama atau mengalami ketidakmajuan.
Kedua, bentuk android yang ukuran panggulnya kecil dan kebanyakan dimiliki laki-laki. Bentuk panggul ini juga beresiko mengalami kesulitan saat persalinan normal.
Ketiga, bentuk ginekoid yang merupakan bentuk terbaik untuk melalui persalinan normal.
Keempat bentuk anthropoid yang dinding bagian belakangnya cukup luas untuk menampung sisi belakang kepala bayi. Sehingga bayi beresiko lahir dengan kepala menghadap ke atas.
Kondisi khusus bagi si panggul kecil
Di samping mitos panggul besar gampang melahirkan, bagaimana nasib ibu yang panggulnya kecil ya? Dilansir dari Parent 24, perlu perhatian khusus bagi ibu berpanggul kecil, tapi bayinya berukuran besar. Kondisi ini disebut Cephalopelvic Disporportion (CPD).
Faktor penyebab CPD antara lain karena ukuran bayi yang besar, rongga panggul ibu kecil, bentuk panggul tidak normal dan posisi bayi dalam kandungan tidak normal atau sungsang.
Seringnya, operasi caesar jadi jalan keluar bagi mereka yang mengalami CPD. Karena ukuran panggul yang kecil, biasanya ibu butuh waktu lama untuk persalinan normal. Jadi lebih beresiko, baik bagi ibu ataupun bayinya.
Di sisi lain, CPD tidak dapat diketahui sebelum proses persalinan. Jadi kalau kamu merasa berpanggul kecil, jangan pesimis dulu. Panggul kecil bukan berarti enggak bisa melahirkan secara normal. Kemungkinan persalinan normal masih dapat dilakukan. Apalagi kalau bayi kamu berukuran kecil, sehingga sesuai dengan kapasitas tubuh Ibu.
Panggul bukan satu-satunya faktor penentu
Selain menilai bentuk panggul, biasanya dokter juga akan mengecek ada tidaknya jaringan lunak di sekitar rahim. Keberadaan jaringan ini tidak bermasalah kalau letaknya ada di bagian atas rahim. Sedangkan kalau ada di bagian bawah rahim, maka jalur lahir bayi dapat tertutup sehingga lebih beresiko untuk persalinan normal.
Tapi perlu diingat ya Bu, bentuk panggul dan keberadaan jaringan lunak hanya sebagai penilaian awal untuk tahu ada tidaknya resiko saat persalinan. Bukan untuk sepenuhnya menentukan apakah ibu bisa melahirkan secara normal atau tidak. Pembuktiannya baru bisa dilakukan saat ibu melahirkan nanti.
(Dyah/ Dok: Shutterstock)