Selama anak kejang demam, ia dapat kehilangan kesadaran disertai gerakan lengan dan kaki atau justru mengalami kekakuan tubuh. Nah, kalau anak mengalaminya, kira-kira apa yang harus dilakukan, ya?
Simak dulu, mitos VS fakta kejang demam di bawah ini.
Mitos
Pernahkah kamu mendengar ragam pendapat di bawah ini seputar kejang?
“Kejang demam dapat mengganggu perkembangan otak anak, bahkan menyebabkan kelumpuhan.”
“Minumkan kopi pada anak saat demam supaya kejang dapat dicegah.”
“Masukkan sendok atau penggaris saat anak kejang. Takut lidahnya kegigit…”
Tahukah, Ayah dan Ibu, ragam pendapat tadi sebenarnya mitos belaka, lho.
Fakta
Simple febrile seizures adalah kejang menyeluruh yang berlangsung kurang dari 15 menit dan tidak berulang dalam 24 jam. Menurut situs Grup Sehat, simple febrile seizures tidak meningkatkan risiko kematian, kelumpuhan, atau retardasi mental.
“Risiko epilepsi pada golongan ini adalah 1%, hanya sedikit lebih besar daripada populasi umum,” jelas situs yang dikelola Yayasan Orang Tua Peduli (YOP) ini.
Sementara menurut Dokter Spesialis Anak Herlina, kejang demam umumnya terjadi pada anak berusia 6 bulan sampai 5 tahun dan dipengaruhi faktor genetis.
Meski begitu, berdasarkan diskusi Program Edukasi Kesehatan Anak (PESAT) yang juga diinisiasi oleh YOP, kejang demam tidak berpatokan pada suhu tubuh. Ada anak yang kejang demam ketika panas tubuh di angka 38 derajat Celsius, sementara anak lainnya bebas dari kejang demam saat suhu tubuhnya 40 derajat Celsius.
Penanganan kejang demam
Nyatanya, pemberian kopi dan upaya memasukkan benda-benda saat anak kejang justru dapat membahayakan kesehatannya.
Menurut dr. Herlina, SpA, pemberian kopi dikhawatirkan dapat membuat kafein menumpuk dalam tubuh anak, sementara metabolismenya belum sempurna. Ekskresi kafein pada anak pun lebih lambat. Begitu juga efeknya yang lebih lama bekerja dalam tubuh.
Kejang demam pun sebenarnya tidak berbahaya asalkan penanganannya tepat:
- Orang tua bersikap tenang.
- Anak dibaringkan di tempat yang datar dengan posisi menyamping, bukan telentang, untuk menghindari bahaya tersedak.
- Jangan meletakkan benda apapun ke dalam mulut anak karena dapat menyumbat jalan napas.
- Jangan memegangi anak untuk melawan kejang.
- Observasi dan catat menit ke menit keadaan anak. Rekam video saat anak kejang secara real time bila perlu agar durasinya tercatat. Dengan begitu, orang tua dapat menunjukkan kondisinya saat berkonsultasi dengan dokter.
Menurut dr. Arifianto, SpA yang merupakan salah satu narasumber acara PESAT, kejang demam aman bila durasinya kurang dari 5 menit dan tidak berulang. Sementara menurut situs Grup Sehat, sebagian besar kejang berlangsung singkat dan tidak memerlukan penanganan khusus.
Namun, jika kejang terus berlanjut selama 10 menit, anak harus segera dibawa ke fasilitas kesehatan terdekat. Bawa anak ke dokter untuk mencari sumber demam, terutama bila ada kekakuan leher, muntah-muntah yang berat, atau anak terus tampak lemas.
Perlu Ayah dan Ibu ingat, pemberian diazepam per oral atau per rektal secara berkala merupakan pilihan untuk anak dengan risiko tinggi berulangnya kejang demam yang berat. Pelajari juga efek samping pemberiannya seperti gerakan tak beraturan, lemas, sama sekali tidak aktif, dan rewel.
Referensi: artikel “Demam” pada Grup Sehat
(Febi/ Dok. Pixabay)
1 comment
Aq kenal dg banyak anak pengidap hidrochepalus dan saat mrka demam sampai 40 derajat mereka selalu kejang. Dan kejang nya menybabkan kekauan tubuh.. Sy jg punya ka2 pengidap cerebral palsy,, waktu lahir dia sehat normal … Namun usia 8 hari demam lalu kejang, kmdian badannya mnjadi kaku dan otak sblh kanan nya rusak akibat kejang itu… Kok bisa artikel ini bilang kejang demam tdk mnyebabkan kerusakan otak dan kekakuan tubuh…??? Apa buktinya?? Krna selama ini sy selalu menemukan saat anak kejang demam dpt mnjadi kaku dan krusakan otak… Berbeda dg epilepsi,, kalo epilepsi itu kejang tnpa demam…