Punya sepasang anak kembar, sering bikin saya pusing menghadapi temperamen mereka yang berbeda-beda. Si A begini, si B begitu. Enggak jarang saya harus switch emosi waktu menghadapi mereka, biar kebutuhan masing-masing anak terpenuhi.
Setelah ikut kelas ‘Temperamen Anak’ di Rumah Dandelion, 24 Maret lalu, saya baru tahu kalau hal ini adalah karakter bawaan yang dimiliki anak sejak lahir. Jadi kita mesti cari tahu cara yang tepat dan nyaman agar anak bisa menyesuaikan temperamennya dengan kondisi lingkungan.
Kenali karakter anak
Sebelumnya, saya menulis tentang Tiga Tipe Temperamen Anak yang Perlu Diketahui Orang Tua, yaitu easy child, active child dan slow to warm up. Selain itu, ada juga dimensi temperamen.
Yaitu aspek yang bisa kita gunakan buat mengenali temperamen anak. Dimensi temperamen terdiri dari activity, mood, distractibility, adaptability, approachability, sensitivity, regularity, intensity dan persistence. Yaa, mungkin ini agak teoritis ya.
Intinya tiap anak punya kesembilan aspek ini. Tapi ada yang intensitasnya rendah, sedang atau tinggi. Hal inilah yang kemudian membentuk temperamen mereka. Jadi, walaupun temperamen enggak bisa diubah begitu saja, Ayah dan Ibu bisa melatih intensitas dimensinya.
Misalnya, Si Kecil terlihat malu-malu waktu ketemu teman sebayanya, artinya approchablity nya rendah. Padahal kemampuan bergaul di lingkungan baru ini penting buat kehidupan mereka nanti. Untuk itu, orangtua bisa melatihnya dengan menemani dia berkenalan dengan teman-teman baru.
“Kalau sudah tahu karakter anak, orang tua bisa lebih tenang menghadapi mereka,” kata Nadya Pramesrani, Psikolog dari Rumah Dandelion. “Untuk melatih temperamennya, jangan langsung dipaksakan. Lakukan secara bertahap. Pastikan anak merasa nyaman dan aman.”
Orang tua mesti tahu temperamennya sendiri
‘Secara alami, seseorang akan mudah beradaptasi atau mudah akrab dengan orang yang temperamennya sama dengan dia,” kata Nadya.
Hal ini juga berlaku dalam hubungan orang tua dan anak. Kalau kamu tipe yang easy, sementara anak kamu slow to warm up, yang harus kamu lakukan adalah menyesuaikan diri dengan karakter anak.
Contohnya, kamu mengajak anak buat playdate bareng beberapa teman. Bagi kamu, mungkin gampang-gampang saja untuk mengajak Si Kecil kenalan dengan anak-anak lain yang sebaya dia. Tapi ternyata anak kamu enggak siap buat ketemu banyak orang lain, termasuk anak-anak seusianya.
Kalau begitu, jangan langsung emosi ya. Kamu sebaiknya tidak langsung melepas si kecil buat main. Tapi temani dia buat kenalan sama teman-temannya. Terus temani dia main selama beberapa lama sampai dia nyaman di lingkungan barunya.
Dengan mengetahui temperamen masing-masing, kamu bisa sefrekuensi dan lebih memahami dirinya. Orang tua juga bisa belajar buat mencari cara yang sesuai untuk mengenalkan anak dengan hal-hal baru di sekitarnya.
Peka dengan kondisi anak
Temperamen bisa kita lihat dari hal-hal kecil yang dilakukan anak. Misalnya anak kamu tipe yang tidak ekspresif. Terus di jam makannya, dia tidak menunjukkan rasa lapar dan masih asyik main. Padahal dari gerak-geriknya kelihatan kalau dia mulai lemas.
Di sini, kamu bisa memberi tahu anak, kalau sebenarnya dia butuh istirahat dan makan. Ajak anak untuk menaruh dulu mainannya dan pergi makan. Menurut Nadya, orang tua yang peka dengan kondisi anak bisa mengantisipasi kebutuhan dan reaksi anak.
Terakhir, bersikap tenang dan hindari drama. Waktu anak tantrum, malu-malu atau melakukan hal yang tidak sesuai keinginan orang tua dan lingkungan, sebaiknya kamu tidak langsung emosi. Enggak mudah memang. Semoga kita bisa waras menghadapi sikap anak dengan rasa empati dan pastinya sabar.
Di sisi lain, kamu bisa sambil melatih karakter anak. Dengan begitu, anak akan merasa nyaman, percaya diri dan bisa menyesuaikan diri di lingkungan dengan cara yang baik.
(Dyah/ Dok: Pixabay)
1 comment
Boleh minta info untuk kelas nya?