Beberapa waktu lalu, ketika makan bersama, Si Kecil yang masih balita menunjukkan perilaku makan yang kurang sopan, seperti mengecap atau makan dengan tangan kiri. Contoh lainnya, ketika berkunjung ke rumah sanak saudara, ia enggan mencium tangan om dan tante kita saat diminta. Lantas, Ayah dan Ibu harus bagaimana?
Menurut Psikolog Pendidikan Binky Paramitha dari Rumah Dandelion, orang tua dapat mengajarkan etika dan sopan santun seperti cara makan juga bersalaman lewat berbagai hal. Mulai dari perilaku nyata sehari-hari, mengingatkan secara lisan, sampai media seperti buku cerita dan film. Tapi, menurutnya, salah satu cara paling ampuh mengajarkan etika dan sopan santun adalah teladan Ayah dan Ibu sendiri.
Etika makan
Anak dapat diajarkan etika makan dengan tangan kanan maupun menguyah tertutup dan tanpa mengecap sejak mulai mengonsumsi makanan pendamping ASI (MPASI), lho. Biasakan juga sesi makan bersama Ayah dan Ibu. Dengan mencontohkan dan membiasakan etika makan tadi, Si Kecil pun belajar menerapkan cara makan yang benar.
“Mereka melihat contoh papa dan mamanya ketika makan sama-sama. Kalaupun ada teguran seperti, ‘Kita makannya pakai tangan kanan, yuk,’ kita memberi tahunya secara langsung,” terang Binky.
Bersalaman dan mencium tangan
Sebagai bagian dari masyarakat Timur, kehidupan kita tak lepas dari sikap hormat kepada orang yang lebih tua. Salah satunya lewat kebiasaan mencium tangan ketika bertemu atau berpamitan dengan orang tua yang dihormati. Tata krama ini pun terkadang membuat Ayah dan Ibu menghadapi situasi canggung.
Meski budaya mencium tangan dapat dibiasakan sejak anak berusia 1,5 tahun ke atas atau sudah mengerti instruksi, sebaiknya hal itu tidak dipaksakan.
“Terkadang budaya salam cium tangan membuat anak-anak enggak mau melakukannya. Bagi beberapa anak, momen bertemu dengan orang asing memang bukan hal yang mudah, Jadi, ketika kita memaksakan untuk bersalaman sama tante yang enggak pernah bertemu seumur hidupnya, itu kan menjadi hal yang menakutkan sebenarnya untuk anak,” ungkap Binky.
Hindari paksaan
Lalu, bagaimana kita mengusahakan agar anak mau mencium tangan orang yang lebih tua? Sebelum berkunjung ke rumah sanak saudara, Ayah atau Ibu bisa melakukan briefing (pengarahan) dulu kepada anak. Misalnya dengan berkata, “Nanti kita mau ke acara ini di rumah oma. Nanti ada oma ini (sebutkan juga anggota keluarga lainnya yang perlu disalami). Kalau sudah di sana, kita salaman, ya.”
Tapi, Binky mengingatkan, kalau anaknya ternyata belum mau mencium tangan karena memang takut, sebaiknya orang tua tidak terlalu memaksakan sembari membantu anak menyampaikan alasan di balik sikapnya. Misalnya dengan berkata, “Oma, maaf, nih. Dia belum mau salaman kalau sama orang baru. Memang masih butuh waktu. Tunggu, ya.” Lalu, Ayah atau Ibu bisa mengingatkan Si Kecil lagi dengan berkata, “Nanti kalau sudah mau, Kakak salaman, ya.”
Menurut Binky, upaya memaksa anak untuk mencium tangan orang lain justru memojokkan dirinya.
“Sudah membuat takut, dipaksa pula di depan orang, akunya malah di salah-salahin. (Hal itu) jadi beban banget buat anaknya,” jelas Binky.
Kesimpulannya, orang tua perlu bersabar dalam mengajarkan etika dan sopan santun seperti cara makan maupun bersalaman. Selain aktif meneladaninya, orang tua juga perlu memahami bahwa anak membutuhkan kesiapan ketika harus berinteraksi dengan orang lain.
(Febi/ Dok. Shutterstock)