Setiap orang tua tentu ingin anak-anaknya tumbuh menjadi pribadi yang beretika, sopan, dan santun. Yakni, pribadi yang menjadikan empat kata ajaib seperti permisi, tolong, maaf, dan terima kasih bagian dari kesehariannya. Namun, ada kalanya Si Kecil belum berinisiatif untuk melontarkan empat kata ajaib tadi. Tenang, Ayah dan Ibu. Sejatinya, anak membutuhkan waktu untuk mempelajari etika dan sopan santun.
Menurut Psikolog Pendidikan Binky Paramitha dari Rumah Dandelion, orang tua pun perlu aktif mengajarkan anak empat kata ajaib sejak bayi secara tidak langsung. Caranya tentu melalui perilaku nyata sehari-hari.
Meneladani etika sejak Si Kecil masih bayi
Misalnya, ketika hendak membuka baju atau mengganti popok anak, Ibu bisa berkata, “Permisi, ya, Ibu buka dulu baju/popoknya.”
Lalu, ketika menjatuhkan mainannya, kamu dapat mengungkapkan, “Aduh, maaf ya, Dek, Ibu menjatuhkan mainanmu. Ibu enggak sengaja.”
“Anak pun terbiasa melihat Ibu langsung bilang maaf ketika melakukan kesalahan. Kita mengajarkan bahwa ketika membuat kesalahan, kamu meminta maaf. Itu kan sebenarnya anak sudah menangkap walaupun secara tidak langsung,” jelas Binky kepada Parentalk.
Meneladani sopan santun pada anak balita
Kita dapat memberi tahu etika dan sopan santun secara gamblang ketika anak sudah sedikit lebih besar seperti usia 1,5 tahun ke atas. Pasalnya pada usia tersebut, biasanya anak sudah mulai memahami instruksi.
Untuk membiasakan berterima kasih, coba ajak Si Kecil untuk berbagi makanan pada Ayah atau Ibu. Jika ia menurutinya, jangan lupa mengucapkan terima kasih. Dengan begitu, anak belajar bahwa ia harus berterima kasih ketika ada orang lain yang memberikan sesuatu.
Begitu pula ketika harus melintas di depan orang lain, Ayah atau Ibu dapat membiasakan berkata “permisi.” Kamu juga perlu aktif mengingatkan anak untuk melakukannya ketika berhadapan dengan kondisi serupa.
“Namanya etika dan sopan santun, itu kan keseharian. Jadi pertama-tama, kita harus mulai dari membiasakan diri sendiri melakukannya secara rutin. Bukan malah semata-mata agar anak bisa ngomong terima kasih jadi kita mengajarkannya, tapi sehari-hari kita enggak pernah membiasakan, misalnya. Itu lebih sulit sebenarnya,” jelas Binky.
Orang tua teladan terbaik
Yap, anak akan lebih optimal belajar etika dan sopan santun dengan mendengar juga melihat keseharian orang tuanya. Terlebih, menurut psikolog lain, yakni Okina Fitriani, dalam bukunya yang berjudul Enlightening Parenting, anak-anak usia 2-7 tahun menyerap dan meniru apapun yang mereka lihat, dengar, dan rasakan secara langsung dari orang-orang sekitarnya. Ini karena gelombang otak anak-anak usia ini sama dengan ketika seseorang dalam kondisi hipnosis.
Tak hanya lewat lisan dan kebiasaan, media seperti buku cerita dan film juga dapat memperkaya pembelajaran etika dan sopan santun oleh anak, lho.
Lalu, bagaimana cara mengajarkan etika dan sopan santun lainnya seperti cara makan dan bersalman pada Si Kecil? Yuk, simak tipsnya dalam artikel Mengajarkan Etika dan Sopan Santun.
(Febi/Dok. Shutterstock)