Saat hamil, kebanyakan orang tua terlalu fokus pada persiapan melahirkan. Apalagi menyambut anak pertama, uang tersedot untuk membeli segala perlengkapan bayi. Beberapa waktu lalu, Parentalk sempat menggelar jajak pendapat, apakah Millennial Parents sudah mulai menyiapkan dana pendidikan? Ternyata, mayoritas mengaku belum memikirkannya, lho. Padahal, dana pendidikan terus meroket. Oke, kamu masih bingung harus mulai dari mana? Tenang, baca langkah-langkahnya hingga akhir, ya!
Siapkan dana pendidikan jangka pendek dan panjang
Menurut Praktisi Keuangan Hon Nie, persiapan dana pendidikan anak sebaiknya dibagi berdasarkan jangka waktu. Kalau jangka waktunya pendek, misal tahun depan anak mulai masuk TK, dana pendidikan dapat disiapkan dalam bentuk tabungan karena nilainya tidak besar dan bisa disisihkan setiap bulan. Kalau kamu sekarang sedang hamil, masih ada empat tahun lagi untuk menyiapkan uang pangkal masuk TK yang bisa kamu sisihkan sejak Si Kecil lahir.
Bagaimana dengan dana pendidikan tinggi yang jumlahnya bisa mencapai ratusan juta rupiah? Investasi adalah jawabannya.
“Belum lagi nanti ada inflasi dana pendidikan yang mungkin nilainya akan lebih tinggi dari sekarang. Jadi, orang tua perlu mempersiapkannya dalam jangka waktu yang cukup lama dengan berinvestasi. Bisa pakai emas, reksa dana, dan deposito. Menyisihkannya pun enggak sebesar menabung,” terang Hon Nie.
Ilustrasinya, jika anakmu berusia 3 tahun, ia kemungkinan masuk kuliah di usia 18 tahun. Kita pun masih memiliki waktu 15 tahun lagi. Misal, biaya kuliah saat ini adalah Rp150 juta lalu dibagi 15 tahun. Artinya, dalam satu tahun, kita harus menyiapkan dana pendidikan sebesar Rp10 juta. Jangan lupa, dana pendidikan akan lebih mahal lagi belasan tahun ke depan sehingga orang tua perlu memperhitungkannya dengan perkiraan biaya yang lebih besar pula. Penghitungan tadi pun belum termasuk biaya pendidikan di SMA, SMP, dan SD juga untuk satu anak saja! Bayangkan, kalau Ayah dan Ibu memiliki lebih dari dua anak, dana pendidikan tinggi yang harus dipersiapkan bisa mencapai setengah milyar rupiah!
Asuransi pendidikan = asuransi jiwa
Ternyata, asuransi pendidikan itu sebenarnya asuransi jiwa dwiguna (endowment insurance), lho. Yakni, asuransi yang memiliki dua manfaat sebagai asuransi jiwa berjangka sekaligus tabungan. Menurut situs Cermati, pemegang polis dapat memperoleh nilai tunai dari premi asuransi yang sudah dibayarkan berupa uang pertanggungan jika pihak tertanggung meninggal dunia dalam periode sesuai kebijakan polis asuransi bersangkutan. Selain itu, pemegang polis dapat menarik polis asuransi dalam waktu tertentu sebelum masa kontrak berakhir. Misal, untuk dana pendidikan anak. Namun, penarikan dana ini hanya bisa dilakukan sekali dalam jangka waktu beberapa tahun sesuai dengan perjanjian yang telah dibuat.
“Asuransi pendidikan itu sebenarnya kayak menabung. Tapi, kita harus lihat, nilainya cukup atau enggak untuk meng-cover uang pangkal nanti? Karena yang namanya asuransi seperti ini pada jangka waktu tertentu akan keluar sekian juta. Jadi, jangka waktunya itu dibikin pada saat anak mau masuk SD, SMP, atau SMA,” jelas Hon Nie.
Ayah dan Ibu juga perlu tahu, premi asuransi jiwa dwiguna cukup besar, yakni bisa mencapai jutaan rupiah per bulannya, karena menggabungkan manfaat asuransi jiwa berjangka dengan asuransi jiwa seumur hidup tadi.
Mana investasi yang memenuhi dana pendidikan anak?
Hon Nie berpendapat, persepsi investasi yang menguntungkan kembali lagi pada masing-masing keluarga.
“Enggak semua orang bisa percaya menggunakan reksa dana sebagai salah satu instrumen dalam mencapai tujuan keuangan mereka. Kalau mereka merasa bisa cukup dipenuhi dengan asuransi pendidikan tersebut, silakan. Tapi, kalau merasa nilainya enggak sampai, yuk, coba belajar. Mungkin ada instrumen keuangan lain yang bisa dipakai,” jelas Hon Nie.
Referensi: artikel “Asuransi Jiwa: Pengertian dan Manfaat yang Diberikan?” pada Cermati
(Febi/Dok. Shutterstock)