Kadang kesal ya, melihat suami asyik bermain smartphone, sementara Ibu ‘membelah diri’ menyelesaikan tugas rumah tangga sekaligus menjaga anak. Inginnya sih, si Doi peka dan berinisiatif ikut membantu. Tapi perlu kita ketahui, pria tidak punya kemampuan untuk peka dengan perasaan seseorang, berbeda dengan perempuan. Jadi, walaupun kita cemberut sedemikian rupa saat suami asyik dengan dunianya, kemungkinan kecil ia menyadarinya.
Parentalk pun merangkum beberapa Dos and Don’ts meminta ayah membantu urusan domestik. Kalau cara pertama gagal, Ibu bisa coba cara lainnya, ya!
Dos
Ambil hati suami
Kamu bisa memulai komunikasi dengan bertanya, “Lagi asyik ngapain, Yah?” Lalu, tanggapi suami dengan antusias menanyakannya lebih jauh. Setelah merespon cerita suami dengan baik, Ibu bisa menyampaikan maksud dengan lemah lembut diikuti alasan yang kuat. Misalnya dengan berkata, “Oh ya, Ayah. Mainnya boleh dilanjut nanti lagi, enggak? Soalnya, Ibu kesulitan memasak sambil jaga anak, nih. Bahaya kalau anak ikut ke dapur (atau makan malam kita bisa gosong nanti).”
Sajikan hidangan favoritnya
Makanan atau minuman kesukaan suami bisa Ibu jadikan ‘senjata’ ampuh untuk membuatnya ikhlas membantu Ibu, lho. Misalnya, suguhkan pisang goreng ketika ia menyaksikan pertandingan favoritnya di televisi. Ayah pasti sangat mengapresiasinya, bukan? Saat Ayah sudah menikmati beberapa potong pisang goreng, Ibu bisa mengajukan permohonan bantuan.
Contoh: “Ayah, kalau sudah selesai menonton pertandingannya, boleh bantu Ibu menjemur pakaian?”
Kemungkinan besar sih, Ayah susah menolak kalau Ibu menggunakan cara ini.
Ingatkan amalan baik membantu istri
Kalau suami Ibu sangat peduli dengan urusan agama, bisa juga mengingatkannya dengan amalan baik membantu istri di rumah.
Contoh: “Ayah, lagi mau menabung amalan baik, kah? Kalau mau, Ayah bisa bantu Ibu (sebutkan tugasnya) karena si Adik lagi mau menyusu dulu.”
Sisipkan kata-kata ajaib
Kata-kata ajaib seperti “maaf,” “tolong,” dan “terima kasih” lalu diikuti pujian tentu akan menyejukkan hati si penerima pesan. Coba saja.
“Maaf mengganggu sebentar, Ayah. Tolong nanti bantu Ibu angkatin galon, ya? Terima kasih, My Superhero.”
Suami dijamin bakal mesem-mesem sendiri dan enggak menolak, deh!
Don’ts
Pasang wajah jutek
Dengan harapan, si Ayah sadar kalau ia harus inisiatif membantu Ibu, ya? Seperti yang sudah saya singgung sebelumnya, Ayah tidak paham dengan ‘kode-kodean.’ Kalau memang butuh bantuan Ayah, sampaikanlah secara lugas daripada hanya mendapat respon, “Kamu kenapa, sih?”
Memerintah
“Ayah, daripada tidur terus, sapu halaman depan, gih!”
Anak kecil saja tidak suka diperintah-perintah, Bu, apalagi Ayah yang merupakan kepala keluarga. Maka dari itu, ketika hendak meminta bantuan Ayah, setidaknya sisipkan kata ajaib “tolong” dengan manis, ya.
Menyalahkan dan membuat generalisasi
“Kamu kerjaannya ngotak-ngatik motor aja, sedangkan istri kamu sudah capek-capek ngurus rumah sama anak enggak pernah kamu bantu.”
Suami mana yang tidak tersinggung mendengar ungkapan di atas apalagi bila disampaikan dengan ketus. Ayah akan merasa Ibu tidak menghargai pribadi maupun hobinya. Padahal, sehari-hari Ayah juga capek mencari nafkah, bukan? Jadi, hindari komunikasi yang menyalahkan dan membuat generalisasi agar ‘perang dunia ketiga’ tidak pecah, ya.
(Febi/Dok. Shutterstock)