Apakah kamu membebaskan si kecil makan apapun yang ia inginkan meski kurang bergizi? Justru sebaliknya, kamu membatasi anak makan yang tak sehat? Apakah kamu sangat khawatir anak kekurangan gizi sehingga terus-terusan menyuguhkan makanan untuknya?
Coba cari tahu gaya pemberian makanmu lewat feeding style yang dikemukakan dalam buku Fearless Feeding: How to Raise Healthy Eaters from High Chair to High School oleh Jill Castle dan Maryann Jacobsen. Ada otoritarian, permisif, neglectful, dan otoritatif.
Menurut Dokter Sepsialis Anak Ranti Astria Hannah, sebetulnya empat feeding style ini turunan dari gaya pengasuhan, lho. Nah, mana feeding style kamu?
Permisif
Kebalikan dari otoritarian, anaklah yang lebih banyak mengontrol dalam gaya pemberian makan ini meski pilihannya kurang bergizi. Orang tua juga terlalu sensititif terhadap rasa lapar anaknya. Misal, khawatir anak merasa lapar setiap saat meski mungkin saja, ia sebenarnya baru saja makan tak lama sebelumnya.
Ciri lainnya, orang tua selalu mengiyakan kalau anak minta makanan yang dinginkan.
“Bukan hanya kapannya, tapi juga jenisnya sehingga (gaya ini) sering disebut short order cook. Misalnya, si ibu sudah masak sayur bayam dan pepes ayam, sudah dengan segala kandungan gizi yang seimbang. Semua duduk di meja makan. Bapaknya makan dengan lahap, tiba-tiba anaknya bilang, ‘Ma, mau chicken nugget aja, deh.’ Terus, ibunya menyanggupi dan langsung menggoreng nugget saat itu juga. Daripada dia enggak makan, nanti dia kurang gizi lagi (pikirnya),” jelas dr. Ranti.
Menurut Ranti gaya pemberian makan ini cenderung melekat pada orang tua yang selalu mengiyakan semua keinginan anaknya sebagai bentuk kasih sayang.
Risiko gaya pemberian makan permisif
Dampak dari gaya pemberian makan ini, antara lain anak akan lebih tertarik terhadap makanan yang kurang sehat, Terlebih, secara alamiah anak-anak lebih menyukai makanan lebih asin dan manis. Sementara, jenis makanan yang diproses biasanya memiliki kadar garam yang cukup tinggi dan terasa lebih enak. Anak pun rentan lebih menyukai makanan tersebut ketimbang makanan segar yang kita masak. Selain itu, ternyata berat badan anak yang mengalami feeding style ini cenderung lebih gemuk dan berisiko menderita obesitas.
Neglectful atau abai
Menurut Dokter Sepsialis Anak Ranti Astria Hannah, gaya pemberian makan ini memiliki beberapa ciri khas. Salah satunya, orang tua menyerahkan kebutuhan makan sepenuhnya pada anak sampai-sampai tidak ada jadwal makan yang pasti.
“Ibunya entah free spirit, entah cuek. Pokoknya terserah, anaknya lapar nanti juga makan sendiri. Jadi, makannya itu enggak teratur. Tungguin aja kapan dia laparnya. Terserah aja deh anaknya mau makan apa,” jelas dr. Ranti.
Orang tua dengan feeding style ini juga memiliki stok makanan yang fluktuatif di rumahnya. Di awal bulan, ia menyediakan banyak pilihan makanan sehat sampai sajian cepat saji. Namun, begitu pertengahan bulan, stok penganan sehat minim, bahkan tak ada makanan sama sekali, misalnya.
Kurangnya kepedulian ini membuat orang tua maupun pengasuhnya tidak terlibat membentuk kebiasaan makan anak. Alhasil, anak rentan memiliki gangguan kecemasan.
Otoritatif
Gaya pemberian makan otoritatif lebih kepada kerjasama antara ibu dan anaknya. Menurut dr. Ranti, feeding style ini paling ideal karena
- responsif terhadap selera makan juga tanda dan kenyang anak,
- memiliki jadwal makan teratur,
- makanan yang disajikan mempertimbangkan ragam zat gizinya, dan
- tetap ada batasan mengenai kebiasaan makan.
Jadwal makan teratur
Jadwal rutin untuk waktu sarapan, makan siang, makan malam, juga makan selingan (snack) akan merangsang sisitem sinyal lapar pada tubuh anak untuk mengikutinya.
“Jika sarapan jam 7 pagi, otomatis jam segitu anak sudah merasa lapar. Sekalinya enggak dikasih makan, dia akan gelisah,” terang dr. Ranti.
Batasan soal kebiasaan makan
Mulai dari durasi makan yang tidak lebih dari 30 menit, keharusan makan di meja makan, dan larangan menggunakan gadget atau nonton televisi selagi bersantap.
Responsif terhadap keinginan anak
Ibu dengan feeding style ini percaya bila anak berkata kenyang atau menunjukkan sinyal kenyang. Ia juga memberikan pilihan pada anak untuk menentukan makanan yang ingin ia santap.
Ranti pun menyarankan orang tua untuk menerapkan gaya pemberian makan otoritatif. Bila anak tumbuh dengan feeding style ini, ia cenderung memiliki kebiasaan makan yang baik hingga dewasa.
Untuk gaya otoritarian, saya sudah membahasnya di artikel Risiko Memaksa Anak Makan, ya!
(Febi/ Dok. Pixabay)
1 comment