Saat masih lajang dulu, saya mudah sekali menghakimi orang tua yang anaknya ‘berulah.’ Enggak frontal sih, alias sekadar bergumam dalam hati. Nah, setelah berstatus orang tua, baru tahu rasanya deh, saat Si Kecil sukses membuat orang-orang sekitar menoleh ke arah kami dengan kompak. Ugh, malu!
Pernah mengalami hal serupa, Parents? Kalau saya dan suami beberapa kali mengalaminya! Lantas, apa yang mesti Ayah dan Ibu lakukan ketika polah Si Kecil bikin orang tua malu?
Si Kecil merusak atau memecahkan barang di toko
Ini nih yang sering membuat orang tua kaget bukan main. Apalagi, kalau barangnya mahal… Tapi di sisi lain, inilah kesempatan kita untuk mengajarkan tanggung jawab. Alih-alih langsung mengembalikan barang dan pergi menyelinap diam-diam, sampaikan ke anak bahwa ketidakhati-hatiannya membuat Ayah atau Ibu harus bertanggung jawab membayarkan barang yang rusak. Yah, namanya lagi apes, mau enggak mau harus diganti, ya.
Anak menyanyikan lagu orang dewasa
Saya pernah sekilas melihat kutipan di Instagram feed yang isinya kira-kira begini: “Kita mungkin tidak sadar lirik sebuah lagu kurang pantas sebelum seorang bocah menyanyikan lagu tersebut dengan fasihnya.”
Awalnya, orang tua mungkin kaget apalagi jika ia menyanyikan lagu orang dewasa di depan orang lain. Berusahalah untuk tidak menunjukkan reaksi yang membuat anak takut. Justru, tanyakan pada Si Kecil dari mana ia mempelajari lagu tersebut. Harapannya, keterangan dari anak dapat menjadi bahan evaluasi orang tua. Kenalkan ia juga pada lebih banyak lagu anak-anak.
Anak mengucapkan kata kasar di depan orang lain
Situasinya mirip dengan poin sebelumnya. Anak cenderung melontarkan kata kasar karena terbiasa mendengarnya dari lingkungan sekitar. Tahan reaksimu dulu dan jika anak sudah lebih besar (misal, usia 3 tahun ke atas), tanyakan, “Sayang, kamu tahu enggak, arti kata itu apa?” Ayah atau Ibu kemudian dapat menjelaskan artinya beserta alasan kata tersebut tak patut diucapkan. Jangan lupa, sampaikan pula kata-kata yang lebih tepat dan baik untuk digunakan oleh Si Kecil.
Anak tantrum di ruang publik
Seorang teman saya bercerita bahwa ia pernah berusaha menenangkan seorang ibu yang menangis lantaran anaknya tantrum di muka umum. Tentu hal tersebut membuat orang tua sangat malu, ya. Tapi, berdasarkan berbagai buku dan artikel parenting yang saya baca, sebaiknya orang tua tidak stres atau memarahi anak ketika tantrum. Apalagi, jika anak memanfaatkan tangisannya untuk meminta sesuatu, orang tua tidak boleh menyerah.
Kalau anak masih mau dipeluk dan digendong, lakukanlah. Bawa ia ke tempat yang lebih sepi untuk menuntaskan emosinya. Tapi, jika anak tidak mau disentuh sama sekali, biarkan ia meluapkan emosi di tempatnya meski orang tua harus tahan mental menerima tatapan dari orang-orang yang melintas. Abaikan komentar-komentar lirih orang lain seperti, “Masa anak mau itu aja, enggak dibelikan?” Konsistenlah menegakkan aturan. Ini karena sekali waktu kita menyerah pada keinginan anak ketika menangis, ia akan menjadikan tangisan atau tantrum ‘senjata’ di lain kesempatan.
Anak muntah/mengompol di tempat umum
Ini dia salah satu tantangan ketika anak sedang menjalani toilet training atau sakit. Ingatlah selalu untuk tetap tenang dan mencari jalan keluar. Ayah atau Ibu juga dapat berusaha untuk bertanggung jawab. Misal, dengan memberi tahu petugas kebersihan setempat bahwa anakmu baru saja muntah atau mengompol sehingga area yang terkena perlu segera dibersihkan. Selain itu, jangan lupa minta maaf atas peristiwa yang terjadi kepada pihak terkait.
(Febi/Dok. Shutterstock)