Peran baru sebagai Ayah dan Ibu sering membuat kita antusias melakukan berbagai hal buat Si Kecil. Mulai dari belanja berbagai barang bayi, terlalu banyak menampung saran orang lain sampai pusing sendiri. Mungkin awalnya terasa lumrah. Tapi disadari atau tidak, hal tersebut termasuk kesalahan sebagai orang tua.
Beli banyak baju
Dulu ibu saya sering bilang, “Beli baju bayi enggak usah banyak-banyak. Nanti juga cepat gede, enggak kepakai lagi.” Tapi apalah saya ini yang impulsif kalau melihat baju-bayi di mal atau online shop. Beberapa kali saya bisa menahan diri. Tapi sering juga kalap beli.
Setelah anak semakin besar, baru sadar, omongan ibu saya benar juga ya. Hanya dalam waktu sebentar, eh baju mereka sudah kekecilan. Baju itu pun mesti disimpan, tertumpuk di lemari lain. Jadi, kalau beli baju bayi, secukupnya saja. Sayang kan kalau harus mengeluarkan banyak uang buat baju yang hanya terpakai sebentar?
Kalap belanja kebutuhan bayi
Kalau diperhatikan, sekarang ada banyak banget “peralatan perang” buat perawatan bayi. Misalnya, food processor dengan berbagai fitur masing-masing. Atau gendongan dengan berbagai model dan bentuk. Intinya, barang-barang itu menawarkan kemudahan untuk perawatan bayi dan pastinya menggoda Ayah dan Ibu buat membeli.
Tapi sebenarnya, coba dipilah kembali, belum tentu barang itu kita butuhkan. Apalagi beberapa di antaranya hanya terpakai dalam waktu singkat. Pilih yang benar-benar kamu perlukan atau manfaatkan properti yang ada di rumah. Kamu juga bisa memanfaatkan jasa sewa perlengkapan bayi yang banyak tersedia sekarang untuk barang-barang yang masa pakainya sebentar.
Terlalu mendengar omongan orang lain
Ini termasuk kesalahan sebagai orang tua yang pernah saya lakukan dan saya sesali. Berhubung baru menjadi ibu, saya iya-iya saja waktu mendengar omongan dari kanan-kiri soal pengasuhan anak.
Lama-lama kok rasanya capek juga ya dengar omongan orang. Bukannya enggak mau mendengar nasihat dari mereka yang sudah pengalaman. Tapi sebenarnya saya dan suami sendiri lah yang paling tahu soal anak-anak kami.
Kalau ada orang lain yang memberi saran, sebaiknya disaring sesuai kondisi dan kebutuhan. Di sisi lain, orang tua mesti membekali diri dengan pengetahuan parenting, seperti kesehatan anak dan pola asuhnya biar punya pegangan yang paten.
Menyiapkan MPASI yang ribet
Selama masa MPASI, biasanya orang tua bakal semangat menyiapkan berbagai makanan. Ada yang menyediakan dari tukang sayur dekat rumah. Ada juga yang membeli makanan organik atau makanan bayi impor yang banyak ditawarkan di media sosial.
Padahal, salah satu prinsip dalam pemberian MPASI adalah menggunakan bahan yang mudah didapat dari sekitar kita. Dengan menerapkan prinsip ini, kita bisa lebih mudah dan hemat dalam menyiapkan MPASI.
Terlalu banyak memberikan makan dan minum
Disadari atau tidak, overfeeding termasuk kesalahan sebagai orang tua baru. Padahal belum tentu Si Kecil butuh makan dan minum dalam porsi banyak, mengingat ukuran lambungnya yang masih kecil. Sebaiknya, siapkan porsi MPASI secukupnya. Porsi bisa ditambah kalau bayi menunjukkan tanda masih lapar.
Di sisi lain, kita enggak perlu memaksa Si Kecil buat menghabiskan seluruh porsi makannya. Kalau bayi enggak mau, ya sudah. Bisa jadi dia memang sudah kenyang. Asalkan berat bayi kamu tetap bertambah, buang air dengan normal, sehat dan aktif, berarti kebutuhan makannya sudah tercukupi.
Panik memberikan obat
Dulu, kalau bayi saya demam, saya langsung cemas. Terus minta tolong suami buat beli obat penurun panas. Beruntung, saya mendapat informasi dari teman dan sumber lain soal kesehatan anak.
Dari situ saya tahu, bayi yang demam tidak harus langsung diberi penurun panas. Terlalu banyak memberikan obat justru bisa berisiko. Lagipula, tubuh bayi perlu berlatih agar sistem imunnya berkembang.
Seiring waktu, Ayah dan Ibu pastinya terus belajar buat menjadi orang tua. Kita juga bisa lebih mengenali keinginan dan kebutuhan anak. Salah satu prinsip yang saya pegang, anak pasti enggak ingin merepotkan orang tuanya. Lewat hal sederhana, kita tetap bisa kok membahagiakan Si Kecil dan menghindari kesalahan sebagai orang tua.
(Dyah/ Dok: Shutterstock)