Parents, pernahkah merasa bingung kenapa anak remaja atau pre-teen lebih suka curhat ke sahabatnya dibanding ke orangtua?
Padahal, kita selalu berusaha hadir dan terbuka. Fenomena ini sangat umum terjadi dan sebenarnya merupakan bagian alami dari perkembangan psikologis remaja.
Masa Pencarian Jati Diri
Remaja, termasuk mereka yang masih berada di usia pre-teen (sekitar 10–12 tahun), sedang berada di masa transisi penting.
Di usia ini, mereka mulai mencari jati diri, mencoba memahami siapa diri mereka di tengah lingkungan sosial yang semakin luas.
Dalam proses ini, sahabat sebaya menjadi tempat yang terasa lebih “aman” untuk cerita dan saling berbagi perasaan.
Sahabat dianggap lebih memahami karena berada di fase yang sama. Mereka mengalami tekanan yang mirip—dari sekolah, media sosial, maupun perubahan fisik dan emosional.
Tak heran, remaja lebih nyaman curhat ke sahabat yang dianggap “senasib”.
Takut Diadili atau Disalahpahami
Salah satu alasan utama kenapa remaja enggan cerita ke orang tua adalah rasa takut dihakimi.
Mereka mungkin khawatir akan diceramahi, dimarahi, atau malah tidak dipahami. Bahkan, komentar ringan seperti “Kamu terlalu sensitif” bisa membuat mereka menarik diri dan memilih sahabat sebagai tempat curhat.
Sebaliknya, sahabat biasanya akan mendengarkan tanpa menghakimi. Mereka menawarkan empati, bukan solusi.
Hal inilah yang remaja butuhkan saat ingin cerita—didengarkan, bukan diberi nasihat dulu.
Membangun Kemandirian Sosial
Pada usia remaja dan pre-teen, anak mulai belajar mandiri, bukan hanya secara fisik, tetapi juga secara sosial dan emosional.
Menjalin hubungan dengan teman sebaya adalah cara mereka membangun identitas dan kepercayaan diri di luar rumah.
Sahabat menjadi “laboratorium” hubungan sosial pertama di luar keluarga, tempat mereka belajar memahami emosi, konflik, dan empati.
Peran Orangtua Tetap Penting
Meskipun remaja tampaknya lebih sering curhat ke sahabat, bukan berarti peran orang tua tergantikan.
Justru di masa ini, parents perlu tetap hadir dan terbuka, tanpa memaksa anak untuk bercerita.
Tunjukkan bahwa Parents selalu ada jika dibutuhkan, dan validasi perasaan mereka tanpa langsung menghakimi atau menyalahkan.
Beberapa tips agar anak lebih nyaman cerita ke Parents:
- Jadilah pendengar aktif, bukan hanya pemberi solusi.
- Hindari menyela atau menggurui saat anak sedang curhat.
- Ciptakan momen santai bersama, seperti makan malam tanpa gadget.
- Tunjukkan empati: “Kedengarannya kamu lagi bingung banget, ya.”
Parents, curhat ke sahabat adalah bagian sehat dari perkembangan remaja dan pre-teen. Ini bukan tanda orangtua gagal sebagai orang tua, tapi tanda bahwa anak sedang tumbuh menjadi individu yang lebih mandiri.
Yang terpenting adalah tetap menjaga komunikasi yang hangat dan terbuka, sehingga saat mereka benar-benar butuh, mereka tahu orangtua adalah tempat terbaik untuk cerita.