Kali ini kita bahas kecenderungan anak balita suka menjatuhkan dan merusak benda, ya!
Menjatuhkan benda-benda
Saat lagi duduk di high chair atau stroller, si kecil suka menjatuhkan benda-benda yang diberikan padanya. Kalau ia menjatuhkannya sekali sampai dua kali sih, Ayah atau Ibu tidak keberatan, ya. Tapi, bagaimana kalau berkali-kali? Apalagi, anak malah makin antusias menjatuhkan benda lagi setelah melihat Ayah atau Ibu memungutnya terus-menerus.
Ketimbang kesal, pahamilah sejumlah fakta menarik ini, Ayah dan Ibu!
- Si kecil terhibur oleh gravitasi. Polah menjatuhkan benda ini pun tak hanya menjadi ajang melatih motorik halusnya, tetapi juga bereksperimen secara ilmiah!
- Proses menggenggam hingga menjatuhkan menarik perhatiannya. Begitu juga saat Ayah dan Ibu membungkuk atau jongkok untuk memungut lalu mengembalikan benda yang dipegangnya tadi. Belum lagi, kalau benda yang dijatuhkan pecah atau berceceran, pemandangannya akan semakin menarik…
Bagaimana kalau polah ini berlangsung terus-menerus? Tenang, hal ini hal yang wajar dalam perkembangan anak, kok.
Arahkan antusiasmenya
Ayah atau Ibu pun bisa menyediakan permainan yang dapat menyalurkan antusiasmenya menjatuhkan benda-benda. Misal, menjatuhkan balok atau bean bag kecil ke dalam keranjang atau menjatuhkan bola ke papan seluncur.
Tahan reaksimu
Jika tak ingin membuat si kecil makin semangat menjatuhkan benda yang dipegangnya, tahan reaksimu, Bu! Semakin kamu cekikikan atau mengomel,ia akan makin terdorong untuk terus melakukannya.
Segera bertindak
Ayah atau Ibu juga bisa langsung menyimpan benda yang dijatuhkan dan mengalihkan buah hati pada aktivitas lainnya. Kalau sedang berada di rumah, taruh saja ia di lantai. Ini karena menjatuhkan benda dari lantai tak semenyenangkan dari tempat yang tinggi.
Gimana kalau anak kerap memjatuhkan makanan dari high chair dan lantai menjadi semakin kotor? itu tandanya si kecil mulai bosan dan sesi makan sebaiknya segera disudahi.
Selalu pastikan keamanan si kecil
Jika anak sedang senang menjatuhkan barang-barang, tak ada salahnya menyisir objek pecah-belah di dalam rumah dan menjauhkannya dari jangkauan anak.
‘The Little Destroyer’
Sejak usianya menginjak setahun, si kecil seringkali merusak dan mengacak-acak sesuatu. Mulai dari merobek halaman buku, mencoret-coret tembok, sampai membalikkan keranjang mainan yang sudah dirapikan. Percaya atau tidak, ragam polah yang tampak ‘merusak’ ini terkadang cukup membangun. Perilaku mereka ini sebenarnya dilatarbelakangi oleh rasa ingin tahu dan dorongan untuk menciptakan sesuatu.
“Pelajarilah sebanyak mungkin tentang dunia, secepat yang kau bisa”
Kira-kira itulah prinsip eksplorasi si kecil.
Ketika merobek halaman buku, anak belajar bahwa kertas dapat dilipat dan robek.
Saat membalikkan keranjang mainan, anak melihat isinya tumpah dan berhamburan. Ia juga mendengarkan ‘uniknya’ suara benda-benda berjatuhan.
Kesimpulannya, anak balita belum mengetahui bahwa mainan dapat rusak bila ia melemparkannya ke seberang ruangan. Ini karena pemahamannya tentang konsep sebab akibat dan konsekuensi alamiah masih terbatas. Dengan memberikannya kesempatan untuk belajar, anak akan paham bahwa mainan tidak dapat digunakan lagi apabila ia melemparkannya.
Berikan anak pelajaran berharga
Meski begitu, bukan berarti Ibu membiarkan si kecil melumpuhkan seisi rumah demi memberikannya kesempatan mengenali dunia. Salah satu hal yang perlu ia pelajari adalah merusak barang merupakan hal yang tak bisa diterima. Namun, hindari memarahi atau menghukum anak terutama jika ia merusak barang tanpa disengaja. Kamu dapat memberi tahunya untuk lebih berhati-hati di waktu lain beserta alasannya.
“Cangkir kopi dapat pecah kalau kamu menjatuhkannya.”
“Remote TV tidak bisa digunakan lagi kalau kamu melemparnya.”
Selain itu, ajak si kecil bertanggung jawab atas kekacauan yang telah ia sebabkan. Misal, mengelap tumpahan air, menempelkan kembali robekan halaman buku dengan perekat, atau membersihkan coretan krayon di dinding.
Berikan solusi
Jika si kecil merusak barang karena frustrasi, berikan saran membangun untuk menyikapinya.
Misal, anak melempar-lemparkan balok karena gagal menyusunnya sesuai ekspektasi.
“Jika balok-baloknya disusun seperti ini, nanti enggak akan rubuh deh.”
Kalau ia melempar-lemparkan mainan sekadar untuk bereksperimen, orang tua dapat menyediakan sarana yang aman dan wajar.
Baca juga artikel Menilik Polah Balita yang membahas tentang alasan anak balita suka membuka dan menutup benda serta kesenangan mereka mengosongkan wadah.
Referensi: What To Expect The Second Year oleh Heidi Murkoff dan Sharon Mazel
(Febi/Dok. Pixabay)