Setelah menyimak artikel Risiko Balita Bilingual, kini Ayah dan Ibu bisa mengatur strategi agar anak dapat belajar bahasa kedua dengan mudah. Kuncinya adalah konsistensi dan kesabaran.
Konselor Perkembangan Anak Ratih Pramanik punya sejumlah tips untuk mengenalkan bahasa asing pada balita. Yuk, simak baik-baik!
Perkuat dulu bahasa ibunya
Orang tua pun perlu menilai kemampuan anak berbicara bahasa ibu dengan orang lain di luar keluarganya.
“Karena kalau kita sebagai orang tuanya, anak bicara sedikit, kita sudah paham. Tapi, ketika anak berbicara dengan orang lain seperti teman sebayanya, kita lihat apakah mereka bisa berkomunikasi dengan baik? Bahasa yang digunakan anak seperti apa?” jelas Psikolog Ratih.
Menurutnya, jika pada usia tiga tahun anak sudah mantap berbahasa ibu, ia bisa mulai diperkenalkan dengan bahasa asing.
Konsisten terapkan prinsip OPOL
Yakni, “one parent, one language” atau “satu orang tua, satu bahasa.” Psikolog Ratih menyarankan masing-masing orang tua mewakili bahasa yang berbeda. Kondisi ini lebih mudah diterapkan pada ayah dan ibu dengan beda bangsa. Bila tidak bisa menerapkan OPOL secara konsisten, hati-hati risiko terlambat bicara pada anak karena bingung bahasa.
“Misalkan, ayah dan ibu sebetulnya orang Indonesia. Mereka berbicara Bahasa Indonesia, tapi mereka terkadang menyelipkan percakapan dengan Bahasa Inggris. Hal yang tidak konsisten seperti itu justru membuat anak kebingungan. Kita sering menyebutnya dengan istilah bingung bahasa,” ungkap Psikolog Ratih.
Lafalkan kosakata dengan jelas diikuti gestur
Selain berbicara dengan jelas, perlambatlah tempo berbicara lalu ikuti kosakata dengan bahasa tubuh. Tujuannya agar si kecil mudah menangkap kata-kata baru yang akan memperkaya kosakatanya. Ini karena anak-anak usia balita sangat berpikir konkret. Misal, kata “duduk” atau “sit” merupakan konsep yang abstrak.
“Bila mau mengenalkan kata “duduk,” kita harus mencontohkan dengan gerakan duduk. ‘Ayo kita makan’ ikuti dengan gerakan tangan menyuapi mulut karena itu membantu anak mempelajari kosakata yang baru,” jelas Ratih.
Hindari bergantung pada TV
Alih-alih mendapatkan stimulasi, aktivitas menonton televisi berjam-jam justru menghambat kemampuan berbahasa anak karena ia cenderung ‘terhipnotis.’ Jika ingin anak lancar berbahasa, intensifkan interaksi dua arah secara tatap muka.
Sering pergi ke luar rumah
“Di luar rumah itu rangsangannya kaya sekali. Ada angin kita bisa bilang (sesuai bahasa asing yang diajarkan), ‘Ih angin sejuk, ya.’ Jadi anak mulai mempelajari kata “angin” beserta maknanya. ‘Oh, ini sejuk.’ Kita ajak lihat bunga. ‘Ini bunganya merah.’ Jadi, kosakatanya banyak,” jelas Ratih. Ketika kosakata anak banyak, kemampuan bicaranya pun akan lebih baik.
Jika berbagai tips tadi sudah diterapkan, orang tua juga bisa memasukkan anak ke daycare, preschool, atau sekolah bilingual. Menurut situs BabyCenter, anak dapat lebih mudah belajar bahasa asing dengan mengikutinya beberapa jam sekali pertemuan saja. Salah satu keuntungan utama pendidikan bilingual adalah anak tumbuh menguasai lebih dari satu bahasa mencakup percakapan juga kemampuan membaca dan menulis.
Alternatif lainnya dapat berupa kelas-kelas khusus balita, kegiatan mendongeng, dan komunitas bermain dengan pengantar bahasa asing.
Semoga tips ini membantu Ayah dan Ibu mengenalkan bahasa asing pada balita tercinta, ya!
Referensi: artikel“Raising a bilingual child when you don’t speak the second language” pada situs BabyCenter
(Febi/Dok. Pixabay)
1 comment
Jika kasusnya orang tua mengajak bicara dengan bahasa Indonesia, sedangkan orang sekitar seperti kakek nenek mengajak bicara dengan bahasa daerah apakah jg akan menimbulkan kebingungan?